✐ CHAPTER THREE

1K 183 22
                                    

Belum pernah seumur hidupnya orang asing tidur di kamarnya. Tapi sekarang, lelaki pemaksa yang bernama Hyunjin berhasil membuatnya menurut. Lelaki itu menemaninya di dalam kos karena ia masih ketakutan.

Meski tidur di atas ranjang berbeda, sebab di kamar Jisung memang memiliki dua ranjang yang di satukan, tetapi Jisung tak kunjung memejamkan matanya. Berbeda, itu yang ia rasakan.

Lain Jisung, lain Hyunjin. Lelaki itu malah tidur cukup pulas sejak tadi. Yah, Hyunjin memang begitu. Dengan kamarnya yang terkenal berantakan pun, dia bisa tidur lelap. Apalagi di kamar Jisung yang super rapi begini.

Nyaman, kalau kata Hyunjin dari alam mimpinya.

Jisung menghela nafas berat. Ia memiringkan posisi tidurnya ke arah tembok. Mencoba memejamkan mata, karena tidak mungkin dia terjaga sepanjang malam. Besok mereka harus sekolah.

Belum lama iya memejamkan mata, Jisung merasakan pelukan di pinggangnya. Bahkan sebuah kaki mengunci tubuhnya. Ia menjadi sasaran empuk Hyunjin untuk di jadikan guling.

Jisung mengumpat dalam hatinya. Ia mencoba menyingkirkan tangan beserta kaki Hyunjin dari tubuhnya. Namun yang terjadi justru Hyunjin berhasil menariknya lagi. Kali ini tidak dalam posisi memunggungi seperti tadi. Tapi Jisung berbalik ke arah tubuh Hyunjin.

Kedua netranya membola, ia gugup setengah mati karena ini juga pertama kalinya ia bersentuhan dengan orang lain hingga sedekat ini. Jisung tak mampu bergerak.

Apalagi kuncian Hyunjin kali ini tidak main-main. Tubuh Jisung di dekap dan di perlakukan layaknya guling sungguhan. Hingga Jisung dapat mendengar detak teratur Hyunjin yang tengah tertidur.

Tapi bagaimana dengan jantungnya? Berpacu dua kali lipat, dan Jisung tidak menemukan cara untuk tidur malam ini.

Hingga pagi menjelang sekitar pukul lima pagi, barulah Jisung terlelap karena matanya yang membawanya terlayang ke dunia mimpi begitu saja. Dan saat ia terlelap, Hyunjin baru menjemput sadarnya. Bagai terbiasa dengan jadwal tidurnya, Hyunjin membuka matanya. Ia mengerjap saat memperhatikan Jisung yang tengah tidur dalam pelukannya.

Dengan sangat perlahan Hyunjin melepaskan pelukannya. Dan Jisung pun kini merubah caranya tidur. Meringkuk dengan berbantalkan dua tangannya yang menyatu.

"Lucu juga," gumam Hyunjin.

Hyunjin meregangkan otot-ototnya sejenak. Kemudian terbangun untuk melemaskannya. Olahraga ringan di dalam kamar Jisung. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, hanya push up, sit up, dan beberapa gerakan lain.

Hingga satu jam berlalu, Hyunjin mulai membangunkan Jisung. Jisung yang terkejut akhirnya bangun, menatap ke arah Hyunjin yang sudah segar kembali.

"Aku mau pulang, kau jangan tidur lagi. Aku tunggu di sekolah, ok?" Hyunjin tersenyum melihat Jisung yang hanya mengangguk dengan wajah sayunya. Ia masih sangat mengantuk sekarang.

"Jisung, aku pulang ya?"

"Hmm." Jisung hanya melihat sekilas pada Hyunjin yang keluar dari kamarnya. Sementara Jisung kembali merebahkan tubuhnya. Ia tidak peduli bahkan jika terlambat hari ini.





*****


Hampir terlambat, tepatnya. Jisung berhasil mengayuh sepeda dengan cepat hingga tiba di dalam lingkungan sekolah sebelum pagar di tutup. Netranya kembali terang benderang akibat berkeringat setelah memacu kecepatan.

Di dalam sekolah, ia merasakan banyak desas-desus dari mulut-kemulut. Yang sudah dapat ia pastikan tentang Hyunjin. Kematian anak kemarin menyeret namanya. Suka tidak suka, namanya menjadi sering di sebut seisi sekolah. Padahal belum ada kepastian dari pihak polisi sedikitpun.

VOICES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang