Jangan lupa tekan bintangnya ya kawan! 😉😉😉
Acara pindah rumah terpantau menjadi huru-hara tipe sedang yang membuat kediaman Jung Jaehyun itu ribut. Entah itu sang nyonya rumah yang mengomeli Jeno akibat memasukkan baju-bajunya dengan sembarang kedalam koper, Ayah yang hanya diam sambil menyeruput jus kotak, hingga Mark yang tidak rela gitarnya dibawa pergi sang adik —padahal itu hanya alibi karena ia akan sendirian dirumah dan tidak ada teman untuk berdebat lagi.
Renjun hanya menggelengkan kepalanya atau sesekali tertawa karena guyonan Ayah yang disahuti omongan asbun Mark dan Jeno. Aneh, selera humornya sangat pasaran sekali.
"Baju, perlengkapan kamar mandi, aksesoris, barang hiasan— Jeno! Mau membawa apalagi?" Teriak Bubu melihat bungsunya benar-benar sibuk menarik gitar yang dipeluk erat oleh kakaknya.
"Legonya aku, Bu!"
"Pilih sendiri sini, legomu banyak! Jangan buat Renjun kesusahan karena hobimu itu Jung Jeno!"
Jeno mendengus, mencibir sang kakak yang kegirangan karena gitarnya kembali ke pelukan dan beralih ke lemari pajangan di kamarnya. Ia mengambil tiga Lego dengan bentuk robot yang rumit. "Ini aj—"
"Nggak ada Bubu denger pas udah pindah nanti kamu koleksi Lego lagi ya, Jeno! Jangan biarin Jeno beli Lego satu pun ya, Renjun."
Ekspresi memelas suaminya sungguh menggemaskan, tapi Renjun memilih untuk tetap berada di zona aman, "iya, Bubu," jawabnya.
Jeno kalah, katakan selamat tinggal pada hobi kecilnya.
"Ini beneran nggak perlu bawa perabotan lagi? Rumahnya udah siap huni?" Tanya Ayah. Heran saja, selama ini Ayah hanya melihat Jeno bermain game hingga pagi atau tiduran malas di sofa saat menjelang pernikahan. Jadi kapan anak itu menyiapkan sebuah rumah beserta isinya?
Sedangkan, Jeno yang dicurigai hanya mengangguk dengan senyum di wajahnya. "Iya, nggak perlu bawa barang-barang berat kok."
"Lego lo itu berat ya!"
"Berisik!"
"Udah udah, kalian juga berisik!" Bubu yang baru saja selesai merapihkan koper dengan bantuan Renjun langsung menyerobot ucapan. Pria manis itu melirik ketiga dominan yang kompak mengerucutkan mulutnya.
Tadi aja ribut bareng, sekarang sama-sama kicep.
"Jeno, pergi mandi. Mark juga pergi bersiap, katanya mau kencan? Ayah, siapin mobil sama masukin barang aja. Bubu mau ke dapur buat bekalin makanan. Renjun bantu Bubu ya?"
"Aku nggak kencan??!!"
"Cie~ bang Mark kencan!!"
"Kagak elah—"
Renjun melotot, "e-eh.." suami dan kakak iparnya saling menggigit layaknya anjing, sepertinya julukan samoyed dan golden retriever yang disematkan untuk mereka itu suatu kebenaran. Jeno tipikal anak bungsu yang jahil dan pengadu sedangkan Mark tipe seorang kakak yang kesabarannya setipis tisu. Tidak heran jika mereka sering bertengkar.
"Jeno, jangan lupa mandi." Memperkirakan pergelutan dua bersaudara itu akan lama, Renjun mengingatkan kembali sang suami untuk melaksanakan tugasnya, kemudian keluar dari kerusuhan itu menghampiri mertuanya di dapur.
Melihat Bubu yang sangat perhatian padanya, ada sedikit rasa tidak rela jika harus pergi dari rumah ini.
Bagaimana nanti jika Bubu kesepian, atau bosan karena tidak mempunyai teman mengobrol lagi sudah Renjun pikirkan dalam diam. Tiga hari berada dibawah atap yang sama menumbuhkan rasa sayang yang begitu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beneran Nikah Kok! [On Going]
Hayran KurguMark bingung. Sepulang kantor ia melihat sang adik duduk di sofa sembari menatap layar ponsel, tersenyum manis hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. Padahal ini hari Senin, apa yang membuat adiknya dilanda euforia suka? . "Ba, aku mau nikah ya...