d u a

608 100 28
                                    

Sudah jadi kebiasaan sekar jika bangun tidur akan mencari ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah jadi kebiasaan sekar jika bangun tidur akan mencari ponsel. Mengecek dan memainkan ponsel adalah hal yang lazim dilakukannya sebelum beranjak dari ranjang. Niat awal memang untuk melihat jam, namun aplikasi dan fitur yang terdapat di dalamnya tidak habis-habisnya menarik perhatian untuk dibukanya.

Dentingan notifikasi muncul saat Sekar menghidupkan ponselnya dengan Wi-Fi. Di pusat pemberitahuannya tertera panggilan tak terjawab dan beberapa pesan dari Nahda.

Nahda

~Sekar~
~Lo di mana?~
~Di sekolah ada anak Dirgantara, mau minta kuitansi pendaftaran.~

5 panggilan tak terjawab

Panik? Tentu saja. Walaupun kepanikannya tidak jelas karena masalah kuitansi pendaftaran bukan tanggung jawabnya selaku sekretaris. Tapi bisa saja masalah tersebut turut menyeretnya. Jika tidak, untuk apa Nahda menghubunginya.

"Halo"

"Eh! Lo di mana?"

"Di rumah."

"Enak banget lo ngomong gitu. Lupa ini hari apa? Gak paskib lo?!" amuk Nahda dibalik ponsel.

"Ya ampun, lupa gue. Ketiduran."

"Enak ya lo, kita capek-capek di sini lo malah tidur."

"Sorry-sorry... Da, itu yang tadi lo bilang di chat maksudnya apa? Kuitansi apaan?"

"YA AMPUN KUITANSI!"

Samar-samar Sekar mendengar Nahda yang ditegur berkat suaranya yang keras. Sangat mengganggu dan menurunkan derajat senior jika diketahui junior yang ada di lapangan.

"Gila lo, itu anak Dirgantara nunggu hampir dua jam di sini. Gara-gara lo tuh!"

"Kok gue!"

"Iyalah, orang dia nungguin lo."

"Nahda, kalau masalah kuitansi bukan urusan gue, tapi bagian humas. Mereka yang ngurus masalah pendaftaran peserta."

"Iya gue tau. Masalahnya Kak Afika gak ada disini. Lagi ke rumah neneknya di luar kota. Gue juga udah hubungin dia tadi, terus Kak Afika nyuruh lo yang ngurus. Untuk lebih jelasnya gimana, lo di suruh hubungin dia." Nahda menjelaskan.

"Seksi humas kan banyak, Kenapa gue sih," protes Sekar. Siapa pun tidak akan senang bila menjalankan tugas yang bukan tanggung jawabnya.

"Lah, mana gue tau. Lo hubungin aja Kak Afika tuh." Nahda tidak terima jika ia disalahkan.

"Yaudah gue ke sekolah deh, suruh anak Dirgantara nunggu lagi sebentar." Dengan berat hati Sekar mengatakannya. Sebelum ke sekolah, ia akan menanyakan lebih lengkap permasalahan kuitansi kepada Afika.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang