Chap 2 : Sick?

1.8K 198 21
                                    

"Tidak masalah, rumah kita berbeda arah. Kau bisa pulang duluan Jean. Aku akan menaiki bus saja." tolak Eren seraya mulai berjalan menjauhi kafe yang menjadi tempat kerja paruh waktunya.

Semenjak sang ayah, orang tua keduanya telah pulang Eren lebih memilih untuk mencari pekerjaan sambilan untuk membiayai kehidupannya daripada harus dibiayain oleh sang paman yang dengan baik hatinya menawarkannya tempat berlindung, namun dengan tegasnya ia menolak karena takut menyusahkan orang lain. Untungnya ia tidak perlu membayar tunggakan sekolah, karena beasiswa yang ia miliki.

"Kau yakin? Sebentar lagi akan turun hujan, kau tidak bawa payung bukan? Bagaimana jika kau sakit besok? Atau sesuatu yang buruk-"

"Aku pulang, bukan berniat main kemana-mana Jean. Kalau nanti hujan, aku bisa berlindung atau mungkin akan meminjam payung dari senpai disini. Dan kau tidak lupa jika aku pemegang sabuk hitam bela diri. Apa yang perlu ditakuti?" Potong Eren yang kesal karena Jean terlalu mengkhawatirkannya seakan ia seorang perawan yang takut diperkosa. Ck, walau wajahnya manis dia juga masih punya apa yang Jean punya.

Tanpa mendengar ucapan Jean, Eren segera berjalan keluar menjauhi area kafe tentunya setelah ia meminjam sebuah payung pada salah satu staff lainnya di kafe tersebut.

Setengah jam terlewat dan apa yang Jean -teman kerja paruh waktunya- bilang ternyata benar, hujan mulai turun membasahi beberapa belahan bumi. Untungnya Eren sudah berada di tempat pemberhentian bus, walau hawa dingin terus menyerang tubuhnya.

"Hahhh... cuaca dingin seperti ini enaknya ditemani selimut tebal dan secangkir cokelat panas dirumah" gumamnya seraya menyenderkan tubuhnya pada salah satu tiang penyanggah tempat pemberhentian tersebut.

Manik emerald nya melirik pada jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya.

18.35

Menghela napas sekali lagi sebelum berniat memejamkan mata, hingga sebuah siluet seorang anak kecil tengah berlarian tak tentu arah. Awalnya Eren berniat mengabaikannya, tapi melihat anak tersebut yang berlarian menuju jalan raya seakan jalan raya adalah rumahnya sendiri membuat Eren melotot horror ditambah sebuah truck yang tengah melaju kencang tepat dijalan dimana sang anak tengah terdiam.

'shit! Aku benci hal-hal yang menyusahkan seperti ini' gerutu Eren sebelum kakinya melangkah dan berlari menuju sang anak lantas menariknya, membuat ia terjatuh dengan sang anak yang berada diatasnya.

"Sshh.." ringisnya lirih.

"Oyy bocah, kau tidak apa-apa kan?"

Eren kelabakan saat melihat anak kecil tersebut masih memejamkan mata. "Huwaaa!!! Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak tahu alamat rumahnya?! Kenapa bocah ini merepotkan sekali?!!!"

.

.

.

"Uhukkk... Hachim!"

"Kenapa kau bisa demam begini?"

Armin menempelkan kain basah pada kepala Eren yang kini tengah tergeletak diatas ranjang dengan wajah sayunya. Air mata sedikit menggenang dipelupuk mata saat merasakaan pening yang menghantam kepala, juga hidungnya yang tersumbat dan tenggorokan yang terasa sakit.

"Armin, bagaimana keadaan anak itu?" Eren berujar lirih seraya menatap Armin yang tengah membetulkan letak selimut yang membungkus tubuhnya.

"Dia juga demam. Kau belum menceritakan darimana asal anak itu Eren."

"Maaf Armin, jadi merepotkanmu. Karena aku, kau jadi tidak sekolah. Huhu... aku teman yang menyusahkan." ujar Eren setengah merengek.

"Sudah lah, tidak masalah. Kita ini bersahabat bukan setahun, dua tahun Eren. Kau istirahat saja, aku akan melihat kondisi anak itu. Kalau kau butuh sesuatu panggil saja aku."

Love Story [RiRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang