Pagi ini seperti biasa Eren melangkahkan kakinya ringan disepanjang koridor sekolahnya, mengabaikan berbagai macam tatapan yang diarahkan padanya.
"Eren!"
Mendengar suara yang sudah sangat familiar, Eren segera melangkah mendekati sang sahabat. Memberikan cengiran khasnya, yang dibalas raut kesal dari sang sahabat.
Pletak-
"Ittai..." Ringis Eren saat kepalanya mendapat jitakan sayang dari sahabat bersurai pirangnya.
"Kau ini aneh Eren. Dijitak saja sudah kesakitan, tapi kau bisa mendapat banyak luka diwajahmu. Apa yang kau pikirkan sebenarnya?" gerutu Armin menatap datar Eren yang kembali menunjukan cengirannya.
"Hehehe.."
Eren menghela napas lelah melihat tingkah sang sahabat, lantas mulai melangkahkan kakinya berniat menuju kelasnya diikuti oleh Eren disampingnya. "Sudahlah."
"Armin"
Armin menatap datar Eren, saat tahu niat Eren yang memanggilnya. Dengan kasar ia membuka tasnya dan melemparkan buku nya kearah Eren, yang dengan senang hati menangkapnya.
"Arigatou Armin-chan"
"Sialan! Jangan memanggilku dengan embel-embel -chan!"
.
.
.
"Jika kau memanggilku kesini hanya untuk membicarakan hal kemarin lebih baik aku pergi, keparat." Ujar seorang pria dengan wajah dinginnya menatap penuh hasrat membunuh pada pria lain dihadapannya.
"Sampai kapan kau akan mencarinya? Sudah bertahun-tahun bocah itu menghilang, apa kau masih berharap bahwa bocah itu masih hidup? Kau bahkan tidak tahu, apa dia masih hidup atau ti-"
Brak-
"Hentikan omong kosongmu keparat sialan. Mulai tadi aku diam mendengar ocehanmu, sampai aku mendengar kau mengatakan hal buruk tentang dia, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu. Aku pergi."
Setelah mengatakammya dengan lantang, pria bernama Levi Ackerman itu dengan wajah dinginnya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang diketahui milik ruangan pribadi sang ayah, Kenny Ackerman.
Levi dengan segera memasuki mobilnya dan bergegas menuju kantornya, hingga sebuah dering ponselnya membuatnya pergi menjauhi lokasi kantornya.
'sialan alis ulat sagu itu, dia harus memberi alasan logis karena membuatku menemuinya'
Tak sampai 15 menit kini Levi sudah tiba didepan sebuah sekolah menengah atas, berniat menemui pria pirang sahabatnya yang memintanya menemuinya dengan alasan, 'penting' katanya.
Memarkirkan mobilnya, sebelum berjalan perlahan memasuki area sekolah. Dengan tampang datarnya ia mengabaikan pekikan penuh kekaguman dari beberapa siswi yang ia jumpai. Wajar saja terkesan ramai, saat ini sudah memasuki jam istirahat dimana semua siswa maupun siswi keluar meninggalkan kelas demi mengusir rasa bosan saat jam pertama tadi.
Levi terus berjalan hingga ia menemukan pintu dengan tulisan 'kepala sekolah' bertengger diatas pintu bercat hitam itu.
Baru saja Levi membuka pintu, ia sudah dapat mendengar ceramahan panjang sang kepala sekolah yang ia ketahui sebagai sahabatnya, Erwin Smith dengan sesosok pemuda bersurai cokelat yang tengah menunduk mendengar celotehan tak bermutu milik Erwin.
"Kau ini salah satu siswa beprestasi, kenapa kau selalu mencari masalah? Kau seharusnya bisa mengubah sifat bar-bar mu itu. Apa kau tidak takut, nilaimu turusn hanya karena sikap mu itu Jaeger?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story [RiRen]
Fanfiction[No Desc] BxB Rivaelle x Eren Levi!Seme Eren!Uke Homophobiac diharap menjauh, bagi yang tidak suka silahkan pergi. First story, kalo banyak kekurangan. Y udh sih