Bab Tujuh

10.6K 696 15
                                    

Sudah lewat dari pukul sebelas malam saat Kareen tiba di depan rumah. Dia sudah membunyikan klakson beberapa kali, tapi tetap tidak ada yang membukakan pintu gerbang untuknya.

Kareen berdecak. Dengan perasaan kesal, dia memutuskan untuk turun dan membuka gerbang itu sendiri. Kareen tidak peduli ke mana para penjaga itu pergi, yang terpenting adalah dia harus segera masuk dan menemui Gisella. Membuat wanita itu mengaku sebelum Ayahnya pulang pukul dua belas malam nanti.

Kareen segera masuk ke dalam mobil setelah gerbang itu terbuka. Melajukan mobilnya cepat dan menghentikan tepat di depan pintu masuk utama. Kareen berjalan cepat menuju kamar Gisella, sesekali dia berlari kecil. Yang terpenting adalah dia harus segera sampai di kamar wanita itu.

Kareen langsung membuka pintu begitu dia sampai di depan kamar Gisella, dan cukup terkejut melihat pemandangan di depan.

Kareen tersenyum sinis. Dia masuk dan menghampiri Gisella yang sedang membaca majalah di tempat tidurnya.

"Di saat seperti ini, Lo masih sempat baca majalah?" sarkas Kareen sembari menatap Gisella nyalang. Mengetahui bahwa Gisella hidup tenang dan santai sementara dia frustrasi seperti ini benar-benar membuat jiwa psycho Kareen berada di mode aktif. "Wow! Hebat sekali!"

Gisella terlihat biasa saja, dia bahkan tidak terkejut dengan kedatangan Kareen yang tiba-tiba. Dia sudah menduganya.

Dengan gerakan santai, Gisella menutup majalah dan meletakkannya di atas nakas. Dia bangun dari posisi rebahannya dan berjalan mendekati Kareen.

"Jadi, kamu belum menyerah juga?" tanya Gisella menatap Kareen dengan sebelah alis terangkat.

Kareen menghela napas dalam. Sebisa mungkin menahan diri agar tidak menguliti wanita ini hidup-hidup.

"Jika itu yang kamu inginkan, aku tidak akan pernah melakukannya," ujar Kareen dengan sorot mata menyala-nyala.

"Ck, ck, ck," Gisella berdecak. Dia menatap Kareen seolah dia sangat mengasihani wanita itu. "sejujurnya aku sangat kasihan padamu, Kareen. Bagaimana pun, usahamu itu akan sia-sia saja."

"Sia-sia?" Kareen berkata sinis. "Kita bisa menentukan siapa yang akan berakhir sia-sia setelah melihat akhirnya."

Kareen maju, jarak antara dirinya dan Gisella hanya bersisa satu langkah. Dia menatap Gisella penuh intimidasi. Tapi, entah apa yang Gisella pikirkan, dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan Kareen lakukan. Wanita itu tetap tenang, seolah menghadapi seorang Kareen bukanlah hal besar untuknya.

"Oh, baiklah jika kamu berpikir seperti itu," ungkap Gisella. Dia menyilang kedua tangan di depan dada. "Jadi, apa yang kamu inginkan?" tanya Gisella dengan smirk menghiasi bibir mungilnya.

Melihat respon Gisella yang biasa saja semakin membuat emosi Kareen mendidih. Sebenarnya terbuat dari apa hati wanita ini?

Meski melawan Gisella tidak akan mudah, tapi Kareen tidak akan menyerah. Ini demi keluarganya. Wanita ini serupa bom waktu yang bisa menghancurkan keluarganya kapan pun dia mau. Dengan memanfaatkan kepercayaan Ayahnya dan semua orang. Tidak ada yang tahu apa yang bisa wanita ini lakukan. Jadi, Kareen tidak boleh lemah apalagi menyerah.

"GUE MAU LO NGAKUIN SEMUA KEBUSUKAN LO DI DEPAN SEMUA ORANG!" teriak Kareen penuh emosi, dia sudah tidak tahan lagi. "Lo harus ngungkapin bahwa gue enggak dorong Lo. Tapi, Lo sengaja menjatuhkan diri Lo di tangga!"

Kareen sudah sangat berapi-api, tapi apa yang Gisella lakukan, dia hanya tersenyum tipis dan berkata dengan tenang, "cih, sudah ku duga, pasti itu yang akan kamu katakan."

"Apa?" Kareen benar-benar dibuat bingung oleh tingkah Gisella sekarang. Apa wanita ini benar-benar tidak takut atau dia hanya berpura-pura kuat saja? Atau, apa wanita ini sedang merencanakan sesuatu? Kareen harus tetap waspada.

Menghela napas dalam, Gisella berkata, "ayolah, dear. Kamu itu terlalu naif. Mungkin kamu berpikir kalau kamu itu hebat, tapi nyatanya kamu tidak lebih dari bocah bodoh yang gegabah."

Apa? Bocah bodoh yang gegabah? Gisella menyebutnya 'bocah bodoh yang gegabah?'.

"Apa kamu pikir dengan meminta ku secara langsung seperti itu akan membuat ku melakukan keinginan mu?" Gisella mundur selangkah, membuat jarak lebih jauh. "No, no, no. Kamu hanya membuktikan kalau kamu itu bodoh." ucapnya kemudian duduk di pinggir kasur dengan gestur anggun nan angkuh.

"Kamu masih harus banyak belajar. Kamu pikir dengan membayar orang untuk memata-matai ku akan membuat ku kalah?"

Kareen melotot. Gisella tahu kalau dia memata-matai wanita itu?

"Kenapa kamu terkejut sekali? Jangan bilang kalau kamu tidak tahu kalau aku tahu? Oh ayolah dear, pergerakan mu terlalu mudah dibaca."

Kedua tangan Kareen mengepal sempurna. Semua semakin jelas. Wanita ini pasti sudah mengatur semuanya. Menghilangnya Alan pasti ada hubungannya dengan Gisella.

"Namanya Alan, kan? Dia memang ahli, tapi cukup ceroboh."

"Apa yang kamu lakukan sama Alan?" geram Kareen.

Gisella mengangkat bahunya pelan. "Hanya menutup mulutnya dengan beberapa lembar uang. Hmm, mau bagaimana lagi, semua orang pasti menyukai lembaran-lembaran kertas itu, kan? Apalagi jika mendapatkan nya tanpa harus bekerja keras."

Kareen merasa bodoh. Harusnya dia tidak mempercayakan tugas itu kepada satu orang saja. Karena jika tertangkap, tidak ada lagi yang bisa ia harapkan. Dia tidak berpikir jika orang seperti Alan yang belum lama ia kenal itu bisa berubah menjadi pengkhianatan jika sudah berhadapan dengan uang yang lebih banyak.

Tapi, dia tidak boleh kalah dari Gisella. Seperti Gisella yang mampu membuat dirinya merasa menjadi orang bodoh, dia juga harus bisa mengkonfrontasi wanita itu.

Kareen tertawa kecil, "Ya, sama seperti mu, kan? Menginginkan banyak uang tanpa perlu bekerja keras. Jadi, kau memilih menikahi Om-om kaya yang bahkan memiliki putri yang usianya hampir sama dengan mu. Harusnya aku tidak perlu berkerja keras untuk melawan mu. Harusnya aku bekerja seperti mu. Menutup mulutmu dengan uang sepertinya cukup dari pada harus bersusahpayah mencari kelemahan mu. Karena kamu tidak lebih dari seorang pelacur rendahan yang berhasil menyusup ke dalam keluarga kaya dengan cara yang licik."

"CUKUP!" teriak Gisella. Dia berdiri dan menghampiri Kareen dengan sorot mata berkilat marah. "Cukup! Kalau kamu tidak tahu apa-apa tentang hidupku, lebih baik kamu diam!"

"Kenapa? Kamu merasa tersinggung karena aku mengungkapkannya faktanya?" Kareen menatap Gisella tidak kalah tajam. Sorot kemarahan dan kebencian menyatu di dalam tatapan keduanya.

"Sadarlah, Gisella. Kamu hanyalah pelacur rendahan yang beruntung. Jadi jangan pernah kamu lupakan di mana posisimu. Mengerti!"

PLAK!!!

Gisella menampar pipi Kareen begitu keras. Kareen memegang pipi kanannya yang terasa panas. Dia menatap Gisella tidak percaya.

"Beraninya kamu menamparku, sialan!" Emosi yang sejak tadi Kareen tahan akhirnya meledak. Dia langsung menyambar rambut Gisella dan menjambaknya. Aksi jambak-menjambak pun terjadi.

Karena kalah tenaga, Gisella akhirnya jatuh dan berakhir dengan Kareen yang berada di atasnya. Kareen memegang kendali penuh akan pertarungan ini. Dia menjambak, mencakar, dan menampar pipi Gisella.

Wanita ini ... sudah cukup membuat Kareen berada di situasi susah. Sudah cukup membuat dirinya seperti orang jahat di mata keluarganya. Semua sudah cukup! Jadi, haruskah Kareen menghabisinya sekarang?

Kareen tersenyum miring. Sekarang, mati kau sia–

"KAK GISEL!!!"

Love Money [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang