PART 2

4 2 0
                                    


Budayakan follow dulu ya sebelum baca para sahabat manis!
Cuma mau ngingetin sambil baca nanti jempolnya jangan lupa vote juga di pojok kiri bawah. Mudah banget kok, gak bakal bikin kalian ngos-ngosan wkwkwkwk.

Senyumnya mana? Belum senyum gak afdoolll. Gak bisa senyum gimana kak?yaudah nyengir aja gak papa hehe.

Happy joyday^O^

-●◎●-

Sudah terhitung dua tahun bunda menikah dan selama itu pula aku tinggal bersama eyang putri. Hidup bersama eyang putri jauh lebih bahagia dari pada kehidupanku sebelumnya. Eyang putri bisa jadi sahabat dan sekaligus pendengar yang baik. Hari-hariku yang sepi kini berubah jauh lebih hangat, aku bisa bercerita segala hal yang ku alami pada eyang, yang selama ini tidak ku dapatkan pada bunda. Pokoknya aku sayang eyang because eyang it's my everything.

Belum lama aku mendapatkan kebahagian nasib malang kembali menimpaku. Eyang di ambil tuhan dan pergi meninggalkan ku untuk selama-lamanya. Padahal aku hanya punya eyang yang ku jadikan tempat pelabuhan bersandar ku setelah kepergian ayah. Apa aku tidak berhak bahagia?apakah bahagia tidak diciptakan untuk aku miliki?tuhan dimana letak kebahagian yang abadi bagiku, apa aku tidak pantas masuk dalam golongan yang berbahagia? Pertama ayah, sekarang eyang. Terus siapa lagi selanjutnya yang akan kau ambil dari sisiku?
Eyang meninggal subuh tadi, terkena serangan jantung.

Para tetangga yang mendengar tangisanku, langsung berdatangan ke rumah dan seketika rumah jadi ramai. Bendera sakral kuning berkibar di halaman rumah. Bunda yang diberi tau lewat telpon oleh tentangga langsung ke sini begitu mendapat kabar yang tidak mengenakan.

Aku merasa sedih dan perasaan kehilangan kembali muncul untuk yang kedua kalinya setelah satu dekade lamanya. Bulir bening mengucur begitu deras mengiringi kepergian eyang.

Aku mengurung diri di kamar tak ingin bertemu dengan siapa-siapa dulu, aku masih syok atas kejadian ini. Mataku sudah tidak bisa dipastikan lagi seberapa bengkaknya. Aku tidak bisa mengontrol air mata untuk tidak jatuh ia seakan bersimpati dengan keadaanku sekarang.

Tok tok tok

"Noel, makan dulu yuk!"suara bunda di balik pintu kamar.

"Bunda makan aja! Noel gak lapar,"jawab ku dari balik pintu tak berniat beringsut untuk membukakan pintu. Aku masih sesungukan penuh dengan lendir di hidungku. Tak lupa tisu yang berceceran kini menjadi salah satu seni di kamar ku.

Derap langkah bunda mulai menjauh. Mungkin dia jengah karena sudah terhitung tiga kali dia bolak-balik ke kamar ku hanya untuk mengajakku makan dan selalu menuai hasil yang sama, ku tolak.

Aku masih memeluk foto yang terakhir kali ku ambil bersama eyang, kira-kira sekitar satu bulan yang lalu. Ku pandangi wajah eyang di disana terlihat sangat damai dengan menampilkan senyum simpulnya yang meneduhkan.

Oh eyang aku rindu...

-●◎●-

Disinilah kami sekarang, di ruang makan. Aku, bunda, dan om Mario sedang makan malam bersama, setelah dari fajar sangat sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk pemakaman eyang. Ralat, maksudnya hanya bunda dan om Mario yang terlibat dalam mengurusnya, aku hanya duduk berdiam diri disamping jenazah eyang tak berniat untuk meninggalkannya barang sedetik saja.

7200 DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang