Lima

35.2K 1.6K 28
                                    

Minuman teh itu sudah Ratna siapkan setelah Arsya bermain di alam mimpi. Dengan semangat Ratna mulai melangkah sambil membawa minuman itu ke arah pintu kamar yang ditiduri Tuannya.

Jam sudah menunjuk angka 10 malam. Sebenarnya Ratna merasa lelah bila harus melakukan pekerjaan sambilan ini. Biasanya jam 10 ia sudah mengistirahatkan tubuhnya dari beban berat pekerjaan.

Tetapi demi ayah dan adiknya Ratna tidak akan memedulikan rasa lelah ini. Ini jalan satu-satunya untuk bisa sukses dan mempunyai uang banyak. Sudah baik hati Tuan Bara memberikan pekerjaan sambilan ini untuknya. Hanya mengantarkan teh ini. Dan itu sangat gampang.

Tok tok tok

"Tuan, tehnya sudah siap."

Klek

Pintu terbuka dan Ratna refleks mengerjap terkejut saat melihat ketampanan Bara dengan piama kimono abu-abu yang melilit tubuhnya.

"Simpan di atas nakas," ucap Bara memerintah.

Ratna tidak langsung menuruti. Ada perasaan ragu yang hinggap di jiwanya saat menatap ruangan di balik punggung Bara. Apakah ia harus memasuki kamar megah itu? Kenapa Tuannya tidak mengambil minuman ini dari sini saja.

Bara mengerti dengan keraguan yang menguar dalam diri Ratna. Ia mencoba untuk berbicara lagi.

"Jika ingin dapat uang banyak kerjanya harus totalitas. Bawa minuman itu masuk dan simpan di atas nakas."

Ratna tersadar. Ia segera menggangguk dan melangkah pelan melewati tubuh Bara yang menyingkir mempersilakan.

Bara menarik sudut bibirnya ke atas ketika Ratna sudah masuk ke dalam kamarnya dengan cepat ia menutup pintu dan menguncinya.

Ratna menaruh minuman lalu menatap Bara yang tengah melangkah ke arahnya.

"Apa pekerjaan sambilan saya sudah selesai Tuan?"

Bara menggeleng sebagai jawaban. Tanpa perizinan, Bara meraih tubuh Ratna dalam gendongan dan menjatuhkan tubuh gadis itu di atas kasur membuat Ratna memekik kaget.

"Membuat minuman teh hanya sebagian. Pekerjaan sambilanmu yang sebenarnya di sini. Memuaskan hasratku."

Tidak bisa ditahan kini kedua mata Ratna terbelalak lebar, mencoba menyingkirkan tindihan Bara di atas tubuhnya dengan gerakan percuma.

Bara mencekal pergelangan Ratna. Dan membawa kedua tangan itu ke atas kepala.

"Diam Ratna. Kamu sayang sama ayah dan adikmu kan?"

Ratna terdiam. Apa maksud Tuannya tentu saja Ratna sayang. Jika tidak menyayangi mereka untuk apa Ratna berada di sini.

"Ratna sangat sayang bapak dan Siti."

Bara tersenyum mendengar gumaman sedih yang keluar dari mulut Ratna, dalam hati Bara mensyukuri Ratna mulai tejerumus terhadap rayuan yang dimuntahkan mulut iblisnya.

"Jika begitu bahagiakan mereka. Ayah dan adikmu pasti bahagia jika kamu memberikan uang yang banyak untuk mereka. Caranya seperti ini. Bekerja sambilan, melayani nafsuku. Dan kamu akan mendapatkan uang yang banyak."

Bola mata Ratna terlihat bergulir gelisah. Gadis ini pasti sedang berpikir antara menghentikan dan menerima tawarannya.

Wanita miskin seperti Ratna pasti susah antara memilih uang dan harga diri, kan?

Kaum seperti mereka terlalu kelabus dengan tumpukan harta.

"T-tapi Tuan-"

"Aku tidak akan menyakitimu." Bara meyakinkan lagi.

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang