"Dasar gadis nakal. Kemana saja kau pergi" Sembur kakek Yuan sambil menarik telinga Jin Wei keras. Gadis itu merintih dan meronta berusaha melepaskan jepitan di telinganya. Telinganya terasa panas, perih dan sakit. Kakeknya sungguh tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Begitu melihat cucu perempuannya itu melonggarkan kewaspadaannya, ia langsung menjewer telinga cucunya tanpa ampun. Ya, salah satu andalannya dalam menghukum Jin Wei.
" akh ... Kakek.. Lepas.. Akh.. "
"Tak akan kubiarkan kau lepas sebelum kau mendapatkan hukumanmu."
" Curang. Akh... Sakit... Akh.. Kakek, telingaku sakit. Akh.. "
"Tidak ! Kau akan langsung kabur begitu ku lepas."
"Tidak ... Akh... Aku janji tak akan kabur. Akh... Janji."
Jin Wei memohon kepada kakeknya dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat wajah cucunya yang menyedihkan dan janji yang telah ia ucapkan membuat Kakek Yuan menjauhkan tangannya.
Sebenarnya ia juga tak tega melihat cucunya kesakitan. Tapi, ia tetap harus melakukannya demi keselamatannya.
Sontak Jin Wei menggosok telinganya yang perih. Meredakan panas yang dirasa.
"Inikah balasan kakek atas pengobatanku barusan? Kejam." gerutu Jin Wei.
Ia menyesal telah mengobati kakeknya terlebih dahulu. Tahu hasilnya akan seperti ini, ia akan menunda pengobatannya. Setidaknya dalam dua hari ke depan.
Harusnya ku biarkan saja dulu. Dengan begitu kakek tak akan menghukumku. batin Jin Wei.
"Kalaupun kau tak menyembuhkan ku, aku akan tetap mengejar dan menghukummu." ucap Kakek Yuan tegas.
Jin Wei melotot kaget. Bagaimana kakeknya tahu. Apa kakeknya berubah menjadi cenayang?
"Aku tahu dari raut wajah bodohmu itu."
Seringai jahil tiba - tiba menghiasi wajah Jin Wei.
"Kalau ini. Apa yang bisa kakek baca?"
Jin Wei menunjukkan wajah berseri laksana bunga poeny yang bermekaran. Matanya bersinar cemerlang seperti sinar bulan purnama. Ujung bibirnya tertarik membentuk lengkung senyum yang cantik dan menawan. Sempurna. Sosoknya saat ini seperti gadis suci di bawah berkah para dewa.
Ada apa dengan gadis gila ini? Pikir Kakek Yuan.
Kening Kakek Yuan berkerut mengamati wajah cerah milik Jin Wei. Bulu kuduknya seketika meremang saat pikiran itu datang.
Ada 3 hal yang dapat membuat gadis itu bisa menampilkan ekspresi seperti itu.
Pertama, kecantikan.
Kedua, racun.
Dan, ketiga, benda berharga.Jika dia menunjukkan ekspresi seperti saat ini. Itu artinya ...
"Apa yang telah kau lakukan?" tanya kakek Yuan. Ada kecemasan yang terkandung dalam perkataannya.
Bagaimana ia tidak merasa khawatir, cucu kesayangan ini dikenal sebagai lotus putih yang gila. Di manapun ia berada akan terjadi hal-hal yang tak terduga. Dan, sering kali membawa petaka bagi orang - orang diselilingnya.
Tak hanya temperamennya yang sulit ditebak tapi juga pola pikirnya.
Bagaimana jika kali ini seluruh perguruan terkena imbasnya? Ini tak bisa dibiarkan.
Gadis itu masih saja tersenyum lebar tanpa mempedulikan kegelisahan kakek.
" Apa yang telah kau dapatkan?" ucap kakek Yuan berusaha bersikap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xio Jin Wei
Historical FictionKisah pencarian jati diri seorang gadis dengan segudang ketrampilan yang mumpuni serta dibumbui jalinan kisah romansa yang indah. " Wangye, bukahkah kau masih berhutang pada aifei - mu ini? " Wanita berparas dewi menagih akunnya pada raja hantu di h...