Aku langsung menghempaskan diriku di kasur, mengusir semua rasa lelah dari perjalanan panjang hanya untuk sampai kemari. Benar-benar menghabiskan tenaga.
Setelah dipikir-pikir asrama ini tidak terlalu buruk. Meskipun bangunannya sudah terlihat tua dari luar, tetapi masih terawat dengan baik. Dengan tiga lantai.
Dengan rincian lantai satu untuk murid kelas Rostand dan lantai ketiga adalah tempat untuk murid-murid dari kelas Shakespeare dengan total 5 kamar tidur.
Seharusnya satu kamar diisi oleh dua orang, karena ada dua kasur yang tersedia, tetapi ketika masuk kemari aku tidak menjumpai siapa pun. Meski begitu sudah ada beberapa tas yang sudah diletakkan di atas kasur dengan sprei putih yang ada di dekat jendela.
Teman sekamarku sepertinya sedang keluar. Padahal ini adalah kesempatan bagus untuk berinteraksi dengan orang lain selain nenek. Aku masih ingat pernah berlatih mengenalkan diri di depan cermin beberapa malam sebelumnya.
Kemampuan komunikasiku dengan orang yang baru sedikit buruk, aku berharap bisa memperbaikinya di akademi ini. Aku juga berharap teman sekamarku adalah orang yang terbuka.
"Tapi ini benar-benar hebat," gumamku sembari melihat tampilan ruangan yang dibuat mirip dengan kamar hotel bintang lima.
Lampu di langit-langit terlihat begitu megah. Dindingnya sendiri dilukisi berbagai ornamen yang memiliki nilai artistik berwarna emas putih. Bahkan di dekat pintu masuk tersedia dua buah sofa yang terlihat mewah, dan mustahil aku bisa membelinya meskipun mendapat hasil panen yang bagus.
Kenyataannya tidak seperti itu. Semuanya hanyalah hologram. Bentuk asli kamar ini hanyalah dinding polos dan segala perabotan yang biasa saja. Aku tadi menonaktifkannya sebentar untuk memastikan. Ternyata gaya yang disukai teman sekamarku benar-benar unik.
Yap, aku sudah menyadarinya ketika melihat sebuah alat dengan logo A.L.i.C.E yang berada di dekat tempat tidur. Hologram benar-benar menjadi trend sekarang ini. Tentu saja yang paling menikmatinya adalah remaja dan orang-orang yang baru dewasa.
03 April XX21
Sungguh tidak terduga. Tadi malam setelah merebahkan diri di kasur badanku malah terlalu nyaman sehingga dengan entengnyaterlelap. Ketika bangun saat fajar menyingsing, teman sekamar yang kunanti-nanti sudah ada di teritorinya.
Itu mengejutkanku, karena orang itu adalah Jeslyn Abigal. Gadis cantik yang membuatku iri. Ya, iri dengan kecantikan dan sifat anggunnya. Kepalaku langsung berpikir keras, bagai roda gigi berkarat yang dipaksa bekerja tanpa henti. Aku mana mungkin bisa akrab begitu mudah dengannya.
Bahkan tanpa membangunkannya, aku langsung pergi ke luar. Aku merasa belum sanggup jika harus berbicara dengannya sekarang. Ini benar-benar masalah yang besar.
Menghirup lagi embun pagi yang sejuk, aku menatap langit yang mulai terang. Suasana di luar asrama benar-benar tenang dan damai. Akademi A.L.i.C.E VII yang berada di pegunungan memberikan nostalgia tersendiri. Sangat mirip dengan tempat tinggal bersama nenek, tentu saja suasana ini yang kumaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.L.i.C.E in Battle Stage
FantasyIni adalah dunia, di mana hati manusia bisa ditampilkan menjadi panggung yang mengerikan.