3600 DETIK

7.6K 66 11
                                    

Matahari menyambut pagi ini dengan sinar nya yang cerah sampai tak terasa pelajaran jam ke tiga pun sudah berakhir, tepat pukul 09.00 pagi siswa SMA Garuda di istirahatkan.

"Hai vel!" sapa Kafka yang sengaja menghampiri Velyn dikelas nya.

"Tumben kesini biasanya nunggu dikantin." ucap Velyn sambil membereskan buku-bukunya.

Velyn dan Kafka berpacaran 1 bulan yang lalu bahkan Kafka mencintai Velyn cukup dengan 1 jam, ya terlihat konyol mungkin.

"Emang kenapa? masa mau liat pacar nya lebih cepet gaboleh." jawab Kafka yang ikut memberisi buku-buku Velyn.

"Gapapa sih kaya aneh aja gitu." ucap Velyn.

"Nah dah selesai, sekarang kita ke kantin!" ajak Kafka lalu menggandeng tangan Velyn.

Velyn merasa cukup aneh kenapa belakangan ini Kafka bersikap aneh seperti lebih perhatian dan posesif.

"Kamu duduk disini aja biar aku yang pesen, mau pesen apa?" tanya Kafka yang sudah persis seperti pelayan.

"Mmm terserah kamu aja deh." ucap Velyn.

"Yaudah tunggu disini!" titah Kafka.

"Iya iya emang juga mau kemana sih."

Beberapa menit kemudian Kafka datang dengan nampannya yang berisi makanan.

"Pesanan datangg!!!" seru Kafka.

Velyn hanya tersenyum kecil melihat tingkah Kafka yang konyol seperti itu.

"Inget ya Vel sambel nya gaboleh banyak-banyak!" ucap Kafka saat Velyn hendak menambak sambal dimakanannya.

"Sekali-kali kenapa sih." ujar Velyn sambil melotot ke Kafka.

"Aku bilang enggak ya enggak!" ucap Kafka lirih tak membentak.

Velyn yang mendengar nada lirih Kafka langsung menghentikan menyendok sambal karna ia tau kalo Kafka nada nya sudah lirih pasti nanti marah.

"Iya enggak, udah jangan ngambek." bujuk Velyn.

"Bandel banget sih!" gerutu Kafka

"Tapi pengen make itu." ucap Velyn sambil memelas berharap Kafka mengiyakan.

"Enggak!" ucap Kafka kekeh.

"Selalu gituu." Velyn merasa kesal atas larangan dari Kafka. Ya memang Velyn pernah masuk rumah sakit karna asam lambung nya kambuh.

"Oh iya Vel aku mau ngomong." ucap Kafka mendadak serius.

"Ngomong aja." jawab Velyn.

"Lusa aku mau ke Jerman buat urus beasiswa." ucap Kafka sambil menatap Velyn.

Sejenak Velyn mencerna kata-kata Kafka, seketika ia berhenti menyendokkan makannya kemulutnya.

"Apa? kamu jadi ambil beasiswa nya?" tanya Velyn cemas.

"Iya setelah aku pikir-pikir lebih baik aku ambil beasiswa nya, aku mau buktiin ke papah kalo aku bisa hidup tanpa biaya dari dia." ucap Kafka.

Setelah kejadian dimana ibunya Kafka meninggal kena serangan jantung saat melihat suami nya berselingkuh dengan wanita lain di hotel, semenjak itu Kafka bersikap dingin dengan papah nya.

Kafka juga memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemennya karna tak ingin melihat papah nya lama-lama.

"Cuman sebentar kan Kaf?" tanya Velyn sangat cemas.

"Iya palingan cuma 1 minggu." jawab Kafka.

"Yaudah."

Bel masuk pun berbunyi, murid-murid berlari memasuki kelas nya jangan sampai deh guru kiler datang duluan itulah yang ada difikiran anak-anak.

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang