Dipagi hari yang cerah, tampak Rere tangah bersenandung kecil, raut bahagia dan ceria tampak menghiasi rumah keluarga kecil Satria Hardiansyah.
Bagaimana tidak, hari ini adalah hari penutupan Ospek yang Rere jalani, maka sehabis itu dia resmi menjadi bagian dari jurusan Teknik Sipil.
Namun seperkian detik selanjutnya, kebahagiaan itu sirna ketika dia melihat seseorang yang ikut sarapan pagi bersama keluarganya.
"Ngapain lo disini" tanya Rere pada Arlen yang tengah ngobrol dengan Papahnya.
"Cepet sarapan, nanti aja nanya-nanya nya" bukan Arlen, melainkan Satria yang menegur putrinya itu.
"Pak Tejo, mobil Rere udah disiapin?" Tanya Rere pada pak Tejo yang berkerja dirumahnya itu tiba-tiba melintas.
"Loh, kata Nyonya nggak perlu disiapin non" jawab Pak Tejo dengan raut kebingungan, Rere yang mendengar itu langsung menatap Buna-nya untuk meminta penjelasan.
"Kamu berangkat sama Arlen hari ini" Ucap Satria pada putrinya.
"Is apaan sih papah, orang nanya sama buna malah papah yang nyaut" batin Rere, masih setia dengan tampang meminta penjelasan pada buna nya.
"Kamu berangkat sama Arlen" jawab Retha seakan menjadi Final.
Rere hanya menatap sebal kearah Arlen lalu memakan sarapannya dengan tenang.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Rere dan Arlen berpamitan pada kedua orang tua Rere, jangan tanyakan dimana bang Agaf karena dia masih tertidur dikamar nya.
🛫🛫🛫
"Lo ngapain sih, pake acara jemput gue segala?."
"Ngapain?" Bukannya menjawab Arlen malah balik bertanya saat memperhatikan Rere yang sibuk merapikan penampilannya di kaca mobil yang terparkir ganteng di parkiran universitas.
Rere mulai memoleskan lip tint berwarna merah muda di bibir mungilnya. "Lagi dandan, siapa tau nanti ketemu kak Vino" Jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya untuk melihat bibirnya yang baru saja terpoles lip tint
"Kak Vino?" Tanya Arlen sambil menaikkan sebelah alis matanya
"Iya" jawab Rere sambil mengembalikan badannya untuk menghadap kearah Arlen
"Yang wakil ketua BEM itu" ucapnya Lagi.Arlen hanya menatap datar pada gadis didepannya ini, lalu dia melangkahkan kakinya menuju Rere hingga jarak mereka hanya tinggal sejengkal.
"Nggak cocok" ujar Arlen, sambil menghapus lip tint yang ada di bibir Rere menggunakan Tisu yang ntah dari mana Arlen mendapatkan itu.
"Woi, bibir gue kelihatan pucat nanti." Ucap Rere setengah berteriak.
Rere pun hendak memakai lip tint nya lagi namun lip tint tersebut direbut oleh Arlen
"Balikkin nggak" ucap Rere sambil memplototi Arlen.
"Ambil aja kalo berani" ucap Arlen lalu memasukkan Lip tint itu ke kantung celananya,
Dengan jiwa yang berkobar-kobar, Rere berjalan untuk menghapus jarak antara keduanya.
Rere menatap Arlen dengan begitu intens membuat jantung Arlen
Berdegup kencang."Sial, si Rere cantik banget" batin Arlen.
"Arlen fucek" Ujar Rere mundur selangkah sambil menghentak-hentakkan kakinya di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airlens [END]
RomanceOrang tua mereka sahabatan sejak embrio. Tapi bagaimana dengan anak-anak mereka?, Yang bahkan baru dipertemukan saat jenjang perkuliahan. Friendship?, Friendzone?, Friendshit?, Atau bahkan lebih dari itu? Skuy cari tahu jawabannya ✈️✈️✈️