1

25 6 8
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.

“Hey, sesuatu telah meledak!” seru pilot JS Airlines 195 sembari mengendalikan pesawat.

“Pintu gear! (roda gigi)”

“Cek gearnya!” titah sang pilot masih berusaha menstabilkan pesawat.

“Apa?” Ko-pilot tidak dapat mendengar perkataan dari sang pilot di akibatkan karena ketidak stabilan tekanan udara.

“Cek gearnya!” dengan nada yang naik satu oktaf sang pilot kembali menyerukan perintahnya.

“Mesinnya?” sang pilot mendesah kasar mendengar bawahannya yang masih tak bisa mendengar perintahnya.

Sementara si ko-pilot sendiri juga sedang berusaha mencari cara. Konsentrasinya terpecah mendengar teriakan sang atasan yang tak begitu jelas.

“Lihat ini! Lihat ini! Salah satu mesinnya meledak! Peralatan, kita butuh peralatan! Mesinnya meledak!” teriak sang pilot panik. Wajahnya pucat dan tubuhnya berkeringat sementara tangannya dengan gemetar memencet berbagai tombol di depannya dengan harapan akan menjadi bantuan bagi keadaan genting sekarang.

“Turun! sepertinya kita harus turun!”

“Tolong kenakan masker oksigen dan sabuk pengaman anda.”

“Untuk semua penumpang, tolong siapkan oksigen untuk anak anda.” Terdengar suara peringatan dari awak kabin.

“Apakah kalian bisa kontrol pesawatnya?” tanya Control Center pada Pilot dan Ko-pilot.

“Tidak bisa di kontrol, ada gunung didepan.”

“Belok kanan! ada gunung di depan!” titah Control Center.

Ko-pilot menjawab dengan frustasi, “Saya tahu pak!”

“Ambil kontrol, kanan! kanan! POWER!!!” teriak sang pilot pada Ko-pilot.

“MAYDAY! MAYDAY! MAYDAY!”

“Pesawat akan jatuh tepat menabrak gunung!” teriak Ko-pilot dengan wajah yang sudah sangat pucat.

“Kita sudah tidak bisa melakukan apapun.” pasrah sang pilot masih dengan tangan yang gemetar menekan tombol yang ada di depannya.

Suara ledakan besar terdengar akibat pesawat yang menabrak gunung. Dan sontak membuat Professor Yoon terbangun dengan peluh yang memenuhi sekujur tubuhnya. Ia mengusap wajahnya kasar, mimpi buruk yang selalu hadir dalam tidurnya membuat ia tidak bisa merelakan anak tunggalnya.

Kecekakaan SJ Airlines 195 itu sangat-sangat membuatnya terpukul, Professor Yoon langsung beranjak dari kasurnya dan mencuci wajahnya.

────────────────────

⚠️ cerita ini hanyalah fiktif semata, dan tidak ada sangkut pautnya dengan organisasi manapun. cerita ini murni hasil dari pemikiran penulis, jika ada kesamaan dalam cerita itu sama sekali tidak di sengaja karena cerita ini mendapat inspirasi saat penulis sedang berada di kamar mandi.

© HanaYoon

NUMBER 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang