Empat

211 31 15
                                    

Mataku sudah dilatih untuk melihat dirimu bersama dengan dirinya
Hatiku sudah terbiasa saat mulut mu mengucapkan kata kata pedas
Batinku sudah siap menerima segala rasa sakit yang kamu tuangkan.

- Kanaya untuk Arjuna.


3. Hati,fisik, dan mentalnya kembali hancur

°°°°°°°°°°

Gelapnya malam sudah hilang.
Terangnya raja siang mulai muncul dengan malu malu dibalik awan, ayam berkokok riuh membangunkan makhluk hidup untuk melaksanakan aktifitasnya.

Gadis itu meringkuk kesakitan di area punggungnya, hatinya menjerit kesakitan. Kanaya malu dengan dirinya sendiri, kanaya malu saat dirinya dicambuk didepan Arjuna.

Kanaya melamun dalam keheningan pagi, ia tidak akan berangkat sekolah dengan keadaan seperti ini, kanaya tidak menoleh ketika pintu kamarnya dibuka, kepalanya terlalu sakit untuk digerakan.

Royez memasuki kamar kanaya, ia terpaku saat melihat adik perempuannya - kanaya meringkuk kesakitan, hati royez sedikit sakit.
Royez memang membenci kanaya,
karena keegoisan kanaya royez kehilangan sahabatnya.

Baiklah, hanya untuk kali ini royez berbicara dengan kanaya.
Kaki panjang royez berjalan mendekati kasur sang adik, ia meringis kala melihat punggung mulus sang adik banyak bekas cambukan.

Kanaya merasakan pinggir kasurnya bergerak seperti ada seseorang yang duduk dipinggir kasurnya.

" Lo gak sekolah?"
Suara royez untuk pertama kali dalam hidup kanaya mendengar suara abangnya yang berbicara pada dirinya.

Kanaya menggeleng lirih,bibir pucatnya menghiasi wajah manis miliknya, kanaya memejamkan matanya. Kanaya mencoba bangkit dari tidurnya, ia terduduk dengan wajah pucatnya.

" Abang ganteng ngapain kesini? Khawatir sama kana ya?" Suara serak kanaya yang membuat royez berdecih pelan.

Puk

Royez melemparkan benda kecil diatas tempat tidur,kanaya menoleh kearah benda kecil itu, royez masih memikirkan dirinya.

Kanaya menggapai salep luka dengan  cepat, ia lupa jika tangan kanannya masih terluka, senyum manis kembali ter patri di bibir merah mudanya.

" Makasih abang! Kana sayang bang Roy!"

Kanaya memutar tutup salep luka antibiotik yang sudah ada ditangan kirinya, ah bagaimana kanaya begitu bodoh? Kanaya tidak bisa mengoleskan salep ke punggung belakangnya.

Kanaya menggigit bibir bawahnya gelisah, ia melirik kearah Roy yang sedang memperhatikannya, saat mata kanaya dan Roy bertubrukan cepat cepat kanaya membuang arah.

'plis Na, Kok sekarang Lo bodoh banget sih?! Ah kacau sudah.'
-Batin kanaya mendumel sebal.

Royez memincingkan matanya saat melihat kanaya seperti bocah kebingungan, mata tajamnya mengarah ke arah salep yang sedang dipegang ditangan kiri kanaya.

" Kalo punya mulut digunain, pita suara Lo rusak?." Kanaya tersentak kaget kala salep yang ia pegang sudah berpindah ditangan abangnya.

Sayatan BatinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang