Bab 9 Kepulangan 2

58 9 0
                                    

Seperti hari-hari biasa seluruh murid lotus hitam akan berkumpul di halaman tengah untuk melakukan sesi latihan pagi. Latihan pagi ditujukan untuk memperkuat fondasi formasi pertahanan dan serangan sekte.

"Alirkan qi ke bagian atas dan bawah tubuh kalian. "

"Lakukan serangan formasi cincin! "

"Pertahankan formasi. Seimbangkan kuda-kuda kalian."

"Dei Han! Perhatikan langkahmu."

Kali ini yang menjadi pemimpin  adalah Tae Hong dan Wu Jin. Sesuai aturan sekte, latihan pagi akan dipimpin oleh murid pilihan yang telah diakui oleh para guru.

Murid pilihan inilah yang setiap paginya akan bergiliran memimpin, memantau, mendampingi, dan mengarahkan para saudara - saudari seperguruannya menyelesaikan materi paginya. Dengan kata lain, selalu ada materi yang berbeda di setiap harinya.

Total murid yang diakui para guru ada 14 orang, termasuk Jin Wei dan Mei Yin. Keempat belas murid ini memiliki keunggulan yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasinya. Tetapi, ada pula yang unggul di segala bidang, contohnya Jin Wei.

BLAM!

"KAKEK, WEI'ER PULANG." teriakan Jin Wei membuat semua  orang yang sedang berlatih menoleh ke arahnya.

Jin Wei melenggang masuk dengan santai tanpa rasa bersalah setelah ia menendang keras pintu gerbang hingga hampir terlepas.

"Pagi, senior dan junior tersayang. Apa kabar?" sapa Jin Wei dengan senyum yang teramat lebar di wajah polosnya.

Astaga, gadis ini. Tak bisakah ia berlaku seperti gadis pada umumnya.

Hampir saja jantungku berhenti berdetak.

Bisakah aku membuangnya ke lembah neraka.

Oh, dewa, kenapa kau ciptakan iblis cantik yang merepotkan ini.

Jika tidak memikirkan nasib buruk  yang akan menimpanya, mereka akan senang hati melontarkan semua keluhan atas perilaku gadis nakal itu. Sayang, mereka hanya bisa memendamnya dalam hati. Mereka terlalu ciut menghadapi kemarahan Jin Wei. Gadis cantik itu tak segan bertindak kejam dan sadis terhadap orang yang telah menyinggungnya.

"Senior Jin, apa kau tahu di mana kakek?" tanya Jin Wei kepada Wu Jin - seniornya yang berdiri paling dekat dengannya.

"Guru ada di aula keluarga. Ka... "

"Terima kasih, gege." teriak Jin Wei sambil berlari menuju ke aula.

Wu Jin tercengang menanggapi sikap Jin Wei yang sangat tidak sopan. Belum juga mulutnya tertutup untuk menyelesaikan ucapannya, gadis itu telah memotong bahkan meninggalkannya.

"Tak bisakah dia bersikap lebih manusiawi? Bisa-bisa aku mati muda karena terlalu sering menahan kesal menghadapi tingkahnya." Wu Jin menggelengkan kepala beberapa kali mencoba mengusir rasa geramnya.

Mei Yin terkekeh mendengarkan keluhan seniornya.

"Bersabarlah gege."

"Sebenarnya didikan macam apa yang ia terima hingga membentuknya seperti itu?" Wu Jin menatap Mei Yin. Meminta penjelasan.

"Yang jelas itu bukan didikanku." Elak Mei Yin.

Wu Jin memutar bola matanya. "Kau berpura-pura lupa atau bagaimana meimei. Kau jelas berperan dalam pembentukan karakternya. Terutama dalam hal tata krama."

"Benarkah?" Alis Mei Yin terangkat. Memikirkan ucapan seniornya ini.

"Setahuku aku hanya mengajarkan aturan menjadi perempuan. Bukan aturan kebar-baran." Lanjutnya sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Ia masih merasa kesal  mengingat betapa sulit dan lelahnya ia saat mengajarinya dulu.

Xio Jin WeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang