"Ma..., Mama...." Aku memanggil Mama Rani ketika membuka pintu utama rumah. Selalu seperti ini jika tidak ada satu orang pun di ruang tengah.
Kulempar sepatu sekolahku asal, menyimpan tas sembarang. Lalu aku berjalan ke arah tangga menuju kamarku, namun baru tiga langkah aku berderap, suara seseorang menghentikanku.
"Via sayang, tas sama sepatunya simpan di tempatnya dong. Jangan kayak gini, kamu kan udah SMA." Mama Rani datang dari arah dapur dan menegurku lembut, aku hanya memutar bola mata malas.
Aku menuruni tangga kembali, memeluk Mama erat. Ini kebiasaanku jika ingin meminta sesuatu, caranya dengan merujuk.
"Mama kan baik, cantik, ramah, sayang anak-anaknya. Aku minta uang dong," pintaku sambil mengedip-ngedipkan bulu mata imut.
Mama mengelus rambutku lembut, lalu tersenyum. "Iya, nanti Mama transfer ke ATM kamu ya."
"Makasih Mama!" Kukecup pipi Mama sayang, yang dibalas kecupan manis di keningku.
"Sekarang ganti baju, nanti makan bersama."
Aku mengangguk sekenanya. "Kak Mauren mana?" tanyaku saat kusadari tidak ada kehadiran kakak perempuanku di rumah ini yang biasa pulang tepat waktu.
"Mauren katanya pulang telat, mau ke Gramedia dulu."
Kulihat wajahnya agak berseri-seri, aku penasaran. "Mama lagi seneng ya?" Aku menebak.
Mama melengkungkan senyum. "Iya, Mama hari ini lagi seneng banget karena..."
"Karena apa?"
"Hari ini bakal ada tamu."
Apa semua orang akan senang seperti ini ketika rumahnya akan didatangi tamu?
"Tamu siapa?"
"Pacar Mauren mau dateng ke sini."
******
Tidak ada yang banyak kulakukan di kamar bernuansa pink ini, hanya merebahkan diri di kasur besar dengan seragam putih abu yang masih menempel di tubuh. Aku terlalu malas jika harus cepat-cepat berganti seragam dengan baju rumahan.
Jempolku terus menscrolling layar ponsel, hanya melihat-lihat status yang lewat di beranda Instagram tanpa ada niatan memberi like. Aku juga mengabaikan pesan yang ada di sudut kanan atas yang jumlahnya sudah mencapai sembilan puluh delapan.
"Huh, bosan." Aku melempar iPhoneku ke samping tempat tidur. Lalu beranjak dari kasur untuk mandi, kuharap setelah mandi pikiranku lebih fresh dan ada kegiatan sebelum aku main bersama teman.
******
Saat selesai mandi, ponselku bergetar singkat, menandakan ada pesan yang masuk. Kuraih benda pipih itu untuk melihat siapa si pengirim pesan.
Kak Mauren
Via, hari ini kamu jangan ke mana-mana ya. Kakak mau kenalin seseorang ke kamu.
Aku mendengus. Kak Mauren selalu tahu setiap petang aku selalu keluar rumah, bermain bersama teman-temanku sampai langit berubah gelap.
Aku hanya membalasnya singkat.
Iya
Seusai itu, aku menyisir rambut yang dua hari lalu kuwarnai menjadi warna oranye. Kemudian mencepol pendek menggunakan jepit sebagai pemadat biar rambutku tidak terurai lagi. Lantas kuraih bedak bayi dan dipoles ke wajahku yang pipinya agak berisi ini. Mataku yang bulat kupakaikan lensa berwarna hijau, bibirku yang tipis kupakaikan lipbalm agar tidak kering. Aku tampak cantik dengan dandanan natural seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrebatar
Novela Juvenil"Aku akan merebutnya." *** Cinta kadang berlabuh di tempat yang kurang tepat. Jika bisa menawar, aku ingin jatuh cinta kepada laki-laki lajang, belum mempunyai seorang pacar. Namun, aku malah jatuh cinta kepada cowok yang sudah memiliki kekasih. Dan...