Flashback 5

26 0 0
                                    

***
Sakti mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat. Ada perasaan marah yang berkecamuk di dadanya.

Jika Sakti tampak menyiratkan perasaan marah Fauziah justru sebaliknya. Gadis itu justru mati-matian menahan air mata yang seperti memberontak untuk keluar dari pelupuk matanya.

Tepat dihadapan mereka, terlihat Alan yang tengah menggendong Kirana dengan sedikit terburu-buru. Diikuti beberapa siswa dibelakangnya. Nampak Yanti dan Ina.

"Eh, itu lagi ada apaan ?"
Sakti menghentikan salah satu siswa yang kebetulan lewat dihadapannya.

"Oh itu Kirana pingsan. Makanya digendong sama Alan mau dibawa ke klinik. Soalnya petugas UKS lagi gak masuk".
Jelas siswa tersebut.

Sakti mengangguk dan mempersilahkan siswa tersebut untuk pergi. Tentunya setelah mengucapkan terima kasih.

***

"Na..apa yang sebenarnya terjadi sama Kirana. Dia kenapa ? Maksud aku, kenapa dia bisa pingsan."
Sakti mencoba berbicara dan bertanya kepada Ina. Namun, gadis itu justru tak menghiraukan pertanyaan Sakti.

Bukan hanya Ina, hampir seluruh penghuni kelas tida ada yang memperdulikan pertanyaan Sakti. Sepertinya tidak ada yang punya niat untuk memberitahunya terkait hal yang menimpa Kirana saat ini.

"Lo semua pada kenapa sih ? Kenapa gak ada satupun yang ngejawab pertanyaan gue ? Apa yang terjadi sama Kirana ?".
Sakti seperti kesetanan di dalam kelas. Ia berteriak dan marah kepada teman-temannya. Namun, nihil tidak ada juga yang membuka suara.

"Lo nanya Kirana kenapa ? Gue tanya Lo kemana aja selama beberapa hari ini ? Sampai Lo nggak tau sama keadaan sahabat Lo sendiri ? Oh iya, gue lupa Ko kan sibuk pacaran."
Suara Asri seakan berhasil menampar Sakti. Kalimat yang begitu sarkas hingga terdengar begitu menyakitkan.

"Plis Sri..gue minta maaf. Tapi, tolong bilang ke gue apa yang sebenarnya terjadi sama Kirana ?"
Suara Sakti terdengar memelas. Begitu sarat pengharapan dari setiap kata yang ia keluarkan.

"Nanti gue chat Lo. Untuk saat ini rasanya sia-sia kalau gue ngasitau ke Lo. Kirana juga udah dibawa pulang kerumahnya. "
Ucap Asri akhirnya.

"Teman-teman semuanya kembali ke tempat duduknya masing-masing yah. Kita mau masuk pelajaran keempat nih. Gurunya udah mau kesini"
Farhan, ketua kelas 10³ menginstruksikan kepada teman-temannya untuk kembali ke kursi masing-masing.

Dengan langkah gontai, Sakti kembali ke kursinya. Pikirannya begitu kalut. Bayangan wajah Kirana siang tadi terngiang di kepalanya.

Apa yang sudah ia lakukan kepada Kirana. Ia sudah membentak gadis itu. Ya Ampun ia benar-benar bodoh.

***

"Sak..gue sama anak-anak mau kerumah Kirana nih. Kita mau jenguk dia. Lo ikut kan ?"
Tanya Asri.

Sakti hampir saja mengiyakan pertanyaan Asri. Namun, dari kejauhan seseorang telah memanggil namanya.

Asri menghela nafasnya panjang.

"Dahlah Lo kayaknya gak bisa ikut. Kita duluan yah. Nyesel gue nanya kek tadi sama Lo. "
Asri mengusapkan kalimatnya dan bergegas meninggalkan tempat parkir dan ikut bersama teman-temannya untuk pergi ke rumah Kirana.

***

"Lo baik-baik aja kan Na ? Lo gak kenapa-kenapa kan ?"
Asri memegang lengan Kirana yang sedang terbaring di ranjang kamar tidurnya.

"Iya, gue gak apa-apa kok Sri. Lo gak usah panik gitu".
Ucap Kirana lemah dengan wajahnya yang begitu pucat.

"Lo bikin gue hampir mati tau nggak. Gue panik banget. Untung ada Alan yang gercep. Alan emang the best sih hehehe"
Asri mencoba untuk menghibur Kirana.

Kirana hanya tersenyum ringan. Jujur saja saat ini Ia memikirkan Sakti. Ia penasaran dengan keadaan Sakti. Sebenarnya Ia bisa saja menghubungi Sakti untuk menanyakan keadaannya namun, itu semua tidak mungkin Ia lakukan. Keadaan diantara mereka berdua sedang tidak baik-baik saja.

Cukup lama teman-teman Kirana menjenguk Kirana hari itu, hingga tak terasa jam dinding telah menunjukkan pukul 4 sore.

"Na..udah sore nih. Kami pulang yah..ntar In Syaa Allah besok sepulang sekolah kita dateng lagi buat jengukin Lo. Tapi, Lo harus janji besok keadaan Lo udah lebih baik dari hari ini"
Ucap Asri penuh pengharapan.

Kirana tersenyum lembut dan mengangguk.

"Iya, makasih banyak yah teman-teman."

Asri, Ina, dan Sakti tersenyum bersamaan dan segera bergegas meninggalkan kamar Kirana dan pulang kerumah masing-masing.

***

Kirana menghela nafasnya panjang. Ia menarik kembali selimutnya dan mengambil ponselnya.

Ada pesan WhatsApp dari Sakti.
"Na, gue minta maaf"
Begitulah bunyi pesan dari Sakti.

Kirana hanya membacanya dan tidak berniat untuk membalasnya. Rasanya Ia tidak paham dengan semua ini. Ia memutuskan untuk mematikan ponselnya dan memejamkan matanya. Ia lelah sekali hari ini.

Cinta Adalah SabarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang