"Ya, halo bun"
"..."
"Kan Rere masih liburan sama temen-temen, salah siapa kemarin nggak nyariin" jawab Rere sambil mengerucutkan bibirnya sebab kesal.
"..."
"Iya-iya besok"
Rere mematikan sambungan telponnya dengan sedikit kesal, hari ini dia mendapat panggilan pulang. Kemarin-kemarin kemana!.
Rere pun menceritakan titah Bunanya pada teman-teman, membuat mereka mau tidak mau harus membiarkan Rere pulang duluan.
"Kebetulan tuh, besok Arlen juga pulang. Bareng dia aja" ujar Arsen, membuat Rere menatap Arlen, sedangkan yang ditatap hanya menganggukkan kepalanya.
"Yaudah, berhubungan besok Rere pulang duluan, gimana kalo malam ini kita pesta barbeque?" Usul Keysi yang disorak gembira oleh Nandra.
Mereka pun melakukan pesta barbeque dadakan, Rere, Steven, Santy, dan Nandra sibuk di pemanggangan, Arsen dan Keysi mereka sibuk berduaan, sedangkan Arlen tengah sibuk berkencan dengan laptopnya.
"Re, antarin nih ke kak Arlen. Dari tadi gue lihat dia belum makan apapun" ujar Santy sambil menyodorkan daging panggang.
Rere dengan ragu mengambilnya, dan berjalan mendekati Arlen.
Dilihatnya, lelaki itu tengah sibuk dengan laporan penelitian.Dehaman Rere sukses mengalihkan pandangannya Arlen dari teman kencannya yang berbentuk persegi panjang itu.
"Nih, belum makan kan?" Tanya Rere sambil menyodorkan daging panggang yang dia bawa.
"Taruh disitu aja" ujar Arlen sambil menunjuk meja kosong, kemudian melanjutkan aktivitasnya.
Rere pun menghela nafas kasar dan mendudukkan dirinya tepat disebelah Arlen.
"Aaa" ucap Rere dengan tangan yang menyuapi Arlen, namun tak ada respon dari Arlen.
"Arlen, Aaa" ucapnya lagi, lalu Arlen memandang Rere yang mengisyaratkan agar dia membuka mulutnya. Arlen pun menerima daging yang disuapkan oleh Rere.
"Anak pintar" ujar Rere ketika Arlen melahap daging yang dia suapkan.
Setelah itu Rere tak ada menyuapkan Arlen lagi, dia memakan daging itu sendiri membuat Arlen menoleh kearahnya, Rere menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya "apa?"
"Mau lagi?" Tanya Rere, dan otomatis Arlen membuka mulutnya menunggu suapan dari Rere.
"Gue berasa ngurusin bayi gede kalau kayak gini" ucap Rere sambil berdecak melihat tingkah Arlen.
"Urusin dulu yang ini, nanti kalo kita punya bayi kecil, lain lagi ceritanya" Jawab Arlen tanpa memandang kearah Rere yang terbengong mendengar ucapannya.
"Oh iya, dengar-dengar lo mau dijodohin" ucap Arlen setelah menyelesaikan tugasnya.
"Iya"
"Terus gimana, lo mau nggak?" Tanya Arlen lagi.
"Awalnya sih gue setuju-setuju aja, tapi setelah lihat orang yang mau dijodohin sama gue, up dulu gan!" jawab Rere sambil bergidik ngeri
"Kenapa?" Tanya Arlen lagi
"Iya sih, orangnya banyak duit, dewasa, tapi nggak aki-aki juga kali. Ambyar sudah haluan gue tentang malam pertama yang syahdu, kalo liat perut buncitnya tu aki-aki" ujar Rere, sambil bergidik ngeri ketika membayangkan dirinya benar-benar menikah dengan teman bisnis papahnya itu.
"Nggak mungkin kan len, gue nikah terus gue racunin laki gue biar cepet mati. Terus gue," Rere manggantungkan ucapannya lalu mengatur posisi duduknya dan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Airlens [END]
RomanceOrang tua mereka sahabatan sejak embrio. Tapi bagaimana dengan anak-anak mereka?, Yang bahkan baru dipertemukan saat jenjang perkuliahan. Friendship?, Friendzone?, Friendshit?, Atau bahkan lebih dari itu? Skuy cari tahu jawabannya ✈️✈️✈️