5. INTEROGASI

2 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

***

Setelah kejadian tadi dikantin Rani langsung menarik tangan Dhita untuk menjauh, dan disinilah keduanya kini berada. Laboratorium IPA yang sepi dan tak ada orang lain selain keduanya. Rani memang sengaja membawa Dhita ruangan yang sepi itu, karena ia ingin tahu ada hubungan apa antara Dhita dan Elang dan mengapa ia tidak mengetahuinya.

Rani menatap Dhita tajam dan menyelidik. "Lo punya hutang sama gue," tagih Rani.

"Aku hutang sama kamu? Kapan? Dimana? Buat apa? Berapa?" tanya Dhita heboh, pasalnya ia merasa tidak pernah berhutang pada Rani, dan ia langsung syok saat Rani bilang bahwa ia memiliki hutang pada Rani.

Rani menghela nafas pelan, ia harus ekstra sabar menghadapi tingkah polos sahabatnya yang satu ini.

"Bukan gitu maksud gue, lo nggak punya hutang uang sama gue," ucap Rani sesabar mungkin.

"Kalau bukan uang apa? Bilang aja nanti aku usahiin, atau Jangan-jangan aku hutang nyawa sama kamu? Dan sekarang kamu mau minta nyawa aku?" tanya Dhita tak kalah heboh dari yang tadi.

"Bukan Dhita," geram Rani.

"Terus apa? Please jangan buat aku bingung. Aku hutang apa sama kamu?"

"Lo hutang cerita sama gue."

"Cerita apa? Malin Kundang? Bawang Merah Bawang Putih? Roro Jonggrang? Kabayan? Atau Timun Mas?" tanya Dhita bertubi-tubi.

"Gue bukan anak kecil yang minta diceriain dogeng," desis Rani.

"Terus kamu mau aku cerita tentang apa?"

"Kejadian tadi dikantin itu maksudnya apa? Dan apa hubungan lo sama Elang?" tanya Rani menatap Dhita serius.

Dhita mengerutkan keningnya tak paham maksud dari pertanyaan yang dilontarkan Rani padanya. "Kejadian dikantin? kejadian apa aku nggak ngerti?" tanyanya bingung.

Rani menghela nafas sabar. "Kenapa tadi lo senyum-senyum segala waktu dikantin?" tanya Rani kesal.

"Elang yang minta," jawab Dhita dengan polosnya.

"Ya tapi kenapa lo mau? kan bisa nolak?" tanya Rani lagi.

Dhita tersenyum. "Senyum itu ibadah dan dapat pahala juga, kan lumayan aku dapat pahala karena senyum sama Elang. Lagipula senyum juga nggak dilarang, jadi kenapa aku harus nolak?" jawab Dhita masih dengan senyuman manis yang menghiasi wajah cantiknya.

Rani menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan untuk menenangkan emosinya karena kepolosan yang dimiliki oleh sahabatnya itu membuatnya geram. Rani menatap wajah polos Dhita yang masih menatapnya dengan senyuman manis dibibirnya.

Rani memicingkan matanya. "Jujur sama gue sebenernya lo ada hubungan apa sama Elang?" tanya Rani menyelidik.

Dhita menggeleng pelan. "Aku sama Elang nggak ada hubungan apa-apa kok," jawab Dhita.

"Jawab jujur!"

"Iya aku jujur, aku sama Elang nggak ada hubungan apa-apa. Kita juga baru ketemu beberapa kali," jawab Dhita jujur.

Rani menatap mata sahabatnya itu lekat dan hasilnya nihil, ia sama sekali tidak menemukan sedikitpun kebohongan dimata sahabatnya yang sangat lugu dan polos itu.

"Oke, gue percaya tapi...."

"Tapi apa?"

Rani memegang kedua bahu Dhita. Menatapnya lekat. "Gue minta lo jangan terlalu dekat sama Elang," pinta Rani.

ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang