Di atas panggung yang gemerlapan, sosok itu berdiri dengan anggun. Mengenakan kemeja putih dan dasi coklat yang dibalut oleh parka gelap. Rok selutut dan juga stocking panjang. Dalam sekali pandang, aku bisa mengatakan kalau itu adalah kostum yang biasanya digunakan dalam panggung detektif.
Aku sama sekali tidak bisa berhenti menatap Jeslyn yang menjadi pemeran di sana. Seorang pria dengan jas coklat dan sarung tangan putih berdiri di sampingnya. Struktur muka maskulin terlihat memikat, dengan rambut gondrong dan mata setajam elang.
Sementara di seberangnya ada gadis lain yang melukiskan senyuman sinis dari bibir semerah darah. Rambutnya yang panjang itu diikat ke samping kiri. Kostum yang ia kenakan adalah jubah panjang bagaikan seorang kaisar, dengan mahkota kecil di kepalanya.
Akan tetapi, pria yang ada di sebelah gadis itu mengenakan kostum yang kontras dengannya. Bertudung hitam dan mengenakan pakaian yang mirip militer modern. Dia juga memakai topeng merah yang menutupi wajah, menyembunyikan identitasnya.
Mereka semua di atas panggung, seakan inti dunia. Sementara aku, terhalang oleh besi di barisan bangku merah yang kosong. Dalam kepala ini, ada begitu banyak pertanyaan yang muncul. Aku sama sekali belum bisa menerima segala informasi yang masuk seperti luapan air.
"Sungguh kebetulan, karena kita sekali lagi dipertemukan dalam satu panggung," ujar gadis itu memperlebar senyumannya.
"Dan akhirnya tidak terlalu bagus, untukmu, 'kan?" Jeslyn membalas.
Mata yang memandang rendah itu sama sekali tidak pernah kubayangkan muncul dari Jeslyn. Nada bicaranya yang dingin itu juga sama dengan ekspresinya.
"Yah, itu karena kamu memiliki A.L.i.C.E yang bagus. Tapi, sekarang berbeda. Aku akan menang kali ini."
"Jangan bermimpi, Elizabeth!"
Atmosfer yang ada di sana benar-benar berat. Meski terhalang oleh pagar, aku masih bisa merasakannya. Angin dingin yang entah datang dari mana mengibaskan sedikit rambut Jeslyn dan gadis itu. Tatapan yang seperti makhluk buas memburu mangsanya terpancar jelas dari mereka berdua.
Entah siapa yang pertama kali bergerak. Mataku tidak bisa mengikuti gerakan mereka. tiba-tiba saja yang terjadi adalah mereka melesat begiti saja. Hal yang mengejutkan adalah sesuatu yang ada di balik parka Jeslyn, pistol hitam. Sementara gadis bernama Elizabeth tadi sudah dalam posisi siap menghunuskan tombak yang tak kuketahui kedatanganya.
Bunyi nyaring terdengar, memecah keheningan yang tadi menyelimuti. Bersamaan dengan suara musik yang datang entah dari mana. Kostum yang tadinya dikenakan oleh Jeslyn dan gadis itu seperti terkena scan, lalu berganti menjadi pakaian yang sangat berbeda dengan sebelumnya.
Pakaian mereka kini malah cukup tebal, mirip seperti jaket kulit militer. Sepatu besi dan beberapa plat lutut serta siku. Milik Jeslyn warna putih dan juga hitam, sementara Elizabeth orange dan putih. Aksesoris yang mereka bawa juga berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.L.i.C.E in Battle Stage
FantasyIni adalah dunia, di mana hati manusia bisa ditampilkan menjadi panggung yang mengerikan.