" Hoseok bisa ceritakan kenapa kejadian ini bisa terjadi? "
Hoseok yang merasa namanya di panggil mengangkat kepalanya dan mencoba menjelaskan semuanya walaupun dengan sedikit isakan dan rasa menyesal yang sangat mengganggu dirinya.
Flashback on !
Hoseok merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mencoba memejamkan matanya, ia terkesiap ketika mendengar suara benda jatuh dari dalam kamar mandi, awalnya ia ragu untuk melihat ke kamar mandi tetapi suara itu semakin menjadi dan terdengar suara pecahan kaca. Hoseok mencoba memberanikan diri untuk melihat ke dalam kamar mandi, ia mengambil sapu yang tergeletak tidak jauh dari tempat tidurnya dan ia berjalan dengan sangat hati hati menuju kamar mandi.
Ceklek.!
Aaaaaaaa bug.. pltak..
" siapa kau hah siapa kau berani beraninya memasuki kamar mandiku " ucap hoseok yang melancarkan aksinya dengan mata sambil tertutup.
Bug bug bug.. hoseok terus memukul oknum yang berada dalam kamar mandinya menggunakan sapu yang ia pegang.
" H-hyung ini aku " ucap seseorang yang di pukuli oleh hoseok
" H-hyung? " hoseok menghentikan aksi memukulnya setelah mendengar dirinya di panggil hyung oleh orang yang ia pukuli. Dan eh tunggu sepertinya hoseok mengenal suara itu, hoseok membuka matanya dan matanya membukat sempurna setelah melihat orang yang barusan ia pukuli ternyata ia adalah salah satu dongsaeng kesayangannya.
" J-jimin-ah sedang apa kau di sini? "
Hoseok yang melihat akibat dari perlakuan nya yang memukul dongsaengnya *tidak tau bahwa jimin yang ia pukul* ini seketika panik melihat ada memar merah di tangannya dan juga Hah apa ini punggungnya juga sama dan yang membuat hoseok kembali histeris ia melihat jimin meringis kesakitan akibat karya yang ia buat dari gagang sapu." Jimin-ah maafkan hyung.. H-hyung tidak tau kalau itu kau hiks " hoseok berderai air mata seiring dengan permintaan maaf pada jimin.
" H-hyung gwenchana " jimin berusaha tersenyum.
Dengan sigap hoseok membawa tubuh jimin dengan sangat hati hati seolah olah tubuh jimin akan hancur jika hoseok membawanya dengan gegabah.
" Ahh.. " hoseok merintih kesakitan ketika kakinya tidak sengaja menginjak pecahan kaca yang berserakan di dalam kamar mandi. Jimin yang mendengar itu mendongkak ke atas menatap hyungnya " Hyung aku bisa berjalan sendiri, hyung lihatlah kau sedang kesakitan" hoseok tidak mendengarkan perkataan jimin ia terus menggendong gubuh jimin menuju kasurnya.
Flashback off!!
Yonggi menghela nafas, beruntung ia kembali melihat hoseok yang menangis dan membawa kotak p3k ke arah kamarnya. Yonggi yang merasa ada yang aneh dengan hoseok langsung mengikutinya ke dalam kamar hoseok.
Yonggi terkejud ketika melihat jimin yang meringis ketika hoseok mengoleskan salep, bukan karena melihat ringisan yang membuat yonggi terkejud bukan ringisan jimin tetapi ada bekas luka memar merah di punggung dan juga tangannya. Tunggu apakah jimin berkelahi? Tapi dengan siapa? Lalu kenapa hoseok terus menerus meminta maaf pada jimin? Ataukah ini semua ulah Hoseok? Ah sudahlah dari pada ia terus berprasangka buruk lebih baik yonggi mendengar penjelasan langsung dari mereka." Mian jimin-ah " hoseok menatap jimin dengan tatapan penuh penyesalan.
" Ah hyung gwenchana, ini juga kesalahanku.. " cengir jimin, ia berusaha mencegah hyungnya kembali menyalahkan dirinya.
" Mian " Hosoek terus bergumam meminta maaf jimin yang mendengar itu tertawa. Ah sebenarnya ia tidak ingin hyung mataharinya ini terus menangis.
" Heh apakah ada yang lucu dengan ini " refleks hoseok memukul kaki jimin yang tidak terdapat memar. Tapi ada ide jail jimin ketika hoseok memukul kakinya ia mengaduh kesakitan sontak itu membuat hoseok kembali panik. Dan lagi lagi jimin tertawa. Dan yang dari tadi memperhatikan mereka berdua hanya tersenyum tipis hingga dongsaeng nya tidak menyadari bahwa si manusia es membentuk lengkungan di bibirnya.
