H+3 : Kemas-Kemas

365 45 3
                                    

Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak ^v^
Selamat membaca!!
.



September, 2007

Yuta dengan kekehan pelan menggendong putra semata wayangnya yang tengah terisak. Waktu liburan musim gugur mereka harus dibatalkan karena sang Baba mendapat panggilan mendadak dari kantor pusat cuaca di Gangwon-do. Sehingga Renjun, putra manisnya itu menangis mengingat janji piknik dan mengajarinya naik sepeda kala itu harus batal.

"Aiyo.. kasihan banget anak Mama, mukanya sampai merah gini." Winwin mengusap air mata Renjun sembari menahan tawa. Ia gemas melihat putranya dengan wajah memelas sekaligus menggemaskan itu.

"Nanti Baba marahin om Jo soalnya nyuruh Baba kerja, iya? Padahal Baba mau main sama Injun 'kan ya?"

Renjun mengangguk lucu menjawab usulan sang Baba. Pada akhirnya ia tetap harus merelakan ayahnya untuk pergi bekerja.

"Say bye ke Baba, sayang." Suruh Winwin. Renjun menuruti dengan lambaian tangan lemas.

"Bye Injun, jagain Mamanya ya?"

Setelah itu hanya terdengar suara pengingat yang terdengar dari mikrophone stasiun.

.

.

***


Pagi hari ini, Renjun mulai memberanikan diri untuk turut membantu Bubu menyiapkan sarapan. Bukan apa-apa, hanya rasanya masih canggung untuk turut serta dalam kegiatan keluarga Jung walaupun kedua mertuanya memperlakukan Renjun dengan sangat baik.

"Selamat pagi, Bubu."

Pria manis yang merasa terpanggil itu menoleh, "selamat pagi juga, Renjun." Senyumnya manis sekali, Renjun jadi teringat dengan sang Mama.

"Ada yang bisa Injun bantu, Bu?"

Bubu menggeleng, "eh nggak usah. Sedikit lagi selesai kok, cuma nasi goreng aja ini." Katanya.

Renjun mengangguk, memperhatikan Bubu yang tengah mengaduk nasi diatas wajan. Karena tidak ada pekerjaan dapur yang harus ia lakukan, Renjun jadi berinisiatif untuk menata piring di meja makan.

Setelah sarapan siap, Renjun pamit kembali ke kamar untuk membangunkan sang suami yang masih terlelap. Jam sudah menunjukkan pukul 8 yang artinya dua jam lagi Jeno dan dirinya harus segera pergi ke kantor. Tabiat pria itu yang kata Bubu tidak akan bangun walaupun lingkup tidurnya cukup bising, memberikan PR tersendiri bagi Renjun.

"Jeno, ayo bangun!" Renjun duduk di tepi kasur sembari menggoyangkan tubuh besar suaminya pelan. Namun seperti perkiraan, tidak ada pergerakan yang terjadi. Maka, setelah mengucapkan kata maaf dalam hati, Renjun menampar bisep pria itu dan akhirnya berhasil.

Sayup-sayup Jeno mendengar seruan yang menyuruhnya untuk membuka mata. Sesuai arahan, hal yang pertama Jeno lihat pagi ini adalah figur wajah cantik istrinya dengan alis yang menukik. Menggemaskan, ia tak tahan untuk tertawa. Tanpa aba-aba Jeno memeluk perut Renjun dan mengusakkan wajahnya disana, yang disambut suara tawa akibat gelitikan itu.

"Hahaha udah Jeno, geli~" si manis masih bertahan memeluk kepala Jeno. Hingga pria itu bangun dan mensejajarkan duduknya, mereka saling tatap dalam diam.

Cup.

"Morning, yeobo."

Renjun benar-benar merona hingga ke telinga. Itu adalah ciuman kedua mereka setelah menikah. Sedangkan Jeno lagi-lagi tidak bisa menahan diri lebih lama untuk tidak tertawa.

Beneran Nikah Kok! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang