Bagian 04 - Pernyataan Faisal?

23 4 0
                                    

Sumpah serapah tak henti-hentinya keluar dari mulut pria yang sedang mengendarai motor bebek. Bukan tanpa alasan, sebab motor pria itu sedikit terkena goresan yang didapatinya dari insiden beberapa saat lalu.

Dewi Fortuna tidak berpihak kepadanya. Niat ingin buru-buru agar tidak terlambat masuk sekolah, tapi kesalahan kecil membuat Faisal harus terjebak bersama pria setengah baya yang tak berhenti mengumpat barang sesaat.

Goresan kecil terukir cantik pada motor bebeknya. Sebenarnya ini bukan masalah besar, tetapi kepribadiannya yang temperamental, ditambah pelajar itu telah membuat ia terlambat bekerja, membuat emosinya naik pitam dalam seketika.

"Dek! Ganti rugi gak!"

Faisal juga tak kalah geram. Rahangnya mengeras, mendelik tajam ke wajah pria itu. Jika bukan karena pria itu lebih tua darinya sudah pasti Faisal mengajak pria itu baku hantam sedari tadi.

"Pak, ini cuma goresan kecil. Juga yang salah 'kan bukan saya."

"Bukan lo yang salah? Terus yang salah gue gitu?"

"Yang nyerempet saya terlebih dahulu itu Bapak! Terus di sini posisi saya adalah korban, dan Bapak minta ganti rugi sama saya? Woah! Alasan klasik buat dapet duit." Faisal tersenyum miring, jarinya mengusap goresan yang terdapat pada motor bebek pria itu.

"Jangan asal ngomong, ya! Emang lo yang salah kok!"

"Gimana, Pak? Asal ngomong? Seenak jidat, ya, Pak kalau bicara."

"Nih bocah, enggak ada sopan santunnya sama sekali ke orang tua." Pria tersebut siap melayangkan tangannya ke wajah Faisal, tetapi ada yang menahan.

Orang yang menahan agar Faisal tidak tertampar adalah salah seorang warga-melihat kejadian beberapa saat lalu. "Pak, udahlah. Cukup, dia masih remaja, mau ke sekolah. Juga 'kan itu bukan kesalahan dia."

Pria itu melepaskan tangannya yang sedang berada dalam cengkeraman. "Sok tahu banget lo. Jangan ikut campur deh!"

"Dek, kamu pergi sana! Biar dia saya yang ngurus." Ucapan dari orang tersebut membuat kekesalan Faisal sedikit mereda.

"Baik, Pak. Terima kasih."

Faisal berlalu meninggalkan tempat kejadian, di mana ia berusaha dibohongi oleh pria toxic. Sumpah serapah masih menggaung di telinga Faisal, meski kini keberadaannya sudah cukup jauh.

Dengan kekesalan yang belum pudar, Faisal mengayuh cepat sepedanya. Berharap tidak terlalu terlambat untuk segera sampai ke sekolah. Sebab, hukuman yang diterima Faisal akan cukup besar jika itu terjadi.

Dari kejauhan Faisal melihat Pak Darmono—satpam sekolah, sedang menutup pagar besi yang menjulang tinggi itu. Saat Faisal mendekat, sedikit lagi ingin sampai. Pak Darmono segera menggembok pagar berwarna hitam idaman Faisal.

"Pak!" Deru napas Faisal tak beraturan. Keringat membanjiri pelipis cowok berperawakan tinggi itu.

"Si Faisal! Kebiasaan, tapi sekarang udah telat, Sal."

"Pak," pinta Faisal. "Ya, enggak apa-apa, Pak. Biarin deh saya dihukum, yang penting saya masuklah. Mau ada praktek, Pak."

Pak Darmono mendengkus kasar. Ia menatap dalam Faisal yang sedang tertunduk. "Sebenarnya saya juga enggak tega sama kamu. Perjuangan kamu gigih banget buat dateng ke sekolah, salut saya sama kamu."

Faisal terdiam sejenak tatkala mendengarkan ucapan Pak Darmono. Atmosfer di sekitarnya berubah, emosinya kian mereda, bahkan dapat dikatakan sudah tidak ada. Ia menyunggingkan senyum kecil. Perkataan sederhana itu membuat semangatnya kian kembali. Bara api berkobar di dadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Halo Kak TarunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang