✐ CHAPTER SIX

903 139 29
                                    

Saat ia terbangun, aroma khas obat-obatan yang menyapa hidungnya. Pun ia merasakan seseuatu telah terhubung dengan tangannya, ia mengangkat tangannya yang kini telah di aliri penambah tenaga. Jisung memijat kepalanya, padahal terakhir kalinya ia sedang di gendong oleh Christ.

"Jisung? Udah sadar?" Jisung mengangguk pelan sembari beranjak duduk. Membuat lelaki yang bersamanya ini membantunya segera.

"Kok disini kak? Dan ini tanganku kenapa sampe di infus?"

"Bener-bener pingsan ternyata." Jisung mengerutkan keningnya tak mengerti.

"Tadi kau mengantuk, dan tidur saat aku membawamu ke mobil," Memang saat berada di punggung Christ, ia merasakan kantuk luar biasa hingga pandangannya menggelap.

"Dan kau sangat pucat tadi, jadi aku bawa kesini. Tapi ternyata setelah kau di infus tetapa saja kau tak sadar."

"Jadi, tadi aku pingsan kak?" Christ menganggukkan kepalanya. Ia kembali membawa Jisung untuk berbaring.

"Tapi sekarang aku udah gak apa-apa kak."

"Iya aku tau, sekarang kau lebih tampak manusia Jisung. Aku panggilkan dokter sebentar, agar kau bisa istirahat di rumah." Jisung hanya mengiyakan dan membiarkan Christ keluar dari ruangan.

Sementara menunggu, Jisung membuka ponselnya. Sepi seperti biasanya. Ah, tidak juga, ada sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

Langsung saja Jisung membuka pesan tersebut. Matanya perlahan membulat saat membaca pesan tersebut. Berpikir sejenak sebelum mencoba membalas pesan tersebut.

"Permisi Jisung, saya periksa kamu dulu ya." Jisung meletakkan ponselnya kembali, pun ia batal membalas pesan tersebut.

"Ah silahkan dokter."

Dokter yang datang bersama Christ tersebut segera memeriksa keadaan Jisung. Mengetahui jika kondisi Jisung lebih normal, ia pun mengizinkan pasiennya ini pulang. Meski Jisung harus mengonsumsi vitamin nantinya.

"Jisung, aku harus ke kantor. Tapi tenang, sebentar lagi Hyunjin datang. Apa tidak apa?" Jisung menganggukkan kepalanya.

"Iya kak gak apa-apa. Aku udah merasa baikan sekarang."

"Syukurlah, kalau begitu aku pergi dulu," Christ berjalan mendekati Jisung, meletakkan stunt gun ke tangan lelaki itu sambil berbisik pelan, "untuk berjaga-jaga, gunakan ini kalau ada orang yang mencurigakan. Kau paham?" Jisung mengangguk paham.

"Ya kak, aku mengerti. Terimakasih kak, sudah menolongku." Christ memberi penghormatan dan diiringi senyuman khas yang menelan netranya.

"Sudah tugasku, aku pergi dulu oke?"

"Ya kak, hati-hati di jalan." Jisung balas tersenyum Christ yang kini berjalan keluar dari ruangan Jisung.

"Hhh- semoga dia gak apa-apa aku tinggal,"

"Ck, Minho sialan. Menghadapi orang tua gila itu saja tidak bisa." Gerutu Christ.

Ya, dia di panggil oleh atasannya karena ketahuan hampir seharian tidak ada di kantor. Dengan sangat terpaksa dia meninggalkan Jisung seorang diri seperti sekarang.






*****





Setelah Christ pergi, Jisung kembali membuka pesan di ponselnya. Menimang kembali kalimat apa yang akan ia katakan untuk menjawab pesan tersebut.

Hai kak Jisung!
Aku Jeongin sepupumu, kau ingat aku kan? Aku pindah ke sekolahmu. Dan aku akan tinggal di asrama yang sama denganmu. Tadi siang aku tiba asrama, apa aku bisa main ke kamarmu?

VOICES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang