Airlens (30)

2.5K 134 14
                                    

Rere terheran ada apa dengan Vino, kenapa sifatnya berubah dalam waktu sekejap.

"Apa kak vino kesambet demit?" Batin Rere lalu membimbing Vino untuk beristighfar

Vino tertawa sinis,
"Lo pikir gue kerasukan" ucapnya lalu menatap Rere dengan lekat.

"Kak please tolongin gue" ucap Rere dengan suara yang bergetar, namun Vino menertawakan Rere.

"Lo inget, pas lo kejebak di gudang fakultas kedokteran?"

"Karena gue tau kalau lo phobia gelap, jadi gue sengaja ngejebak lo disana supaya gue bisa jadi pahlawan dan bisa dekat sama lo, tujuan gue cuma satu Re. Yaitu, balas dendam sama lo" ucap Vino membuat Rere tak paham, dendam apa yang Vino maksud.

"Dendam apa kak?, Gue nggak ngerti"

"Gue nggak bisa Re, Gue nggak bisa lihat orang yang berjasadalam hodup gue menangis meraung-raung karena anak kesayangannya meninggal, sedangkan lo malah ketawa-ketawa disini" ucap Vino, membuat Rere pusing memikirkannya.

"Maksud lo apa kak, sumpah gue nggak ngerti" jawab Rere, semakin takut dan merasakan dirinya sudah lelah.

"Lo pasti kenal Nathaniel kan?, mantan lo yang di london. Dia meninggal Re, karena apa?, Semenjak dia putus sama lo, Nath berubah, dia jadi pecandu, pembangkang, dan akhirnya dia mengakhiri hidupnya sendiri" jelas Vino membuat Rere terkejut.

"Awalnya gue emang mau balas dendam ke lo, tapi sialnya gue malah jatuh cinta beneran sama lo Re." Ucap Vino sambil menatap manik mata Rere
"Dan Lo malah mencampakkan gue" ucap Vino dengan sendu, namun seperkian detik berlangsung Vino tertawa jahat.

"Sama seperti lo mencampakkan Nath, lo mencampakkan gue disaat gue lagi sayang-sayangnya sama lo, dan lo lebih milih Arlen dibandingkan gue" Ucap Vino lalu dia menghela nafas panjang, sedangkan Rere tak mampu berbicara barang sepatah katapun.

"Jadi sekarang nggak ada alasan lagi buat gue ngelindungin lo Re" ucap Vino dengan senyum sinis dia melepas paksa tangan Rere yang memegang erat tangannya.

Namun tenaga Rere kalah besar dari tenaga Vino, membuatnya terhuyung dan terjatuh ke jurang

Vino menatap jurang tersebut, lalu mengusap Air matanya yang dengan spontan keluar "Goodbye Re."

🛫🛫🛫

"Bagaimana apakah semuanya sudah kembali?" Tanya pak ipul dan dijawab sudah oleh semuanya.

Santy menyadari sesuatu, Santy mengedarkan pandangannya lalu berkata, "Rere belum pulang pak"
Hal itu sontak membuat Arlen menegang, dan dengan segera menyerang Maya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Jawab gue brengsek" teriak Arlen murka, ingin rasanya Arlen membogem Maya jika dia tak memandang gender.

"Vino juga belum pulang" sahut Gentar membuat pikiran Arlen kian berkecamuk.

"Arlen tenang dulu Arlen"

Arlen tak mengindahkan perkataan pak Ipul, Arlen mengambil Ranselnya dan bergegas mencari Rere.
Begitu pula dengan Arsen, Nandra, dan Steven.

Santy berjalan gontai menuju Maya, tanpa peringatan, Santy menarik rambut Maya dengan kencang.
"Ini semua ulah lo kan!"

Bu Tuti berusaha untuk menenangkan Santy, justru malah membuat Santy semakin mengencangkan tarikannya dirambut Maya.
"Jawab gue sialan!"

Tak ada jawaban, Maya hanya mendesis kesakitan. Hingga tangan Santy ditarik paksa oleh Keysi.
Keysi membawa Santy kedalam pelukannya.

Membuat dinding pertahan air mata Santy luruh seketika, "Rere kak, Rere" ucap Santy terisak, membuat Keysi tak mampu untuk berkata apa-apa karena dirinya juga merasa sakit, kesal, marah, yang berkecamuk.

Santy melepaskan pelukannya, "Gue harus susulin mereka kak!, Gue mau cari Rere!"

"Sekarang udah hampir gelap San, kalau lo tersesat gimana? Jangan nambah-nambahin lah!." Jawab Keysi dengan sedikit membentak Santy

"Terus kita mau nunggu sampai kapan kak?, Gue nggak bisa!" Ucap Santy frustrasi, dan hendak melangkahkan kakinya untuk ikut mencari Rere.

Langkah Santy terhenti ketika tangannya dicekal Keysi, "Ayo kita cari sama-sama!."

🛫🛫🛫

"AIRE!!"

"AI, LO DIMANA!!"

Arlen kalut, sudah sejam dia memutari hutan namun hasilnya nihil.

"Ai gue khawatir" cicit Arlen hingga tak terasa air matanya mengalir dengan spontan.

Tak patah arang, Arlen terus berjalan menyusuri hutan bermodalkan senter yang dia punya.

Hingga lampu senternya menyorot tubuh seseorang yang terbujur kaku disana membuat tubuh Arlen menegang, jiwanya terguncang, pandangannya memburam, namun Arlen berusaha untuk menguatkan dirinya dan melangkahkan mendekat ke mayat tersebut dan mendapati.....
.
.
.
.
.
.

✈️✈️✈️

Airlens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang