Fortunately

3K 321 10
                                    

Halo
Vote + Comment
Enjoy!

.

.

.

Renjun semakin panik saat melihat pemuda itu marah, ia masih terus menangis dan berharap ada orang yang menolongnya. Rahangnya terasa ngilu karena cengkraman kuat dari tangan pemuda itu.

Srek!

Seseorang menarik kerah belakang pemuda yang mencengkram rahang Renjun dengan kasar. Badan pemuda itu seketika langsung berbalik ke belakang dan cengkramannya pada rahang Renjun terlepas.

Bugh!

Satu pukulan kencang mendarat tepat di tulang pipi pemuda itu. Ringisan keluar dari mulutnya, ia bahkan sampai tersungkur karena pukulan yang sangat keras itu.

"Lo, berandal sialan!" Jeno mencengkram erat kerah baju pemuda yang mengganggu Renjun. Wajahnya terlihat sangat marah.

Bugh!

Satu pukulan telak kembali dilayangkan Jeno kepada pemuda yang sudah berani menyulut emosinya itu.

"Lo ganggu dia berarti lo berurusan sama gue!" Jeno berucap marah. Matanya menatap nyalang pemuda yang masih meringis sakit di depannya.

"Sekali lagi gue lihat lo ganggu dia, gue jamin lo masuk rumah sakit sialan!" Jeno menghempaskan pemuda itu dengan kencang membuatnya kembali tersungkur dilantai.

Pemuda itu hanya mengangguk pelan karena sungguh pipinya sangat sakit sekarang, ia yakin pasti warna ungu sudah tercetak jelas di pipinya. Belum lagi punggungnya yang terasa ngilu karena tersungkur di lantai.

Jeno segera menarik Renjun yang masih terdiam membeku untuk segera pergi dari sana.

Jeno melirik ke arah Renjun yang masih diam. Wajahnya sembab, rautnya kentara sekali masih syok karena melihat kejadian tadi. Ada bekas merah juga di bagian rahangnya bekas dari cengkraman pemuda tadi.

"Sana pulang," setelah sampai di parkiran sekolah Jeno langsung menyuruh Renjun untuk pulang.

"Hyung kenapa masih disini?"

"Ada ekskul. Cepet pesan taxi nya, aku harus kembali ke lapangan."

"Ehmm, aku boleh pulang bersama hyung?"

"Gak, ekskulnya masih belum selesai."

"Kalau gitu aku tungg—"

"Kamu menungguku sampai selesai pun percuma, karena aku tetap tidak mau pulang denganmu nanti."

Raut wajah Renjun berubah sedih, padahal ia sangat ingin pulang bersama Jeno. "Okey aku pesan taxi aja hyung."

Jeno masih menunggu disana sampai Renjun mendapatkan drivernya.

"Oh iya, hyung makasih udah tolongin Injun," Renjun tersenyum tulus. Dia sangat senang dan lega Jeno datang menolongnya tadi, entah apa yang akan terjadi kalau tidak ada Jeno.

"Hmm."

Setelah Renjun mendapatkan driver, Jeno langsung meninggalkannya sendirian. Pemuda bermata bulan sabit itu kembali ke lapangan basket sekolah karena memang ekskulnya belum selesai.

Ia tadi izin ke pelatihnya untuk ke toilet sebentar, tapi saat berjalan di koridor Jeno mendengar teriakan yang cukup familiar di telinganya. Segera saja ia menuju asal suara teriakan itu dan benar saja, dia menemukan Renjun disana sedang diganggu oleh seorang berandalan sekolah.

Accept You || Jn x Rj ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang