5

15 5 11
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.

Junhui terus menguji hasil kerja sahabatnya itu dengan seksama, sesekali membenarkan kacamata lab yang merosot di hidungnya.

“Prof, apakah kulit ini akan langsung di pasangkan di HR-04?” tanya Junhui sembari menekan banyak tombol yang ada di hadapannya.

“Jika ini berhasil maka iya, namun jika tidak mungkin aku akan merevisinya.”

Mendengar jawaban Professor Yoon, seketika Junhui terdiam. Sudah satu jam mereka di selimuti keheningan, karena Junhui yang mulai canggung dengan situasi pun akhirnya angkat bicara.

“Ah Professor,” Junhui menggantungkan ucapannya.

Professor Yoon menoleh, “Ada apa?”

Entah mengapa rasanya sangat sulit bagi Junhui untuk memberitahu kepada sang atasan, entah karena takut akan kecewa atau sebaliknya.

“Begini Prof, dia kembali.” Junhui menghela napas panjang sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan ucapannya, “Dia, Kim Mingyu yang telah lama menghilang. Semalam ia menelfonku, dan berkata bahwa ia akan datang kemari untuk menemuimu.”

“Anak itu kembali? ku dengar anak itu sudah lama tewas, jadi rumor itu tidak benar?” Professor Yoon memicingkan matanya sembari mendesah berat.

“Ya, sepertinya begitu. Lalu apakah kau akan menemuinya jika ia benar-benar datang Prof?” Junhui memperhatikan gerak gerik Professor Yoon yang terlihat menjadi kaku sejak awal mula pembahasan 'Kim Mingyu'.

“Tidak apa, jika memang ia masih hidup dia pasti akan kembali pada kita. Tapi,”

“Tapi kenapa Prof?”

Professor menghela napasnya kasar dan sedikit menyisir rambut dengan jemarinya, “Sudah sejak lama aku tidak bisa berharap banyak padanya, lebih tepatnya aku tidak percaya.”

Junhui terdiam mendengar jawaban yang di berikan oleh sang Professor, ia membayangkan bagaimana jika ia pun berada di posisinya Mingyu. Apakah sang Professor akan memperlakukan dia sama seperti jawaban yang ia dapatkan barusan, atau bahkan ia sama sekali tidak perduli.

“Kenapa kau menjadi diam begitu? Apakah kau sedang sariawan? tidak biasanya kau banyak diam.” Professor Yoon bingung dengan tingkah anak didiknya itu.

“Ti-tidak Prof, aku hanya membayangkan bagaimana jika yang berada di posisi Kim Mingyu itu adalah aku. Apakah kau akan memperlakukan aku sama sepertinya atau tidak.” Junhui menjelaskan keresahan yang ia rasakan sejak tadi.

“Mungkin jika kau yang ada di posisi itu akan sedikit berbeda, karena Moon Junhui yang aku kenal tidak pernah mengecewakan aku.” ujar Profesor Yoon menepuk pelan bahu Junhui, bahkan kini ia tersenyum.

Junhui yang mendengar jawaban itu langsung memalingkan wajahnya, dia malu. Baru kali ini sang Professor memperlakukannya seperti ini, rasanya seperti benar-benar menjadi seorang anak.

“Berjuanglah terus Junhui, aku tahu kau bisa lebih berkembang dengan pesat. Jadi saat kau besar nanti pergilah, dan raih keinginanmu yang selama ini kau inginkan.” Professor Yoon menarik lengan Junhui dan langsung memeluk hangat tubuh itu, sesekali ia menepuk-nepuk pelan punggungnya bertanda bahwa ia sedang menyemangati sosok yang sedang ia peluk.

“Buat aku bangga dengan seluruh kemampuanmu, Moon Junhui.” bisikan itu seperti mantra yang terngiang di dalam kepalanya.

Junhui mengangguk dan membalas pelukan sang Professor dengan erat, sudah lama ia tidak merasakan pelukan hangat. Jujur saja ia sangat merindukan pelukan ini. Di sisi lain, seseorang sedang berbaring dengan santai. Sesekali ia menggaruk perutnya, terdengar suara gemuruh yang bersumber dari dalam dirinya. Ya sekarang ada seseorang yang sedang kelaparan.

“Aish, kenapa rasanya lapar sekali.” ia bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah dapur.

Sepotong sandwich yang berada di atas piring menyita perhatiannya, ia memakan sandwich itu namun perutnya masih tetap terasa lapar.

“Ah, lebih baik aku makan ramyeon saja.” dia bergegas mencari ramyeon di laci penyimpanan makanan, namun nihil tidak ada sebungkus ramyeon dimana-mana.

Tiba-tiba ia teringat bahwa ramyeon terakhir di makan olehnya beberapa hari yang lalu, dengan berat hati Soonyoung akhirnya pergi ke minimarket untuk membeli dua bungkus ramyeon, Onigiri, dan beberapa makanan lainnya. Setelah ia sampai di minimarket, ia langsung berjalan ke arah rak mie instan.

“Ah surga duniaaaaaaa!” dia berteriak dan bergaya seperti seorang pemain bola yang baru saja berhasil mencetak gol. Beberapa orang yang melewati lorong yang sama dengannya menatap dengan pandangan aneh, bahkan ada yang sampai memutar balikkan arah agar tidak mendekati Soonyoung.

Kembali bangkit, ia mengambil dua bungkus ramyeon dan berjalan menuju rak olahan nasi. Mengambil lima bungkus Onigiri dan dua bungkus Nasi Goreng Kimchi dengan Keju Mozzarella di dalamnya.

“Wah sudah lama sekali aku tidak makan Nasi Goreng Kimchi sejak aku berada disini.” Soonyoung terlihat sangat senang begitu mengambil makanan asli negara asalnya, ia mengambil dua bungkus karena yang satu lagi untuk di berikan kepada Junhui.

“Ah dan juga harus membeli beberapa minuman isotonik, ya untuk berjaga-jaga.” mengambil tiga botol minuman berisotonik dan langsung bergegas menuju kasir.

“Tidak ada tambahan lainnya tuan?” tanya sang kasir mengscan semua belanjaan Soonyoung.

Ia menggeleng pelan, “Tidak.”

“Totalnya jadi 540 yen.”

Soonyoung mengeluarkan uang dari saku celananya, memberikan pada sang kasir dan segera pergi dari minimarket. Berjalan dengan semangat sesekali Soonyoung bersenandung menikmati hari cuti pertamanya setelah sekian lama ia bekerja.

Dari kejauhan ia melihat sosok lelaki  berjubah hitam dengan perawakan jangkung berdiri di depan pintu asramanya, Soonyoung penasaran siapa lelaki berjubah itu. Mendekati dengan perlahan, Ia berhenti tepat di belakang sang lelaki.

Lelaki itu terlihat kesal karena tidak ada seseorang pun yang membuka pintunya, karena terlanjur kesal menunggu ia pun berbalik. Ia terlonjak ketika melihat Soonyoung yang tiba-tiba berada di belakangnya.

“Aish, kamjagi. Yha! kenapa kau tiba-tiba muncul dari belakang seperti hantu hah?” sosok itu melepaskan kacamata hitamnya karena kesal.

“Yha! Kim Mingyu?!” Soonyoung tiba-tiba teringat ucapan Junhui semalam, jadi ia berencana untuk pura-pura tidak tahu apapun.

“Ku kira kau sudah lama mati,”

“Aish kurang ajar! Soonyoung hyeong kau jahat sekali!” kini tingkah Mingyu berbanding terbalik dengan style nya. Dia berbicara dengan nada seperti anak kecil yang sedang merajuk.

“Tapi kau, kemana saja kau selama ini?” Soonyoung langsung bertanya dengan nada datar, bahkan kini tatapan nya pun berubah menjadi dingin.

“Hyeong, aku baru saja kembali dari Korea. Aku sangat kecewa, bahkan tidak ada yang menyambut kedatanganku di bandara.” Mingyu mengerucutkan bibirnya kesal.

“Jadi selama ini dia berada di Korea? tanpa berkata apapun padaku, bahkan pada Professor?” Soonyoung terkejut, batinnya yang berbicara.

“Apa maumu?”

“Mauku? tentu saja kembali kesini. Apalagi.” Mingyu menjawab dengan seadanya.

“Bukan itu jawaban yang aku mau, cepat beritahu apa maumu!” nada suara Soonyoung kini sudah sedikit naik.

“Eoh? Aku,”

────────────────────

tbc^^

Oh iya Professor Yoon di sini aku imaginekan sebagai Yoon Jonghoon ya. (bapaknya eunbyeol di penthouse:v)

Maaf kalau makin sini typo semakin bertebaran dan cerita makin absurd, tapi ku harap kalian suka.

⚠️ cerita ini hanyalah fiktif semata, dan tidak ada sangkut pautnya dengan organisasi manapun. cerita ini murni hasil dari pemikiran penulis, jika ada kesamaan dalam cerita itu sama sekali tidak di sengaja karena cerita ini mendapat inspirasi saat penulis sedang berada di kamar mandi.

© HanaYoon

NUMBER 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang