Dua

36.3K 1.7K 73
                                    

Bara mengatur langkah kaki agar lebih cepat memasuki mobil yang terparkir di basement gedung apartemen Regan, di iringi langkah kecil Ratna yang terseok di belakang tubuhnya. Di genggaman lelaki itu terdapat tas ransel kecil yang sudah usang. Terasa tidak cocok bersanding dengan jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ketika sampai di kendaraan miliknya. Bara langsung menghempaskan tas lusuh itu di jok mobil belakang. Lalu melirik Ratna yang masih terdiam kaku.

"Cepat masuk," perintahnya, menatap Ratna yang masih berdiri diam di tempat.

Ratna yang mendapat perintah itu mempercepat kinerja otaknya, mengangguk patuh, lalu tangannya mulai membuka pintu belakang hanya saja gerakan terburu Ratna tiba-tiba di hentikan oleh suara Bara yang menyahut tegas.

"Duduk di depan. Aku bukan supir."

Ratna memasang muka bodohnya. Ia lupa Bara tidak suka jika Ratna duduk di belakang kemudi. Itu akan membuat Bara merasa seperti supir pribadinya. Ratna segera menyahut.

"B-baik Tuan."

Lalu lari terbirit ke pintu mobil yang berlawanan, membuka pintu, melesat masuk ke dalam dan berakhir duduk di samping kemudi.

Bara melihat tingkah menyebalkan Ratna hanya bisa menghembuskan napas secara kasar. Segera masuk ke mobil dan menyusul Ratna duduk di jok kemudi.

"Pakai seatbeltmu."

Ucapan Bara membuat Ratna langsung menoleh, gadis itu menatap Bara tak mengerti.

"Apa Tuan?"

Bara memejamkan matanya sejenak. Berbicara dengan Ratna harus menggunakan extra kesabaran. Sungguh tidak mudah untuk dirinya yang sangat buruk mengontrol emosi.

"Maksudku pakai sabuk pengaman. Seperti ini." Bara memperlihatkan tali seatbelt yang menjuntai di sisi tempat duduknya. "Dan kamu harus memakainya seperti ini."

Meskipun sudah menjelaskan tutorial cara memakai seatbelt dengan baik. Kening gadis itu tetap mengerut.

"Saya ndak bisa pakainya Tuan."

Dan selanjutnya yang bisa Bara lakukan hanya berdecak di dalam hati. Bisa-bisa semakin hari tensi darahnya akan selalu naik, jika terus meladeni ke udikan gadis desa ini.

Pasti akan sia-sia, jika ia mempraktekkan pun Ratna tetap tidak akan mengerti alhasil Bara yang harus bergerak sendiri. Beringsut mendekati Ratna dan membuat tubuh gadis itu menegang kaku.

Ratna mengerjap kaget saat wajah tampan Bara terlihat dekat sekali dengan wajahnya. Hidung yang mancung, bulu mata lentik dengan dagu tirus yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Membuat wajah Bara terlihat sangat sempurna. Selama ini Ratna tidak pernah bertemu dengan pria sesempurna ini, di kampung tidak ada yang seperti ini.

"Kenapa melihat wajahku seperti itu?"

Pertanyaan Bara membuat Ratna langsung tersentak. Ia melihat posisi Bara sudah tegak di tempat asalnya.

Ratna menunduk. Tetapi ia tidak bisa menyembunyikan kejujuran lidahnya. Dari kecil Ratna sudah diajari untuk berbicara jujur terhadap semua hal. Termasuk hal yang ia lihat sekarang.

"Wajah Tuan sangat tampan seperti bule. Saya belum pernah liat bule sebelumnya. Cuman pernah liat di TV tetangga. Yang acara jalan-jalan itu loh Tuan. Yang berenang mendaki, panas-panasan gitu acaranya."

Bara mengerutkan kening mendengar lontaran polos dari mulut mungil gadis ini.

"Bentar Tuan saya ingat-ingat dulu. Kayaknya sekarang bule itu udah nikah sama artis cantik. Siapa toh namanya. Ratna lupa lagi."

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang