Airlens (27)

2.4K 150 9
                                    

Rere sangat bahagia ketika Arlen mengajaknya untuk pergi jalan-jalan namun Arlen malah membawanya pulang kerumah Hardiansyah.

"Katanya mau jalan" ucap Rere sambil mengerucutkan bibirnya.

"Yakan dari rumah kita kerumah buna udah jalan" jawab sang suami membuat Rere ingin menenggelamkan Arlen ke Empang Lele detik ini juga.

Arlen dan Rere pun memasuki rumah, dan disambut Retha yang bersedekap sambil membawa centong nasi

"Bagus ya Len, udah culik anak buna kamu malah nggak inget main kesini, hampir satu abad kalian nggak kesini" ujar Retha melebih-lebihkan sambil bersiap memukul Arlen dengan centong yang dia bawa.

Namun Rere dengan sigap menjadi tameng sang suami dari amukan sang Buna.

"Ini nih yang buat aku harus ajak kamu pulang" bisik Arlen membuat Rere terkekeh, lalu menatap Buna nya.

"Yaudah lah, kita nggak di sambut disini. Pulang aja yok" ujar Rere sambil menggandeng lengan Arlen seakan benar ingin meninggalkan rumah.

Tanpa aba-aba, Retha membuang Centong yang dia pegang dan langsung memeluk Rere dan Arlen.

🛫🛫🛫

Sehabis dari rumah orang tua Rere, kali ini mereka ingin mengunjungi orang tua Arlen.

"Assalamualaikum" Teriak Arlen sehingga bergema di seluruh ruangan

Tara pun datang menghampiri Rere dan memeluknya dengan erat
"Mama rindu banget sayang" ucap Tarra membuat Arlen tersenyum hangat melihat Mama dan istrinya berpelukan.

"Nggak rindu Arlen gitu ma" tanya Arlen dengan nada kecewa yang dibuat-buat

"Anak kurang ajar, baru inget pulang kamu ya" ujar Tarra sambil menarik telinga Arlen, membuat Rere tak tega melihatnya namun dia justru terkekeh.

Setelah itu Arlen dan Rere duduk di ruang keluarga, dengan Arlen yang sibuk memegang telinganya yang berdenyut nyeri. Membuat Rere menahan tawa.

"Kamu tuh ya, kayaknya seneng banget liat aku menderita" ucap Arlen namun Rere semakin menggodanya dengan menjulurkan lidah.

Rere tengah sibuk dengan aktivitasnya mengupas mangga. Membuat Arlen merasa diacuhkan.
Arlen menyandarkan kepalanya di bahu Rere.

"Len, ini aku bawa pisau loh" ucap Rere membuat Arlen berdecak dan menyalakan tv dengan volume yang sangat besar.

Setelah mengupas mangga dan memotongnya jadi bagian kecil, Rere pun mematikan televisi dan mengisaratkan Arlen untuk berbaring, dengan paha Rere sebagai bantalnya.

Setelah nyaman diposisi itu, Rere menyuapi Arlen dengan mangga yang beberapa menit lalu jadi tersangka yang menimbulkan api cemburu di hati Arlen

"Kamu lucu"
"Masa cemburu sama mangga" ucap Rere membuat Arlen menatapnya.

"Kan aku udah pernah bilang sama kamu bahkan sebelum kita nikah, kalau aku orangnya cemburuan." Jelas Arlen membuat Rere ingat bahwa memang benar Arlen pernah bilang begitu.

"Lah terus pas aku masih sama vino, kok nggak cemburu" tanya Rere sedikit bingung.

"Nggak cemburu dari mana, kamu aja yang nggak sadar kalau dinding garasi jadi samsak aku nyalurin kecemburuan yang berubah jadi emosi" jelas Arlen membuat Rere segera mengambil dan mengamati buku-buku jari tangan kanan Arlen yang benar saja terdapat lebam disana.

Hal itu membuat Rere meneteskan air matanya.
Tangan Arlen pun menghapus air mata itu.

"Jangan pernah nyakitin diri kamu sendiri lagi len, kamu harus janji sama aku" ucap Rere yang ditanggapi senyuman manis oleh Arlen

Setelah itu mereka sama-sama terdiam, dengan Rere yang mengelus rambut Arlen dengan lembut hingga suaminya itu tertidur.

🛫🛫🛫

Hari ini Rere dan Arlen berangkat kekampus bersama, berjalan di koridor, dengan Arlen yang bersikeras mau mengantarkan Rere hingga didepan kelasnya.

Semua orang yang melihat Rere dan Arlen berjalan bersama sambil bergandengan tangan membuat semua orang menebak-nebak hubungan mereka berdua.
Pemandangan itu pun tak luput dari mata Naya.

"Cie" ujar Santy sambil menggoda Rere yang wajahnya berseri-seri.
Santy sibuk menoel-noel pipi Rere "cerah banget mukanya"

Rere pun tak kuasa untuk tak memeluk sahabatnya itu, "berkat lo juga nih."

Santy hanya mengangguk-angguk dan berharap agar pernikahan sahabatnya itu langgeng sampai maut yang memisahkan.

Pak Ipul pun masuk dan mulai memberikan materi pembelajaran, dan di akhiri dengan post test.

Setelah pembelajaran, Rere dan Santy memutuskan untuk mengisi perutnya. Ntah kenapa setiap melihat pak ipul bawaannya pengen makan bakso pakai cabe 5 sendok.

Disaat Rere dan Santy tengah menunggu bakso mang Konang, bakso terhits di fakultas Teknik.

Mendadak kantin diriuhkan dengan sosok tampan yang datang dikantin mereka, meskipun Fakultas teknik kaya akan cogan yang keren, namun kali ini berbeda.

Cogan yang di agungkan itu mengahampiri Rere. "Nih, titipan dari Buna. Kemarin Buna lupa ngasih ke lo" ujar Agaf sambil memberikan blackcard limited kepada Rere.

"Oke bang, nggak perlu di anterin kali, ntar juga gue bisa ambil sendiri"

"Kayak lo nggak tau Buna aja, yaudah Abang pergi ya" ucap Agaf lalu mengacak pucuk kepala Rere dan melemparkan senyum manis kepada Santy.

Sepeninggalan Agaf, Rere dan Santy dikejutkan dengan Maya yang menggebrak meja dan menatap sinis ke arah Rere.

"Emang dasar cewek cabe-cabean ya. Udah bagus dapet Vino, sekarang mau ngerebut Arlen dari gue, tadi juga cowok siapa?, dasar kegatelan" ucap Maya sambil menatap Rere dengan tajam.

Byurr, Maya menyiramkan Es teh tepat dimuka Rere.

"Sialan lo mak lampir" jawab Rere lalu menggebrak meja, membuat semua pasang mata tertuju pada mereka.

"Asal lo tau, gue nggak pernah ngerebut Arlen dari lo. Dan cowok tadi, dia itu abang gue. Oh iya gue mau tanya, emang apa hubungan lo sama Arlen?, bukannya cuma partner organisasi ya?, Gitu aja bangga" ucap Rere membuat Maya malu, Maya pun melayang kan tangannya untuk menampar Rere.

Rere memejamkan mata untuk menerima dan menetralisir tamparan di pipinya, namun nihil. Rere pun membuka matanya, dan melihat Arlen yang menahan pergerakan tangan Maya.

"Gue tegasin satu hal, Rere nggak pernah ngerebut gue dari lo, dan asal lo mau tau, gue yang ngejar Rere, bukan Rere yang ngejar-ngejar gue" ucap Arlen lalu melepaskan tangan Maya.

Maya pun pergi menjauh dari kantin setelah mendapat sorakan dari anak Teknik, bahkan ada yang mencaci Maya, dan meremehkan Maya.

Karena memang saat ini mereka sedang berada di kantin fakultas teknik.

"Kamu nggak papa?" Tanya Arlen sambil mengeringkan wajah Rere yang basah menggunakan tangannya.

"Sekarang Aku-Kamu nih" ucap Santy sambil berdehem.
.
.
.
.
.

✈️✈️✈️

Airlens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang