Tujuh belas tahun berlalu
Seorang gadis mengenakan hanfu berwarna kuning sedang berjongkok mengamati rumput yang ia pegang. Gadis itu bernama Xio Jin Wei.
Gadis itu kini tumbuh menjadi sosok yang menawan. Bola mata indah sebening air dengan warna coklat yang terang. Bulu mata panjang dan lentik serta alis yang terlukis apik.
Rambut hitam yang panjang sengaja ia gerai sebagian. Sebagian lagi ia sanggul sederhana dengan tusuk rambut berbentuk bulan sabit sebagai pengikatnya. Beberapa anak rambut menghiasi sisi samping wajah bulat cantiknya hingga menampilkan dahi putih seperti susu dan halus.
"Ck! Rusak! " Jin Wei melempar rumput kasar. Kesal karena gagal memanen tanaman obat incarannya.
Jin Wei menegakkan tubuhnya, lalu melangkahkan kembali kakinya melanjutkan perjalanannya menelusuri tingkat ketujuh hutan terlarang.
Tingkat ketujuh hutan terlarang merupakan bagian paling dalam dan misterius. Kaya akan tanaman obat yang langka, binatang spiritual tingkat surgawi, serta beberapa peninggalan kuno yang ditafsir bisa bernilai jutaan tael emas.
Hanya saja jalur yang ditempuh tidak mudah. Banyak halangan, seperti racun tingkat 6 yang terkandung dalam kabut yang sering muncul tiba-tiba. Binatang spiritual tingkat menengah hingga tingkat tertinggi, yang ganas dan liar. Belum lagi banyak tanaman rambat pemangsa, pohon pengecoh serta kabut ilusi yang sering menyesatkan dan menjerat manusia yang memasukinya.
"Ini sudah kesepuluh kali kau berdecak, meimei. Apa kau tak lelah?" Ucap wanita berhanfu hijau muda itu lembut. Tang Mei Yin, nama gadis yang berjalan di belakang Jin Wei.
Mei Yin merupakan saudari angkat Jin Wei sekaligus murid sekte lotus hitam. Usia Mei Yin hanya terpaut dua tahun dari Jin Wei. Apalagi sifat Mei Yin yang sabar, lembut, dan keibuan jika bersama Jin Wei, membuatnya merasa nyaman berada di dekat Mei Yin.
"Diamlah jiejie! Aku sedang kesal." Jin Wei memberengut kesal.
"Akan ku bunuh siapapun yang telah merusak hartaku." Desis Jin Wei dingin. Udara di sekitarnya berubah menjadi dingin dan sesak akibat tekanan yang dikeluarkan olej Jin Wei. Hasrat membunuhnya menguar begitu kental.
Melihat aura pembunuh yang semakin pekat dari tubuh Jin Wei, membuat Mei Yin menghembuskan napas lelahnya.
Tamatlah siapapun yang menjadi korbannya. Batin Mei Yin.
Semakin dalam Jin Wei berjalan semakin menumpuk tingkat kekesalannya.
Bagaimana bisa harta yang ia incar jauh-jauh hari rusak dalam waktu singkat. Harta yang rencananya akan ia gunakan dalam pembuatan pil dan racun terbarunya.
"Brengsek!" Umpat Jin Wei keras.
"Sabarlah meimei. Kita cari pelakunya bersama-sama." Ucap Mei Yin sambil menepuk pelan bahu Jin Wei, berusaha menenangkannya.
Sayup - sayup mereka mendengar suara benturan logam dari arah barat. Jarak yang lumayan jauh dari posisi mereka berdiri. Bagi mereka berdua sekecil apapun suara yang ditimbulkan akan terdengar jelas di telinga mereka.
Senyum cantik merekah menghiasi wajah Jin Wei. Segera ia menolehkan kepalanya, menatap Mei Yin penuh harap. Mata bulatnya berbinar senang. Pancaran keingintahuan terlihat jelas dalam bola matanya.
Rasa ingin tahu Jin Wei yang terlalu besar inilah yang sering membuat bulu kuduk Mei Yin berdiri.
Pasti akan ada hal merepotkan setelah ini. Ucap Mei Yin dalam hati
"Jiejie, ayo kita ke sana. Sepertinya ada hal menarik." Ajak Jin Wei dengan wajah sumringah layaknya anak berusia lima tahun. Ia bahkan melupakan kekesalan yang baru saja ia rasakan.
