Closer

3.2K 324 10
                                    

Halo
Vote + Comment
Enjoy!

.

.

.

Sejak Renjun sakit Jeno jadi sangat perhatian dengannya. Pemuda itu sudah dua hari tidak sekolah dan memilih menetap di rumah, lebih tepatnya di kamar Renjun.

Ya, Jeno selalu berada di kamar Renjun, menjaga adiknya, selalu ada di dekat Renjun kalau-kalau pemuda itu butuh bantuan. Mereka sudah jauh lebih dekat sekarang.

Jeno berubah, dia sudah bersikap layaknya seorang hyung dan menganggap Renjun adiknya.

Jeno mengakui rasanya lebih lega saat dia bisa menerima takdir, Jeno berterima kasih kepada eommanya yang sudah datang ke mimpinya untuk mengingatkan dan merubah sifat buruknya.

Renjun sendiri sangat senang dengan perubahan sikap Jeno yang perhatian layaknya seorang kakak. Dia berharap Jeno tidak akan merubah sikapnya lagi.

"Hyung,"

Jeno yang tadinya sedang membaca buku sambil duduk di sofa kamar Renjun kini mengalihkan pandangannya ke arah pemuda yang berada di atas kasur.

"Eomma dan appa tidak tau tentang ini kan?" tanya Renjun.

Jeno menggeleng, "aku lupa belum memberitau mereka, ingin kuberitahu sekarang?" Jeno bersiap mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya.

"Jangan hyung, biarkan saja eomma dan appa tidak tau tentang ini.," Renjun cepat-cepat menghentikan Jeno yang akan menuliskan pesan ke orangtua mereka.

Dahi Jeno berkerut bingung, "Kenapa?"

"Aku tidak mau merusak liburan bersama mereka hyung. Kalau mereka tau aku sedang sakit mereka pasti akan khawatir."

Jeno terdiam sejenak, terlihat seperti sedang berpikir.

"Memangnya kamu yakin mereka khawatir denganmu?" tanya Jeno meragukan perkataan Renjun.

Renjun melotot lucu, "Emm Y-ya pasti mereka khawatir kan kalau anaknya sedang sakit?" jawab Renjun agak sangsi, dia jadi ragu sekarang apakah orangtuanya akan mengkhawatirkan dirinya kalau tau hal ini.

"Kalau mereka ternyata tidak peduli denganmu?" Jeno bertanya dengan santai dan tanpa beban.

"E-eoh? Y-yasudah kalau tidak peduli juga tidak apa," jawab Renjun dengan suara kecil.

Jeno tertawa kecil, membuat lengkungan seindah bulan sabit tercetak di matanya. Ternyata menyenangkan juga menggoda Renjun yang kelewat polos dan sangat mudah terhasut, padahal Jeno hanya ingin bercanda tadi.

Mana mungkin orangtua tidak khawatir mendengar kalau anak mereka sedang sakit, tapi lihatlah wajah murung Renjun, sepertinya anak itu sudah terhasut candaan Jeno tentang orangtua mereka yang tidak akan peduli dengannya.

"Aku bercanda Renjun, mereka pasti mengkhawatirkanmu kalau tau kau sedang sakit."

Renjun menoleh kearah Jeno yang masih tertawa kecil, bibirnya refleks sedikit maju karena kesal.

"Kamu menyebalkan hyung, aku tadi jadi sempat berpikiran kalau aku ini anak buangan yang tidak dipedulikan."

Jeno cukup terkejut mendengarnya, sepetinya dia harus lebih berhati-hati kalau ingin bercanda dengan Renjun yang kelewat polos dan mudah termakan omongan orang.

Accept You || Jn x Rj ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang