Aroma khas hutan dan wewangian menyengat mulai meraba hidungnya. Rasa panas pun ikut menyertai hawa di sekitarnya. Ia ingin membuka mata, tapi sebuah kain menutupi matanya cukup erat.
Nyanyian serupa mantra terdengar nyaring ditelinganya. Ia mulai menerka suara siapa yang terdengar menakutkan itu. Kedua tangannya berusaha menarik lilitan rerumputan yang melingkari pergelangan tangannya.
"Siapapun, lepaskan aku!" Teriak Jisung frustasi sebab ikatan di tangannya yang terasa kuat.
"Pengantinku, kau sudah bangun ternyata." Suara yang biasanya asing di telinga Jisung, kini terdengar akrab. Sering ia dengar berulang kali selama sebulan belakangan ini.
"J-Jeongin?" Lelaki itu tertawa mendengar ketakutan Jisung saat menyebutkan namanya.
"Kau baru mengenaliku, kak? Sayang sekali."
Jisung rasakan keringat mengalir hampir disekujur tubuhnya. Ia berusaha tetap tenang dan memikirkan cara agar lepas dari siapapun yang tengah menculiknya saat ini.
"Tidak, aku hanya belum yakin. Aku harus melihat wajahmu agar aku yakin, bukan?" Jisung menunggu sesaat, berharap pancingannya berhasil. Dan beruntungnya ada seseorang yang melepaskan penutup kainnya. Kini ia dapat melihat siapa saja yang ada di hadapannya.
Ia tak salah, ada Jeongin yang ada di hadapannya dengan memakai pakaian pengantin. Sama seperti dirinya. Namun, lelaki itu sama terikatnya dengan dirinya. Berdiri berhadapan dengan rantai berbola besi pada kedua kakinya.
"Jeongin, kenapa kau juga terikat?" Tanya Jisung dengan wajah bingungnya. Jeongin tak langsung menjawab, ia melirik ke arah samping. Pun Jisung mengikuti arah pandangannya.
"Bibi! Lepaskan Jisung, bi." Mohon Jisung dengan suara yang terdengar hampir menangis.
"Tidak sekarang sayang, tunggu hingga Jeongin menikahimu."
"Kalian berdua siapa sebenarnya?"
Wanita yang mengaku sebagai bibinya berjalan perlahan menghampiri Jisung, mengelus pipi lelaki itu lembut lalu mengecupnya pelan.
"Anak manis, kau melupakanku? Aku bundamu yang kau rindukan." Jisung memejamkan matanya, tak percaya dengan apa yang di ucapkan bibinya.
"Ayahmu tak ingin menyerahkanmu ketika kecil, jadi aku membunuhnya. Tapi tenang saja, aku bisa menjadi dirinya." Jisung terbelalak saat menyaksikan bibinya merubah dirinya menjadi ayahnya yang telah pergi.
"Ayah.."
"Ya, aku disini putraku."
Wanita yang kini menjelma sebagai ayahnya menangkup pipi Jisung lalu berkata, "tapi aku bukan mereka. Aku pengantinmu." Sebuah kecupan mendarat di pipi Jisung. Membuat tubuhnya meremang ketika mendengar suara yang beberapa kali ia dengar.
Kedua maniknya memandang lurus ke depan, melihat ke arah Jeongin yang kini baru ia sadari jika sudah tak bernyawa. Darah mengalir dari perutnya membasahi mawar putih di sekeliling mereka.
"Jeongin.." lirih Jisung.
Wujud yang kini Jisung tak tau rupa aslinya kini menoleh ke arah Jeongin. Ia kini merubah dirinya menjadi Jeongin. Membuat Jisung kian merasakan ketakutan di dekatnya.
"Kau ingin menikah dengan ku?" Jisung menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku tidak ingin menikah denganmu, tolong lepaskan aku." Jisung mulai menangis sebab begitu ketakutan pada makhluk yang ada di depannya.
"Tapi aku mencintaimu, Han Jisung. Aku sudah menunggu tujuh belas tahun lamanya untuk memilikimu."
"Aku.." Jisung kembali berusaha untuk tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VOICES [END]
FanfictionSummary : Sejak kecil, Han Jisung diberi kemampuan unik. Jisung memiliki kemampuan mendengar objek yang tidak bisa berbicara, dengan menyentuhnya. Dunianya bisa menjadi berisik karena kemampuannya, tetapi tidak seorangpun yang bersamanya. Hingga se...