Mei Yin menghela napas frustasinya, menghadapi sifat keras kepala dan liar dari adik angkatnya ini.
"Baiklah" Ucap Mei Yin terpaksa menyetujui permintaan Jiao Wei. Ia takut jika tak menuruti kemauannya, iblis kecil ini akan melakukan hal yang lebih gila dan ekstrim lagi.
Mereka melesat terbang menggunakan ilmu qigong ke arah tempat suara itu berasal. Tak butuh waktu yang lama, mereka sampai di tempat tujuan. Kedua gadis itu berdiri di atas ranting poho yang menjulang tinggi tak jauh dari area pertarungan.
Keduanya menghilangkan hawa keberadaannya supaya tidak terdeteksi oleh orang di bawahnya. Menyamankan posisi duduk mereka sambil menikmati pertunjukkan berdarah yang sedang berlangsung di bawahnya.
Tampak lima puluh orang berpakaian serba hitam yang menutupi seluruh tubuh mereka kecuali bagian matanya. Mata mereka semua menyala dipenuhi dengan niatan membunuh yang sangat besar dan kuat.
Mereka menyerang dengan bringas keempat pria dewasa yang tengah melawan dengan pedangnya.
Kedua pria dewasa dari keempat pria yang diserang, nampak seperti seorang bangsawan. Sedangkan dua yang lain terlihat sebagai pengawal bangsawan itu.
Bangsawan pertama - Chen Duan Xie - mengenakan zaoshan biru muda bergerak menghindari serangan dari musuhnya. Ia menangkis serangan dari kesepuluh musuhnya yang sedang mengepungnya. Ia menendang perut salah satu pembunuh sembari melayangkan serangan cepat dan mematikan ke arah jantung lawannya.
Bangsawan kedua - Zhang Li Quan - memakai zaoshan hitam bersulam emas melakukan serangan yang tajam dan kejam. Ia memutar tubuhnya menghindari serangan pembunuh yang mengelilinginya sekaligus memenggal keempat kepala penyerangnya.
Kepala pembunuh itu satu per satu menggelinding, meninggalkan tubuh yang memancarkan darah segar. Benar - benar mengerikan.
"Bukankah itu tidak adil jiejie?" Jin Wei menopangkan wajahnya dengan kedua tangannya sambil mengayunkan kedua kakinya, bosan.
"sekalipun itu tak adil, itu bukan urusan kita. Kita tak perlu ikut campur." ucap Mei Yin lugas.
"Hmm."
Jin Wei tetap melihat pertarungan di depannya yang berlangsung lama dan sengit.
Di tengah-tengah pertarungan pergerakan bangsawan berpakaian hitam itu terlihat aneh dan berantakan. Pertahanannya sedikit memiliki celah, berbeda dengan yang sebelumnya. Kekacauan gerakkannya terlihat setelah ia menghentikan serangannya sejenak.
Tangan kanan yang ia gunakan menggenggam pedang terlihat bergetar. Napasnya mulai tak beraturan. Sekilas raut wajahnya berubah. Seakan menahan rasa sakit dari dalam tubuhnya.
"Ada yang aneh dengan bangsawan itu, jiejie." Tunjuk Jin Wei pada bangsawan yang mengenakan zhaoshan hitam. Tanpa mengalihkan pandangannya.
Jin Wei memicingkan mata, mengamati pergerakan serta raut wajah bangsawan itu lebih cermat.
" Apa maksudmu meimei ?" Mei Yin mengalihkan pandangannya, menatap bingung Jin Wei.
"Ini baru dugaanku saja jiejie." Jin Wei mengerutkan keningnya setelah memikirkan asumsi yang muncul di pikirannya. "aku perlu memeriksanya."
Sangat berbahaya jika tidak segera ditangani. Batin Jin Wei.
~oOo ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Xio Jin Wei
Historical FictionKisah pencarian jati diri seorang gadis dengan segudang ketrampilan yang mumpuni serta dibumbui jalinan kisah romansa yang indah. " Wangye, bukahkah kau masih berhutang pada aifei - mu ini? " Wanita berparas dewi menagih akunnya pada raja hantu di h...