01

75 10 4
                                    

TOMORROW WITH YOU

Warning!
Cerita ini mengandung unsur dewasa dan kekerasan. cerita ini juga masih terdapat kesalahan kata atau kalimat yang tidak sesuai.mohon di maklumi dan Terimakasih.

...Jangan lupa sama vote nya....

***

Tepat pukul tiga sore mobil yang menjemput ku baru saja tiba di kota kecil ini. Sebuah kota dimana aku dilahirkan. Sebuah kota yang di penuh dengan kenangan manis maupun pahit.

Tak terasa waktu telah berlalu, delapan tahun aku memutuskan untuk meninggalkan kota ini untuk menempuh pendidikan sekaligus mengurus perusahaan yang semula di kelola ayahku sebelum beliau meninggal.
aku akui aku tidak pernah tahu bahwa aku akan sangat merindukan kota ini. Keheningannya membuatku merasa tenang dan damai dalam waktu yang sama, rasanya seperti bebanku telah lepas satu persatu dan benar-benar berbeda dengan New york yang selalu aku banggakan.

Kemudian aku melirik ke samping jendela dimana mobil yang kutumpangi sedikit melambat dan sebuah pemandangan rumah berukuran sedang tertangkap oleh mataku rumah itu terlihat nampak menyedihkan, terlihat berantakan dan nampak seperti rumah kosong.

Aku mengertnyit mendapati pemandangan tersebut, dalam ingatanku delapan tahun yang lalu rumah itu selalu terlihat bersih dan terawat benar-benar berbeda dari yang kulihat sekarang. sebuah pertanyaan muncul di kepalaku.
Jika rumah itu kosong lantas kemana dia?

Tiba-tiba saja sosok itu mendadak muncul di kepalaku. sosok seorang gadis yang tanpa ku sadari telah menjadi bagian dari hidupku. gadis yang selalu mengacaukan hariku, gadis yang selalu mengikutiku kemanapun dan gadis yang begitu ku benci tanpa alasan.

Mobil masih terus melaju menaiki bukit, sampai beberapa menit kemudian sebuah bangunan tinggi mulai terlihat lalu kemudian gerbang besar yang menjulang tinggi di depan sana segera terbuka secara otomatis.

Sebelum itu aku melirik ke samping dimana ibuku berada. Sesuatu masih mengusikku dan membuatku penasaran. Ya kau benar, ini adalah tentang sosok gadis yang tak ku sangka akan ku ingat.

"Mom bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"apa yang ingin kau tanyakan Alex?"

"apa mom tahu dimana mereka?"

"Siapa yang kau maksud sayang? Mom tida tahu."

"Keluarga Bell."

Bukannya menjawab mom justru terlihat tidak senang mendengarnya dan jelas semakin menambah rasa penasaranku.

"Ada apa mom?"

"Kau baru saja pulang nak tapi kau justru menanyakannya. kau bahkan tidak menanyakan ayahmu terlebih dahulu? Apa kau sudah tidak sayang pada ibumu ini Alex?"

" astaga! mom bukan begitu maksudku."
Jelas saja aku langsung menggenggam kedua tangannya. Aku tidak mungkin membuat ibuku kecewa bukan, lagi pula memang bukan itu yang kumaksudkan.

"Lainkali jangan pernah tanyakan apapun soal orang-orang yang tinggal di rumah itu terutama gadis itu."

Aku ingin bertanya mengapa? tapi sepertinya aku tahu aku tidak akan bisa melakukannya.
Percuma saja, Sejak dulu ibuku tahu bahwa aku tidak menyukai gadis itu tapi aku tahu ibuku tidak. beliau justru selalu menerima gadis itu kapanpun di rumah kami tapi kini saat aku memlihatnya, aku dapat melihat reaksi lain dari ibuku saat aku bertanya mengenai gadis itu beliau dengan jelas memperlihatkan raut wajah bencinya.
Aku juga dapat merasakan kemarahannya, tapi apa yang membuat ibuku begitu marah aku tidak tahu. hal itu sungguh mengusikku dan aku tidak tahu kapan rasa penasaran ini akan berhenti.

Beberapa menit berikutnya aku dan ibuku telah sampai di depan pintu Mansion yang terbuka lebar. Ìbuku berjalan lebih dahulu memasuki rumah sementara aku menyusul di belakannya tetapi kemudian aku menghentikan langkahku saat tak menemukan apa yang dulu sering ku lihat dan terpajang di dinding.

Seharusnya lukisan itu ada di sini. sebuah lukisan yang selalu membuatku berpikir ulang mengapa aku memutuskan memajangnya, sebuah lukisan yang di buat dengan senyuman khas seorang gadis remaja yang di mabuk kepayang.

Astaga! Lagi-lagi aku melakukannya.
Aku menggelengkan kepalaku karena menyadari bahwa aku kembali terusik oleh gadis itu lalu kemudian aku pun memutuskan melanjutkan langkahku memasuki Mansion.

Di dalam Mansion semua orang tersenyum menyambutku, aku akui aku merasa tersentuh. mereka adalah orang-orang yang selalu setia merawat Mansion ini seperti rumah mereka sendiri dan mereka adalah orang-orang yang selalu menjaga serta orang-orang yang sejak dulu selalu merawatku.

"Selamat datang kembali ke rumah tuan muda."

Sahut seorang pria bernama Albert, pria itu adalah kepala pelayan di mansion ini dan beliau sudah seperti paman sendiri untukku.
Aku menghampirinya seraya tersenyum dan memeluknya.

"Terimakasih paman, kau tahu kau bisa menghilangkan kata terakhir itu bukan."

"Baiklah nak. Senang akhirnya kau kembali setelah delapan tahun berlalu." Pria itu membalas pelukanku kemudian beberapa saat melepasnya.

"bagaiamana kabarmu paman?"

"Aku baik, hanya radang lututku terkadang menyulitkanku."

"Mungkin Kau harus lebih banyak istirahat paman."

Paman Albert tidak menghiraukan ucapanku beliau justru mengajakku berkeliling Mansion sambil sesekali bernostalgia mengingat masalalu namun tanpa ku sadari rasa penasaran itu kembali menghantuiku. Aku berencana untuk menyudahi rasa penasaran ini dengan bertanya pada paman Albert namun apakah pria yang sudah ku anggap pamanku ini akan menjawabku. Entah mengapa aku mulai khawatir.

"Paman, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?"

"Tentu saja nak, katakan apa yang hendak kau tanyakan kepadaku?"

"Apa paman tahu soal...?"

Aku tidak mampu meneruskannya, entah mengapa rasanya begitu aneh dan asing namun di satu sisi aku tidak mau berhenti.

"Soal apa nak?"

"Soal...keluarga Bell."tanyaku pada akhirnya.

Aku memperhatikan raut wajah paman Albert yang berubah kaku dari situ aku menyimpulkam bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan itu semakin mengusikku kendati demiakian aku tahu bahwa pada akhirnya paman Albert tidak akan pernah menjawabku.

Sampai malam menjelang semua tentang sikap orang-orang di Mansion ini tampak masih menjadi misteri apalagi jika menyangkut soal keluarga Bell. Semua orang terkesan menyembunyikan sesuatu dariku, semua orang jelas menutup rapat-rapat mulut mereka tentang sesuatu.

sesuatu tentang sosok gadis bernama Clairine Bell.

Bersambung.

Tomorrow With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang