Win Metawin POV
Aku hanya terbaring lemah di atas rumput lapangan yang basah ini. Luka dan lebam sudah tak aku pedulikan, hanya Air mata yang terus mengucur deras dari pelupuk mata. "sakittt.... Hikss sakit" hanya itu yang bisa aku ucapkan saat ini.
Jika bertanya tentang keputusasaan, itu lah yang terjadi sekarang. Rasa putus asa itu sudah berada di depan mata, putus asa dari memulai nya dari awal.
Hanya penyesalan dan kesalahan bodoh yang aku lakukan dulu. Aku menyalahkan kelemahan ku di balik air mata dan diam ku takut akan sesuatu yang belum tentu terjadi.
"Hikss.... Tante, maaf Win gak bisa datang. Win melewatkan jam malam...hiks maaf Tante" ucap ku dengan air mata yang terus hilang di bawah guyuran hujan deras malam ini seolah mewakili kesedihan ku.
Aku memejamkan mata ku berharap semua ini hanyalah mimpi "nong, nong, kau tak apa-apa" suara itu seolah terdengar seperti mengkhawatirkan ku.
Suara derap langkah kaki yang berpijak pada tanah, terdengar suara cipratan air yang bercampur dengan tanah menjadi genangan air.
Suara itu semakin mendekat dan terus berteriak. Dan derap langkah itu mendekat, dapat ku rasakan bahwa seseorang itu telah sampai.
"Heii... Nong.. kau tak apa-apa. Wajah mu lebam lebam... Heii nong" ucap seseorang itu yang aku yakini bahwa dia seorang pria karena suaranya yang berat. Dia menyentuh wajah ku dengan tangan itu, hanya nyaman yang bisa aku tafsirkan dari sentuhan itu.
Aku pun mulai membuka mata ku dan dapat melihat wajah nya walaupun di bantu dengan lampu lapangan yang masih menyala.
Dia langsung mengangkat tubuh lemah ku menggendongnya, nyaman yang aku dapatkan dari upaya pria ini untuk ku.
Dia terus menggendong ku dan mulai berjalan meninggalkan tempat ku tadi. Aku sekarang bisa dengan jelas melihat wajahnya, rahangnya terlihat tegas apabila di lihat dari sini, ditambah rambutnya yang basah karena hujan hujanan menolong ku.
Sekarang aku dapat mendengar suara detak jantungnya, berdegup sangat kencang, aku menyukai nya seperti lagu indah di telinga ku.
Aku mengalihkan pandanganku menuju dadanya yang terasa bidang enak untuk dijadikan sandaran. Dan saat itu juga aku melihat nama pada pin name nya "Bright" nama yang bagus. Cahaya, cahaya ku.
Aku sudah tak bisa merasakan apa-apa lagi, tangan ku kaki dan seluruh anggota tubuh ku seolah mati rasa. Pandangan ku mulai menghitam. Sekarang aku sudah tak sadarkan diri.
Author POV:
Saat ini Bright sedikit berlari di bawah guyuran hujan yang mulai mereda sejak dari tadi "kenapa tak ada kendaraan saat aku membutuhkan nya, sial sekali hari ku" ucap Bright sambil sedikit berlari. Kini tubuh Win dia gendong di belakang punggungnya supaya lebih mudah untuk bergerak.
"Untung saja rumah ku dekat dengan lapangan tadi" setelah mengatakan itu, Bright sudah berada di depan rumahnya "sial, dimana kunci rumah ku.... Ini dia" ucap Bright dan menurunkan Win dan menaruh tangan Win pada pundaknya supaya Bright bisa merangkul tubuh Win dan tidak jatuh ke bawah.
Bright memasukkan kunci pintu rumahnya pada lubang kunci, memutar nya dan akhirnya terbuka. Bright pun meraih kenop pintu itu memutarnya dan mendorong pintu tersebut sehingga terbuka lebar.
Bright membawa tubuh Win yang basah dan juga tubuh dia juga yang pasti sudah basah karena hujan "uhh... Berat sekali sih" ucap Bright saat membawa tubuh Win.
KAMU SEDANG MEMBACA
Worst Moment of My Life [BrightWin] End✓
Fanfiction[TAHAP REVISI] Win Metawin yg berumur sangat muda bisa di bilang masih balita harus di tinggal pergi oleh kedua orang tuanya dan di pun diasuh oleh tantenya. Karena kesibukan yang banyak tante Win menikah dengan seorang pria yang akan menjadi teman...