4. SEULAS SENYUM MANIS

1 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

***

Arya menghentikan motornya tepat didepan gerbang sekolah SMA Rajawali tempat adiknya bersekolah sekarang. Dhita langsung turun dari motor dengan bantuan Arya tentunya karena motor kakaknya itu cukup tinggi sedangkan tubuhnya pendek.

Dhita melepas helm bergambar Hello Kitty bersama merah muda miliknya lalu memberikannya pada sang kakak. "Nih helmnya! Makasih udah nganterin," ucapnya seraya merapikan rambutnya yang agak berantakan dengan satu tangannya yang tidak memegang helm.

Arya mengangguk lalu menerima helm yang diulurkan oleh Dhita kemudian diletakkannya helm itu di atas tangki motornya.

Arya menoleh pada adiknya yang masih asyik merapikan rambutnya. "Nanti pulangnya minta jemput pak Sapto aja kakak nggak bisa jemput soalnya," ucapnya.

Dhita menghentikan aktivitasnya merapikan rambut karena rambutnya memang sudah tidak lagi berantakan. Dhita menatap Arya bingung, tak biasanya Arya menyuruhnya pulang dengan supir.

"Kenapa?" tanya Dhita.

"Kakak ada tugas kampus yang harus diselesaikan. Nggak papa kan?" jawab Arya.

"Nanti kalau kakak selesainya cepet kakak janji bakal jemput kamu, tapi kalau nggak ya kamu harus pulang sama pak Sapto," lanjut Arya.

Dhita mengangguk pelan. Tersenyum tipis pada Arya. "Dhita nggak papa kok. Nanti Dhita pulang sama pak Sapto aja, kakak fokus kerjain tugasnya."

"Bener nggak papa?" tanya Arya memastikan.

"Iya kakak."

Arya mengacak rambut Dhita pelan membuat sang empunya mendengus kesal.

"Kak Arya! Baru juga dirapiin malah diacak-acak lagi," dengus Dhita seraya merapikan rambutnya yang diacak-acak oleh kakaknya barusan.

Arya terkekeh pelan melihat raut wajah cemberut Dhita yang terlibat sangat menggemaskan. "Kakak berangkat kuliah dulu, kamu sekolah yang bener jangan sampai telat lagi! Untung Papa nggak tahu waktu itu, kalau dia tahu kamu pasti udah dimarahin," peringat Arya dan dibalas anggukan oleh Dhita.

"Jangan ngebut-" Belum sempat Dhita menyelesaikan ucapannya, Arya sudah melajukan motornya dengan cepat meninggalkannya dan area lingkungan sekolah SMA Rajawali menuju kampus tempat Arya kuliah.

Dhita menghela nafas pelan. Ia sudah sangat hafal dengan kelakuan kakaknya. Arya sangat suka menceramahinya, namun saat ia hendak balik menceramahi Arya langsung menghilangkan dirinya menjauh sama seperti dengan apa yang dilakukan Arya sekarang.

Dhita berbalik badan hendak masuk namun tiba-tiba pergerakannya terhenti karena tangannya dicekal oleh seseorang. Dhita menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa yang sudah mencekal lengannya.

Betapa terkejutnya Dhita kala mengetahui bahwa orang yang mencekal tangannya adalah Elang, orang yang sudah menolongnya saat ia telat beberapa hari yang lalu. Elang tersenyum manis begitu manis hingga membuat siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh cinta padanya.

Begitupun dengan Dhita, ia menelan ludahnya susah payah melihat senyuman manis yang begitu memikat dan semakin menambah ketampanan orang yang ada dihadapannya itu. Ganteng banget senyumnya juga manis banget, teriak Dhita dalam hal karena sangking terpesonanya dengan ketampanan yang Elang miliki.

Apalagi saat ini Elang tengah tersenyum. Sungguh merupakan momen yang langka. Seorang Gumilar Elang Prahardhika tersenyum pada perempuan itu merupakan hal yang sangat langka, dan Dhita beruntung karena ia merupakan perempuan pertama yang melihat dengan jelas senyuman manis diwajah Elang setelah Diana Mamanya Elang. Bahkan dengan Mamanya sendiri Elang sangat jarang tersenyum dan bahkan nyaris tak pernah tersenyum.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang