Empat

31.2K 1.7K 44
                                    

Setelah insiden ciuman itu. Kini rumah Bara mulai tidak senyaman di awal. Ratna sering menemukan Bara kadang menatapnya, memperhatikannya dan terlihat sangat tertarik dengan bibirnya. Tatapan itu selalu tidak lepas dari bibir Ratna membuat gadis itu sedikit tak nyaman dengan sifat berbeda Bara sekarang.

Dan kadang beberapa kali pria itu sering memaksa Ratna untuk berciuman meskipun dalam keadaan Ratna tidak terlalu mengerti apa yang sedang mereka lakukan. Setahu Ratna bukankah yang Bara lakukan padanya adalah sesuatu yang diharamkan. Karena Bara bukan suaminya, itu yang sering Ratna dengar dari guru mengajinya saat ia masih tinggal di desa.

Ratna menatap wajahnya di cermin rias. Menyentuh bibirnya yang sudah sering dipermainankan, tak habis pikir apa yang ada di dalam benak Tuan Bara disetiap ada kesempatan bisa sempat-sempatnya menyeret tubuh Ratna ke arah dapur dan menciumnya dengan brutal di sana. Ratna juga bisa rasakan ada sedikit luka di bagian sudut bibirnya. Mungkin akibat gigitan gemas Bara tadi pagi.

"Kenapa dengan Tuan? Beliau jadi seperti hantu yang suka makan bibirku tiap hari."

Ratna berguman sedih. Ia tidak mau terus diperlakukan seperti ini. Ratna melirik sebuah kain yang ada di laci nakas. Ya, mungkin ini satu-satunya cara untuk membuat Tuan Bara berhenti. Ratna harus memakai ini agar bibirnya tetap aman.

Ratna mulai memakai kerudung segi empat di kepalanya. Bangkit berdiri lalu keluar dari kamar. Melangkah ke dapur untuk membuat makan malam mungkin Bara akan pulang beberapa menit lagi. Mumpung Arsya masih sibuk dengan gamenya di sofa ruang televisi.

Ketika fokus dengan masakan. Tiba-tiba Ratna merasakan ikatan tangan seseorang terasa melingkar di perutnya sontak itu membuat Ratna terkejut lalu lehernya di tarik ke belakang. Dan bibir Bara kembali menyentuh bibirnya.

"Tuan." Ratna menyingkirkan tubuh Bara yang menempel di tubuhnya. Padahal ia sudah memakai pakaian serba tertutup seperti ini. Tuannya masih berani melakukan hal-hal yang diharamkan.

"Jangan sentuh saya sembarang Tuan. Bukan muhrim."

Bara baru sadar. Kini matanya memperhatikan penampilan Ratna dari atas sampai bawah. Wanita ini sedang memakai gamis ditubuhnya dengan kerudung segi empat persis dengan waktu pertama kali ia melihat Ratna di rumah Regan.

"Kamu ngapain pakai gamis dan kerudung. Bukannya kamu biasa pake rok panjang sama kaus aja?"

"A-anu Tuan, saya sengaja pake pakaian ini biar Tuan tidak makan bibir saya terus."

Kening Bara berkerut. Ia mematikan kompor lalu membawa tubuh mungil Ratna dan memejokannya di pintu kulkas.

"Bukannya kamu suka jika aku makan bibir kamu?"

Ratna refleks menggeleng sebagai jawaban. "Enggak Tuan, Ratna ndak suka."

Ratna terdiam gelisah. Ia jujur mengenai ini. Ia tidak suka jika Bara memakan bibirnya terus. Terlebih bukankah dosa jika mereka terus melakukan itu. Tuan Bara bukan suaminya. Almarhumah ibu suka bilang jadi wanita harus seperti burung merpati. Mereka jinak tetapi susah untuk didapatkan. Jika laki-laki itu bukan suamimu kamu jangan berani sampai memberikan seluruh bagian tubuhmu kepada pria itu. Itu perbuatan dosa nduk. Ingat, pesan ibu.

Dan salah satu bagian tubuhnya kini sudah di dapatkan Bara. Bibirnya selalu jadi sasaran Bara tiap hari untuk di lumat habis-habisan. Dan itu dosa. Ibunya pasti sedang marah melihatnya dari langit sekarang.

Bara menatap Ratna, ia tidak tahu mengapa Ratna jadi berubah seperti ini. Yang ia tahu kesalahan kini sedang terjadi pada otaknya. Bermula dari ketidak sengajaan Ratna yang mencium bibirnya saat jatuh di tangga, lalu tanpa memakai otak waras Bara malah mencium Ratna kembali membuat ia jadi ketagihan mencicipi rasa manis dari mulut gadis desa.

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang