Rumit

150 0 0
                                    

Disini mereka sekarang, butik langganan keluarga Asri. Tidak begitu jauh dari rumah kediaman keluarga Alan.

"Cantik banget bajunya, aku suka. Gimana menurut kalian ?" Tanya Asri dengan begitu antusias. Ia baru saja keluar dari ruang ganti butik itu. Memperlihatkan baju yang ada di badannya kepada kedua sahabatnya itu.

"Cantik dan pas. Warnanya bagus sama kulit kamu. Detail-detail bajunya juga bagus, gak rame dan gak lebay. Aku sih yess". Begitu pendapat Fauziah.

"Kalau menurut Lo gimana Na ?"
Tanya Asri, lagi.

Kirana yang ditanyai tak menggubris. Gadis itu asik melamun. Entah apa yang sedang Ia pikirkan.

"Na..Lo baik-baik aja kan ?" Kali ini Fauziah sambil mengibaskan tangannya ke depan wajah Kirana yang tentu saja hal tersebut membuat Kirana terkesiap.

"Emh..iya..bagus kok. Cocok di badan kamu". Jawab Kirana standar.

"Jelas banget kamu gak merhatiin baik-baik Na. Kamu bilang bajunya cocok di badan aku sementara ini aku dari tadi megangin baju ini. Kepanjangan Na" jelas Asri sedikit kecewa.

Kirana menggigit bibir bawahnya. Rasa bersalah menghinggapinya. Bodoh sekali dia. Dia benar-benar tidak fokus.

"Yaudah, kita pulang aja. Nanti aku datang lagi" putus Asri akhirnya.

Fauziah menghembuskan nafasnya keras. "Beban pikiran kamu kayaknya lagi banyak banget yah Na. Aku gak mau tau kamu harus cerita sama kita secepatnya" Fauziah terlihat serius dengan ucapannya. Kalimatnya tersebut langsung diangguki oleh Asri.

"Sepakat..pokonya pekan  ini kita wajib nginep bareng sih. Di rumah aku aja yah" Asri menawarkan. Tentu saja Fauziah langsung mengangguk mantap.

"Bilangin Tante yah aku request ayam kecapnya heheh" ucap Fauziah dan tersenyum lebar sekali ke arah Asri.

Asri menggeplak kepala Fauziah.
"Bawa nasi Lu, nyokap gue udah gue pensiunin dari urusan dapur"

"Pelit dasarrr.." gerutu Fauziah.

***
Kirana menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Belakangan Ia banyak pikiran sekali. Pikirannya jauh menerawang.

"Kirana.." suara seseorang dibalik pintu memutus lamunan Kirana. Ia mengarahkan pandangannya kearah pintu.

"Ada apa Ma ?" Rupanya suara itu adalah Mamanya.

"Kamu ada waktu sebentar ? Mama mau ngomong". Mama Kirana sudah duduk di tepi ranjang sekarang. Kirana beringsut dan duduk mendekati Mamanya. Ditepi ranjang.

"Ngomong aja Ma..kok rasanya formal banget. Biasanya tinggal ngomong ini"
Jawab Kirana.

Mama Ine tersenyum lembut dan mengusap bahu Kirana. "Kamu gimana sama Sakti ?"

Kirana sedikit terkejut dengan pertanyaan Mamanya. Tumben sekali Mamanya menanyakan hal ini.

"Baik..kami berdua baik-baik saja. Tapi, belakangan kami sering terlibat perdebatan. Mungkin efek kesibukan masing-masing. Jarang bertemu kurasa membuat komunikasi kami jadi berantakan". Kirana memang seterbuka itu pada Mamanya.

"Jangan diikutin egoisnya. Kalau Sakti lagi sibuk kamu harus ngertiin. Kalau Sakti lagi egois kamu harus ngalah dikit. Kamu harus pandai-pandai menempatkan diri. Kalau kalian berdua sama-sama keras yang ada nanti malah pecah. Kamu ngerti kan maksud omongan Mama ?" Ine, bicara serius.

Kirana mengangguk dan tersenyum. "Tanpa Mama ngomong aku sudah berusaha untuk itu. Tapi, tetap saja rasanya aku capek mengimbangi Sakti. Kadang aku gak bisa baca radarnya. Sikapnya yang berubah-ubah buat aku kebingungan. Aku capek" Suara Kirana sedikit tercekat, butiran bening siap keluar dari pelupuk matanya.

"Na..begitulah hubungan orang dewasa. Kadang kita tidak lagi butuh penjelasan untuk apapun. Kita cukup saling mengerti dan ikhlas. Berat dan capek pastinya tapi, kalau kamu gak bisa ngelewatin ini maka yah itu tadi kalian bakalan pecah". Mama Ine, menggeser posisinya lebih dekat dengan Kirana. Memeluk anak gadisnya itu "Mama masih bisa ngeliat dengan jelas, Sakti sesatang itu sama kamu. Dia serius sama kamu. Jangan membuat perjuangannya sia-sia. Mama yakin Ia pun sama tersiksanya dengan kamu. Bersabarlah..Mama yakin semuanya akan membaik". Mama Ine, melepas rengkuhannya di tubuh Kirana.

"Makasih Ma..Mama selalu ngertiin perasaan aku. Aku gak tau harus cerita kemana lagi kalau bukan ke mama" ucap Kirana.

Mana Ine menjawil hidung Kirana. "Heem..bohong. Itu Asri sama Fauziah. Yasudah..sana bersih-bersih gih trus tidur atau mungkin masih mau chatan atau telponan dulu sama Sakti. Mama liat dari tadi hapemu kedap kedip mulu" ucap Mama Ine sambil melihat kearah nakas. Betul saja, sepertinya ada telepon masuk di hp Kirana.

Kirana memperlihatkan giginya dan segera meraih ponselnya. Yah, seperti perkiraan Mamanya itu adalah Sakti.
Baiklah, perasaan Kirana lebih ringan sekarang.

***
Hari ini Kirana akan masuk kuliah pukul 10 pagi hari. Ia bersyukur sekali, Ia jadi punya waktu lebih banyak untuk bermalas-malasan dikasur terlebih sekarang Ia tengah haid pula. Magernya makin menjadi.

"Kamu siap-siap sekarang. Satu jam lagi aku jemput kamu"
Bunyi chat masuk di ponsel Kirana.

Kirana mengernyit, mendadak banget. Maya kebiasaan sekali. Apa-apa mendadak banget. Mana Kirana lagi mager banget nih..

Dengan berat, Ia bangkit dari posisi nyamannya dan menuju kamar mandi. Bersiap memulai aktivitasnya hari ini.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Adalah SabarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang