6

42 7 0
                                    

~Happy Reading 🚗~

Bugh

Pukulan bertubi-tubi ia layangkan, tatapan tajamnnya semakin menjadi. Tak ada yang melerai, mereka takut terlibat. Semakin menjadi ketika sang lawan melontarkan kalimat.

"Harusnya lo bela kaum lo," lirihnya di bawah terkaan lelaki bermata elang.

"Bangsat!" umpatnya kembali menonjok sang empu. "Sampah lo!" katanya lagi.

Tiga kawanan memasuki area kekacauan. Menyingkirkan beberapa orang yang hanya diam menoton, tak kala mengvideo membuat suasana sangat tercegang.

"WOI UDAH!" sela Tora memisahkan salah satunya.

Kilat menepis kasar tangan Tora. "Jangan halangin gue buat basmi cowok brengsek kayak dia," tukasnya.

"Masalahnya apa?" Geografi angkat suara.

Manik keduanya bertemu. Kilat menunjuk gadis yang tertunduk pada meja sampingnya.

"Gue emang kesal sama tuh cewek. Tapi gue ga bakal biarin setan ini ngelecehin perempuan," jelasnya.

"Munafik lo, cuih." Morgan-Pria muda yang bertengkar dengan Kilat meludahi seragam cowok itu.

Kilat melihat bajunya lalu beralih menatap penuh amarah pada sang pelaku.

Dirinya Menyunggingkan senyuman smirk. "Mulut lo kayaknya perlu dicuci dulu sama bogeman gue, ANJING!"

Bugh

Kembali satu pukulan keras melayang. Semua orang menjerit mendengar bunyi suara patahan. Kilat berhasil membuat gigi Morgan tumbang.

Perempuan yang ditunjuk tadi memilin roknya. Geografi beralih, menatap lamat lalu setelahnya menghampiri Morgan.

"Gue gatau masalah sebenarnya tapi lo nyakitin dia. Lo berurusan sama gue," lontarnya tajam. Ia menarik kerah baju pria yang baru saja kehilangan gigi tengahnya.

Nafas Kilat naik turun begitupun dengan Geografi. Keduanya menatap mangsa ganas. Morgan menciut, dirinya luruh ke lantai. Tanpa diduga Morgan  bersimbah pada kaki keduanya.

"Maafin gue," lirihnya lemah. Darah di giginya masih mengalir.

Keduanya tersenyum sinis.

"Dazahra!" panggil Kilat kencang.

Ragu-ragu dirinya mengangkat pandangan. Sekarang ia menjadi sorotan. Pelan tapi pasti langkahnya menuju ke arah Kilat dan Geo.

"Ludahin dia balik," titah Kilat.

Semua tercegang, bisa dikategorikan lelaki itu sangat berani. Daza menggeleng, dirinya sejak tadi menahan tangis.

Geografi mengelus punggung rapuh gadis tersebut. "Kalau lo ga mau ... Taka basmi tuh human!" perintahnya. Antaka berseru senang ini yang ia tunggu.

Antaka menunduk mensejajarkan dirinya dengan Morgan. "Sian banget," ujarnya menggeleng miris. "Cuih." Lalu selepasnya melontarkan air liurnya.

M'Daza (di balik jendela) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang