Lututnya terasa sangat lemas. Ia tidak sanggup untuk melanjutkan kegiatan fisik yang menguras tenaga ini. Jika dipaksakan dirinya akan tumbang.
Dia izin kepada guru olahraganya untuk berhenti sejenak. Memang ia tidak seperti murid lainnya, yang walaupun jarang olahraga tetapi masih mampu melakukan latihan fisik.
Sejak kecil ia sangat sering terjatuh. Dia pun juga jarang bermain di luar ruangan seperti sebagai anak kecil. Seringkali dirinya dihina karena tidak dapat melakukan aktivitas fisik yang berat.
Memang manusia selalu mencari sisi lain dari orang lain. Orang-orang selalu mengejeknya dengan kalimat yang berbagai macam. Mulai dari fisik hingga mempermasalahkan jenis kelamin.
'Kok gitu doang kok gak bisa sih?'
'Lemah banget lo! Ya kali cuma push up aja gak bisa!'
'Lo kan cowok? Kok lari gak kuat sih?'
Deretan kalimat sarkas yang orang-orang ucapkan untuknya sedikit membuat mentalnya melemah. Tetapi tidak pernah terlintas dipikirannya untuk menerima semua omongan itu dan menjadikan sebagai alasan menghentikan dirinya.
Hanya beberapa menit lagi bel pulang sekolah berbunyi, membuat euforia kebahagiaan tersendiri yang dinanti murid.
"Dan! Lo mau pulang naik apa nanti?" tanya Andi yang sedang mengelap keringatnya.
"Gak tau Ndi! Papa gue kan kerja! Lo tahu itu!" Dania menggelengkan kepalanya. Ia menundukkan kepalanya di atas meja.
"Iya Dan! Gue tahu lah kalo itu!" Andi berdecak sebal dengan perkataan Dania.
Dania tersenyum nyengir. "Hehehe ... tuh tau! Jadi mungkin gue naik ojol."
"Lah ojol?" tanya Andi memastikan kebenaran ucapan Dania.
Dania mengangguk mantap atas jawabannya. "Tepat sekali!"
"Ojol?" heran Andi. " Tunggu ... di mana tuh pacar lo yang namanya Sadika?"
"Sadam bukan Sadika!" Dania membenarkan perkataan Andi.
"Ah iya! Itu lah pokonya! Dimana tuh dia? Nggak ada gitu niatan dia buat jemput lo?" Andi bertanya. Seulas senyum tipis terukir jelas di wajahnya.
"Putus Ndi!" Dania menggelengkan kepalanya. "Kata dia gue over posesif. Jadi dia minta gue buat udahan aja."
Andi tersenyum miris dengan pengakuan terang-terangan Dania. Ia berspekulasi bahwa Sadam lah yang tidak ingin Dania berbicara bawel.
Dia dan Dania telah berteman sejak kecil. Hanya saja mereka tidak pernah satu sekolah. Baru saat masuk SMA lah keduanya bisa satu almamater.
Menurut Andi, Dania lah yang tahu seluk-beluknya. Gadis berambut panjang sebahu itu tidak pernah mengejeknya. Ia tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ia tahu bahwa Andi memiliki masalah fisik yang membuat kondisi tubuhnya tidak seperti orang lain. Hanya Dania lah yang tahu kekurangan Andi.
Andi jatuh cinta dengan aura positif Dania. Hanya saja Dania sering mengaku bahwa kekasihnya merasa, Dania berlebihan dalam membebaskan beraktivitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Kak Taruna
General Fiction"Saat kau lelah dan ingin menyerah, ingatlah! Ada mimpi yang harus diwujudkan, ada cita-cita yang harus diperjuangkan, dan ada orang tua yang harus dibanggakan." ___________________________ Persaingan mengejar mimpi tidaklah semudah yang ada dalam e...