"Eren maaf..."
"Apa ku bilang? Jika dibiarkan mereka akan semakin melunjak. Untung ada aku, bagaimana jika tidak?" Eren mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah akibat perkelahiannya beberapa saat lalu. Armin membantu Eren berjalan seraya menatap jalan penuh sesal.
"Maaf..."
"Sudahlah, niat awal tidak ingin telat justru seperti ini. Armin, kita langsung kekelas saja." ujar Eren.
"Tapi lukamu harus diobati dulu Eren." balas Armin tidak setuju dengan perkataan Eren.
"Tidak begitu sakit Armin, aku bisa menahannya sampai jam istirahat nanti."
"Terserah apa katamu, kau harus tetap diobati dulu. Apalagi kau baru sembuh dari demammu. Aku tidak mau jika terjadi sesuatu padamu." Armin melangkahkan paksa menuju UKS dengan Eren yang masih ia papah.
"Ugh... aku sudah 2 hari tidak ikut pelajaran Armin. Bagaimana jika nilaiku tertinggal jauh?" rengek Eren.
"Nilaimu memang selalu dibelakang Eren, jika kau tidak lupa." balas Armin tanpa memikirkan perkataannya yang memang hanya sebuah candaan, karena ia tahu Eren termasuk siswa berprestasi disekolahnya walau tidak bisa mengalahkannya.
"Armin, hatiku sakit." ucap Eren mendramatisir. Armin hanya terkekeh, merasa gemas sekaligus lucu akan sikap Eren.
.
.
.
"Armin"
Manik biru itu melebar sesaat setelah menyadari asal suara yang memanggilnya.
"Mikasa?!" Pekik Armin tanpa sadar saat melihat sahabat sejak sekolah dasar kini tepat berada dihadapannya. Setahunya, gadis berparas manis ini tengah melanjutkan sekolah menengah atasnya di Prancis.
"Dimana-"
"Jika kalian ingin bernostalgia, silahkan cari tempat yang lebih layak." ucapan bernada dingin milik sang guru yang mempunyai tinggi tak semampai itu, melirik sinis pada keduanya.
"Diam kau cebol, lagian aku tidak ingin memdengarkan penjelasan dari guru cebol sepertimu." balas Mikasa yang sukses membuat seisi kelas menahan napas akan keberanian Mikasa.
"Hooo... baguslah, aku juga tidak sudi membagi ilmuku pada singa liar sepertimu. Cepat angkat kaki dari kelasku."
Mengabaikan ucapan Levi, Mikasa kembali mengalihkan atensinya pada Armin.
"Eren. Dimana Eren?" tanya Mikasa mengabaikan sumbu emosi Levi yang semakin menipis.
"E-Eren sedang berada di UK-"
Belum selesai Armin berkata, Mikasa sudah lebih dulu berlari keluar meninggalkan Levi yang hampir saja beranjak dari tempatnya berniat menggeret gadis bermarga sama dengannya itu keluar.
"Armin, apa kau tidak ikut keluar?"
Tubuh kecil Armin bergetar kecil saat namanya keluar dari guru sadis dihadapannya.
"Maafkan saya Mr.Levi, saya janji tidak akan mengulanginya lagi."
Mikasa dengan kasar mendobrak pintu UKS, mendapati seseorang yang ia cari menatap penuh kaget padanya lebih tepatnya pada pelaku yang membuat keributan.
"Eren."
"M-m-ikasa?!" pekik Eren menatap horror pada Mikasa yang tengah memeluknya erat. Jangan bilang Mikasa benar-benar akan pindah sekolah hanya untuk bertemu dengannya, pikir Eren saat mengingat kembali pesan Mikasa yang mengatakan bahwa gadis itu akan pindah dimana Eren berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story [RiRen]
Fanfiction[No Desc] BxB Rivaelle x Eren Levi!Seme Eren!Uke Homophobiac diharap menjauh, bagi yang tidak suka silahkan pergi. First story, kalo banyak kekurangan. Y udh sih