Tawa mereka berhenti ketika seorang namja memasuki kamar hoseok dengan tatapan sulit di artikan. Ketiga orang yang sedang tertawa ah bukan ketiganya melainkan hanya dua orang. Yonggi yang menyadari akan tatapan itu menghela nafas dan berjalan ke arah pintu ia hendak menjelaskan semuanya, tapi ia dibuat terkejud ketika namja itu mengacungkan jari telunjuknnya pada yonggi yang berarti namja itu menyuruh diam.
Namja itu berjalan melewati yonggi di ambang pintu, tatapannya tidak beralih dari ke dua nya-hoseok dan jimin.
" J-jin hyung " cicit hoseok dan ya namja itu adalah hyung tertuanya kim seokjin.
" H-hyung aku bisa jelaskan " hoseok mencoba menjelaskan ia takut akan di marahi kaka tertuanya.
" Stttt jangan dulu bicara " tutur seokjin sontak mereka terkejud untuk ke dua kalinya. Tunggu apa seokjin tidak marah?
" Yonggi tolong bawa jimin ke kamarnya, hyung mau bicara berdua dengan hoseok" pinta seokjin pada yonggi yang sendari tadi terdiam yonggi itu pendiam jika kau lupa seokjin.
Yonggi yang mengerti langsung memapah jimin keliar menuju kamarnya, awalnya jimin menolak karena takut hoseok akan di marahi tapi jin memberi tahu bahwa ia 'tidak akan memarahi hoseok, jika itu sampai terjadi jimin boleh memarahinya habis habisan' dan ucapan seokjin itu mampu membuat jimin mengerti tapi ia sedikit ragu..ah ayolah jimin seokjin bukan tipikal orang pemarah.
Setelah kepergian yonggi dan jimin, seokjin duduk di tepi kasur hoseok dan menatap hoseok yang dari tadi menunduk sesekali sedikit terdengar isakan, seokjin tau bahwa dongsaengnya ini terlalu emosional dalam perasaan hingga apapun yang bersangkutan dengan adik adiknya ia akan menangis bahkan menyalahkan dirinya sendiri.
Seokjin mengelus punggung hoseok, perlakuan itu membuat hoseok mengangkat kepalanya dan beralih menatap seokjin yang sedang tersenyum padanya.
" Sudahlah jangan menyalahkan dirimu sendiri hoseok-ah lebih baik hyung obati dulu kakimu " jin mencoba untuk menenangkan hoseok, sebenarnya hatinya serasa ngeri karena melihat jejak darah begitu banyak di dalam kamar hoseok bahkan di depan kamarnya juga terdapat jejak darah, makannya ia melihat kekamar hoseok dan melihat ada jimin, yonggi dan juga darah yang mengalir dari ke dua kaki hoseok.
Hoseok yang hanya mampu menganggukkan kepalanya tanpa berkata kata ia menuruti permintaan jin.
Jin mengabil air hangat ia membersihkan kaki hoseok yang berlumuran darah ia sedikit termenung karena luka bekas benda tajam yang menganga cukup dalam di ke dua telapak kaki hoseok. Jin mencoba tenang supaya adiknya ini tidak merasa bersalah kembali.Selesai dengan membersihkan kaki hoseok, jin meneteskan obat merah di telapak kaki hoseok dan tetesan itu mampu membuat si empu mengaduh kesakitan. Seokjin jadi merasakan sakit juga, ia perlahan membungkus kaki hoseok dengan perban. Selesai dengan aktivitas mengobati, jin beranjak untuk membersihkan lantai yang seperti tempat pembunuhan darah dimana mana, tapi sudut matanya melihat hoseok yang melihat ke lantai dengan tatapan kosong. Jin langsung menghampiri nya.
" Hoseok-ah lebih baik kau istirahat, badanmu pasti lemas karena mengeluarkan banyak darah " jin membantu hoseok untuk berbaring dan ia menghela nafas karena tingkah hoseok, bukan karena ia menolak permintaan seokjin tapi hoseok menurutinya tanpa bicara sedikitpun.
" Hyung gomawo " pelan hoseok tapi masih terdengar oleh seokjin, ia mengangguk tersenyum melihat hoseok perlahan menutup matanya. Seokjin mulai membersihkan jejak darah di kamar hoseok dengan hati hati supaya si pemilik kamar tidak terganggu
" Semoga 4 tahun yang lalu tidak terjadi lagi padamu hoseok-ah kami sangat menyayangimu " lirih seokjin yang selesai dengan membersihkan kamar hoseok dan berjalan keluar, menutup pintu kamar dengan sangat hati hati.
Hai🔊
Semoga suka ya🔊 [>'~']>♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Hoseok
RandomDia adalah alasan kenapa aku di lahirkan.. Maafkan aku.. Sungguh.. Akan aku kembalikan semuanya padamu.. Satu jaminan bagiku... / Deru nafas.. Langkah kaki.. Bayangan.. Hitam pekat.. Dan Memudar.. Perlahan membusuk..