Bagian 01 - Huft!

121 38 27
                                    

Cuaca mendukung untuk membuat para murid datang ke sekolah. Tetapi di lain hal ada mereka yang menginginkan agar hujan turun.

Senin adalah hari upacara bendera yang menjadi rutinitas seluruh sekolah yang ada di bumi pertiwi. Seharusnya aktivitas ini terjadi dengan khidmat, tetapi anak bangsa di negeri ini selalu cemberut saat mengadakan upacara.

Kemalasan di hari senin tidak pernah berlaku pada diri Sekar. Gadis berambut pendek itu selalu menebarkan pesona bahagia disetiap harinya. Senin sendiri merupakan hari yang ia sukai. Dimana pada hari senin lah Sekar bisa melihat betapa gagahnya sang saka merah putih berkibar di langit nusantara.

Sekar mengakui bahwa hari senin memang sangat melelahkan, tapi bukan menjadi alasan untuk tumbang. Hari-hari lain juga melelahkan, tapi harus berjuang.

Sekar melirik sedikit teman di belakangnya—Shera. Gadis itu sepertinya kurang dari sepuluh menit lagi akan menuju brankar UKS. Mata Shera beberapa kali berkedip, dan juga posisi tubuhnya yang tidak bisa diam.

"Sher!" panggil Sekar.

"Eum" Shera mengadahkan mukanya ke Sekar.

"Balik kanan sana!"

"Enggak ah! Mau disini aja!"

"Sana balik kanan!"

"Nanti dimarahi Pak Yatno lagi."

"Nggak mungkinlah!"

Posisi mereka berdua berada di paling belakang. Dan sulit terjamah para anggota OSIS atau anggota PMR. Kecuali berjalan sedikit, keluar dari daun yang menutupi Shera.

Sekar sangat gemas dengan tingkah laku Shera. Bibirnya yang sudah hampir membiru, dan wajah pucat lesunnya semakin membuat Sekar membayangkan jika Shera harus pingsan di lapangan.

"Sher! Balik kanan! Nanti di bantu sama anak PMR."

Shera menggelengkan kepalanya, "nggak mau."

Sekar menghela napas berat. Shera sangat mengganggu ke khidmat-an upacaranya hari ini. Sekar akhirnya menyerah pada sifat kekanak-kanakan Shera.

"Terserah lo deh! Tapi Kalo tumbang gue seret ya!"

"Lah kan yang angkat anak PMR. Terus mereka kan punya tandu! Bukan lo!" Shera sedikit geram dengan Sekar.

"Emang bukan gue! Siapa juga yang mau angkat lo! Tapi nanti gue minta ke mereka buat jangan ada yang angkat lo! Badan lo tuh berat! Nyadar diri apa!"

"Nggak mungkin, mereka nggak sesadis lo!"

"Terserah deh! Nanti gue bilang buat seret lo aja. Karena lo itu berat."

"Ya udah nih, gue ke UKS."

"Ya udah sana!"

"Tapi tanggung Kar!"

"Balik kanan atau diseret?"

"Et dah! Iya nih iya!"

Sekar tersenyum senang. Lebih baik Shera pergi ke UKS dari pada harus di lapangan. Shera akan membuat heboh sekolah jika anak itu tumbang di lapangan.

Tak terasa saja upacara dikit lagi akan selesai. Pembawa acara membacakan, 'Para siswa menyanyikan lagu mars ppk dan lagu wajib Indonesia Pusaka.' Disinilah bagian upacara kesukaan Sekar.

Halo Kak TarunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang