Depresi

5 0 0
                                    


(01)

Ya, depresi itu nyata. Ia bukan sekadar sedih dan patah hati. Ia bisa muncul bahkan di saat aku sedang tertawa dan bahagia. Ia akan menyelinap begitu saja seperti hantu. Membawakanku pisau yang siap kutorehkan di nadiku. Atau meletakkan puluhan pil penenang di meja makanku.

Ia bisa muncul di saat aku membuka mata dan menutup mata. Bayangan diriku tenggelam di air, tidak bernafas, hilang, berkali-kali muncul dan timbul.Berkali-kali aku berteriak dalam diam tanpa suara. Berkali-kali pula aku menangis di balik bantal ataupun di balik pintu kamar mandi. Tanpa sebab, tanpa alasan. Namun, aku masih hidup hingga detik ini tidak berarti tanpa alasan bukan?


(03)

Kekalahanku pertama kali adalah tak lama sesudah mama meninggal. Aku mengambil belasan butir obat-obatan alm. mama yang tersisa. Kebetulan aku tahu itu obat-obatan keras dan akan menimbulkan efek ngantuk.Ya, kira-kira beberapa menit sesudah butir terakhir kutelan, tubuhku mengigil, gemetaran. Tubuhku seakan melayang-layang dalam kegelapan, lemas tidak ada kekuatan apapun. Aku pun mulai ketakutan. Ternyata aku masih punya ketakutan pada kematian. Berkali-kali hampir saja aku pulas tertidur. Namun, aku tahu jika aku tertidur saat itu, mungkin tidak ada lagi hari ini. Setengah dipaksa, kuseret tubuhku ke dapur, ketakutanku semakin menjadi. Apalagi itu sudah tengah malam dan semua sudah tertidur. Untunglah aku menemukan susu kotak punya adik sepupu. Kutegak habis dan kutunggu beberapa menit sebelum aku mencoba memuntahkan semua obat-obatan tersebut. Jika kamu bertanya ada apa, kenapa, kok bisa, dan sebagainya. Jawabanku hanyalah saat itu aku membenci semuanya walaupun sebelumnya aku sehabis tertawa bersama teman-temanku. Malam itu adalah malam kekalahanku.Juga merupakan malam kemenanganku. Atas kematian. Atas hidupku hingga detik ini.

~04 Agustus 2020

(04)

Ada masa di mana yang kurasakan hanyalah kebahagiaan. Penuh tawa, tanpa beban, tanpa pikiran, hanya kedamaian.

Ada masa di mana yang kurasakan hanyalah sepi.Dan aku pun terpuruk dalam pikiran-pikiranku sendiri.Tanpa alasan, tanpa sebab. Berhari-hari, berminggu-minggu. Hingga aku kelelahan dan rasanya ingin menyerah saja. Rasa sepi, rasa tidak berharga, rasa diabaikan. Rasa yang terus menggerogoti dan membunuhku perlahan. Ingin menangis, namun terlalu takut dilontari pertanyaan. Kenapa kamu? Kenapa lagi? Terlalu takut dihakimi. Ah kamu lebay. Ah kamu baperan. Masa begitu saja nangis. Biasa aja kali!Aku pun memutuskan menahan air mata itu atau pergi bersembunyi dalam kegelapan.Ribuan kali jutaan kali aku mempertanyakan kepada Tuhan. Mengapa aku diberikan perasaan-perasaan seperti itu. Mengapa IA membuatku mudah menangis, mudah terluka, dan mudah terpuruk? Kenapa harus aku yang mengalaminya? Tidak bisakah aku menjadi gadis normal biasanya? Bukan yang bisa tiba-tiba bangun tidur dan memutuskan membenci semua hal dalam hidup. Bukan yang bisa tiba-tiba ingin mengambil pisau dan mengiris nadi. Mungkin aku terlalu lemah, mungkin aku terlalu rapuh. Ada masa-masa aku memilih meminum obat dan tertidur. Bersembunyi dalam kegelapan. Ada masa-masa aku meluapkan semuanya dalam celotehan dan barisan kata seperti ini. Mungkin hanya itulah cara berjuang hidup yang aku tahu. Hanya demi satu hari lagi esok.

~15 Agustus 2020

(05)

Ia mungkin nampak sepele bagi mereka. Namun, bagiku rasa sekecil apapun tidak lah pernah sepele. Akan selalu menjadi alasan bagi hantuku untuk menarikku ke dalam kegelapan. Ingin kuhancurkan hatiku, agar tak lagi merasakan apapun. Ingin kubakar ingatanku, agar tak lagi mengetahui apapun. Hanya ingin tertidur dan menghilang. Jenuh, ingin berteriak, berlarian, terdiam, sunyi, lalu pergi. Menangis, tertawa, marah, hampa, lalu menguap. Diam. Hilang. Aku kembali berhadapan dengan hantuku, kini. Ia melambaikan sebilah pisau dan ratusan pil di depan mataku. Memanggil-manggilku dengan senyuman manisnya. Bersimbah darah dan peluh, aku pun menyerah. Aku akan menghilang(segera)terima kasih ya kak

~30 Desember 2020




Kisah DorayakiWhere stories live. Discover now