12

36 7 0
                                    

~Happy Reading 🚗~

Koridor sekolah begitu ramai. Para siswa-siswi berbondong menuju kantin. Sementara Dazahra dirinya terlihat tengah melaksanakan hukuman. Menyapu halaman kelas sendiri, tak ayal ada beberapa lelaki yang singgah hanya untuk menggoda juga sebagian komplotan nona-nona gibah mengejek.

Suasana cukup panas tapi beruntungnya, depan kelas gadis tersebut di tutupi oleh pohon yang menjuntai tinggi hingga mencapai atap kelas.

Untuk halamannya sendiri tidak terlalu besar, jadi sangat mudah bagi Dazahra mengerjakannya. Dirinya duduk pada Gazebo setelah selesai oleh aktivitasnya, sebelumnya ia masuk kelas untuk mengambil sebotol minum juga roti yang ia beli kemarin. Daza memang sengaja menyetok setiap harinya roti pinggir jalan. Ia sudah mewanti-wanti bahwa hal seperti ini akan tertimpah padanya.

Kakinya ia selonjorkan. Menikmati sepoi-sepoi angin siang ini. Bibirnya bermain indah melantunkan pelan lagu kesukaannya dari Melly Goeslaw--Bimbang.

"Boleh duduk?"

Dazahra berbalik ketika merasakan sesorang menempati bangku sampingnya. Lagi, ia bertemu Metalik. Sebenarnya ia cukup merasa tak nyaman, apalagi dirinya tidak cukup dekat dengan perempuan berambut pendek itu.

"Mau?" Meta menawarkan sebotol kecil yakult.

Walau ragu Dazahra menerima. Memberikan senyum seadanya. "Makasih," katanya sopan.

Keduanya minum dengan khidmat. Rasa manis asem bercampur menjadi satu pada lidah. Minuman sehat mengandung banyak bakteri. Enak, hanya saja ketika tandas sedikit ada yang melengket pada langit-langit mulut serta merasa seret. Oleh karena itu selepasnya Dazahra lanjut minum air.

"Nih." Kembali ia memberikan Dazahra yakult. Namun dengan jumlah yang lebih banyak, satu pack.

Sementara Dazahra dibuat bingung. Apakah ia adalah ambassador yakult?

"Aku titip buat Kilat," ujarnya malu-malu saat menyebutkan nama cowok tersebut. Selepasnya dirinya berlalu.

Dazahra menatap sepintas minuman tersebut. "Aneh. Yakin nih aku yang kena kalau sampai cowok jahat itu ga suka," celotehnya pelan meratapi nasib.

***

Ketiga kerdil sedang berjalan dengan penuh percaya diri. Mari kita deskripsikan terlebih dahulu.

Di sebelah kanan terdapat lelaki tinggi semampai. Giginya tidak terlalu rapi, di tengahnya ada potongnya cabai yang terselip. Eh jangan khawatir poin utamanya dia paling harum diantara yang lain.

Lanjut ke sebelah kanan. Bisa dibilang ia paling jelek, mukanya selalu tertekuk dengan pandangan sinis. Mulutnya tak henti mencibir sana-sini, walaupun pria tetapi bibirnya sangatlah lemas. Satu yang bisa dibanggakan, dia kaya raya.

Dan terakhir sang tokoh utama kita. Yang berada di posisi tengah ala-ala bos yang sedang dikawal oleh keduanya. Tampangnya tengil, kalung berantai mengantung indah walau sebenarnya tidak terlihat sangar sedikitpun yang ada malah menambah kesan lawak. Keberuntungan yang bisa diambil darinya yaitu dia manis.

Tanpa sebut merek, mungkin kalian sudah tahu siapa mereka. Langkah kaki mereka terhenti tak kala posisi tengah menyetop.

"Lo berdua duluan dah. Gua ada urusan penting," kata Geo.

Taka mendelik. Drama apalagi ini. "Apasih anjing, hari ini emak lo yang ngajar. Jan ngajak mati dah. Gua ga ada alasan buat lo," celotehnya malas.

Tora mengangguk. "Gue soalnya udah insaf, Ge." Perkataan lelaki itu mendapat celetukan tajam dari keduanya.

"Halah tai bau lo!" cibir Geo dan Taka kompak.

Sedangkan Tora tersenyum mengejek. "Lo ga baca di atas. Noh deskripsi bahwa gue harum," ujarnya bangga.

Seketika keduanya menoleh di atas. Lalu kemudian menyegir, benar juga. Kok bisa Tora paling harum. Refleks Geo juga Antaka mencium ketek satu sama lain.

"Babi asem bet," gerutu Antaka sehabis mengendus ketek sobatnya.

"Si bangsat, mending gue lo bau bawang bangke. Kaya doang beli deodorant dong," celetuk Geografi membuat mulut lemas itu kicep.

Tidak ada pergulatan lebih. Keduanya mengikuti perintah si posisi tengah. Kemudian Geo melancarkan aksinya.

Ia mendekati gadis itu. Sekarang sudah mulai sepi. Wajar jam sudah dimulai.

"Hei," sapanya.

Dazahra mengangkat pandangannya membuat Geo terkejut bukan main. Wajah gadis itu babak-belur. Bagian bawah matanya membiru.

"Lo kenapa bisa gini?" Geografi masih speechless.

Bukannya menjawab Daza malah nangis terseduh-seduh. Membuat lelaki tersebut mendekat. Mendekap gadis itu kuat. Di depan toilet Dazahra menangis dalam diam. Menumpahkan segala rasa sakitnya.

Geografi menghela nafasnya. Ia mengangkat kepala Daza. Tatapan keduanya bertemu.

"Cerita kalau lo siap. Ga semua bisa lo pendam, Daz. Gue ada dan bakalan selalu ada," jelasnya menghapus air mata perempuan manik pekat tersebut. "Sejak awal ketemu lo. Gue ngerasa dekat banget. Mungkin bagi orang lo manusia yang lemah, tapi untuk gue lo cewek paling tegar yang gue temuin," lanjutnya.

Dazahra mengangguk dalam pelukan. Benar, ia tak sanggup untuk semua ini. Ia butuh pendamping, teman yang mampu mendengarkan segala keluh kesahnya.

"Gue mau ngomong penting," sahut Geo membuat debaran jantung Daza semakin kuat.

Sebelum mengucapkannya Geografi mengatur nafasnya. Dirinya mulai mendekatkan bibirnya pada telinga cewek itu.

Membisikkan sesuatu yang mampu membuat Dazahra termengu. Lima kata, berjuta keterjutan.



Salam balap
Anaklorong

M'Daza (di balik jendela) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang