6

4 0 0
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.

Kini Soonyoung menatap Mingyu dengan tatapan tajam, bahkan raut wajahnya yang tadinya berseri langsung berubah menjadi datar dan memerah karena menahan amarah.

“Hyeong,”

Soonyoung tidak menjawab panggilan dari lelaki yang lebih jangkung di hadapannya, dia masih setia menatap Mingyu dengan tatapan amarahnya.

“Hyeong, apakah kau marah?”

“Apa kau buta?” Soonyoung bergumam angkat bicara.

Mingyu mengerutkan dahinya, “Aku tidak dapat mendengarmu dengan jelas hyeong. Suaramu terlalu keci-”

Soonyoung menarik kerah baju Mingyu dengan keras, “AKU BILANG APA KAU BUTA?! KEMANA SAJA KAU SELAMA INI?!! KENAPA KAU KEMBALI?! KENAPA???”

Amarah Soonyoung yang sudah meledak pun tak dapat ia tahan lagi, bahkan sekarang wajahnya sudah sangat memerah.

“Hyeong aku bisa-”

“BISA APA?! BISA DATANG TANPA MERASA BERSALAH DAN KEMBALI MENGKHIANATI KAMI SEMUA?!”

“ITU YANG KAU INGINKAN BUKAN?! KAU PIKIR AKU TIDAK TAHU APA YANG KAU LAKUKAN DUA TAHUN YANG LALU?! KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA SEPERTI RUMOR ITU?! KENAPA KAU MALAH KEMBALI?!” Soonyoung memukul keras sudut bibir Mingyu, dan berakhir kulit disekitar wajahnya sedikit terkelupas akibat pukulan keras itu.

“Hyeong, tidak apa pukul aku semaumu. Aku pantas mendapatkannya.” Mingyu menyentuh pelan sudut bibirnya, perih itulah yang ia rasakan.

Soonyoung kembali memukuli Mingyu, dia mendapatkan empat pukulan dan itu sukses membuat wajahnya sedikit babak belur.

“YA! KAU MEMANG PANTAS MENDAPATKANNYA. TIDAK!! KAU LEBIH PANTAS MATI!! PERGI DARI HADAPANKU ATAU AKU AKAN MEMBUNUHMU SIALAN!!” Soonyoung mendorong kasar tubuh bongsor Mingyu, dia berjalan melangkahi Mingyu yang sudah terjatuh karena dorongan yang cukup keras.

Soonyoung masuk ke dalam asramanya, mengunci pintu dan bergegas pergi ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih. Dia meminum air putih sebanyak mungkin, bermaksud untuk menenangkan dirinya. Namun emosi nya tak kunjung reda, gelas yang semula berada di tangannya pun sekarang sudah berhamburan di lantai. Bahkan sudah tak berbentuk seperti gelas lagi, akibat bantingan keras yang di lakukan oleh si penggila Harimau itu.

“Aish, dia merusak moodku di pagi hari.” Soonyoung melirik ke arah kantung belanjaan yang ia letakkan di meja dapur.

Rasa laparnya kini sudah hilang, karena tidak ingin stress memikirkan hal yang baru saja terjadi Soonyoung memutuskan untuk kembali ke laboratorium dan berencana makan bersama dengan Junhui disana.

Di laboratorium, Junhui masih bergelut dengan eksperimennya. Bisa dikatakan bahwa Kulit Artifisial ini berhasil, itu semua berkat kerja keras dari Soonyoung.

“Junhui, kita berhasil. Aku harus pergi menemui Soonyoung sekarang.”

“Aku disini Prof,” lagi-lagi Soonyoung berdiri tepat di belakang Junhui dan Professor Yoon.

“Eh? Bukannya kau sedang mengambil cuti? kenapa kau disini dan apa yang kau bawa itu?” tanya Professor Yoon keheranan melihat sang bawahan yang berada di laboratorium disaat hari cutinya.

“Aku sedang stress Prof, lebih baik aku kesini saja. Dan aku berencana makan disini,” ujar Soonyoung meletakkan kantung belanjaannya di atas meja yang tak jauh darinya.

“Hey Soonyoung ini bukan dapur umum!” protes Junhui tak terima.

“Urusai Aho! (Berisik bodoh!)” Soonyoung mengeluarkan belanjaan yang tadi ia beli, dan menuangkan air panas serta bumbu ke atas ramyeon. Tak lupa menghangatkan Nasi kepal yang sudah mulai dingin.

NUMBER 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang