Suara gesekan pintu yang dibuka membuat Anya langsung menoleh. Seorang lelaki tak asing nyelonong masuk tanpa diperintah. Lelaki tampan dengan tubuh tinggi atletis dengan kaos hitam dan celana jens hitam yang melekat pada tubuhnya. Sungguh indah ciptaan tuhan.
Lelaki itu melangkah mendekati Anya. Ditangannya tergenggam keresek hitam dengan isi martabak telor sesuai request si pemilik kamar.
"Noh pesanan lo". Ucapnya seraya merebahkan dirinya dikasur empuk milik anya tersebut.
"Demi apa?! Tadi gue cuma bohong doang woi!". Ujarnya seraya memeluk sang kembaran."Ah kembaran gue emang ter the best". Sambungnya.
Ya, lelaki berperawakan tinggi atletis itu adalah Leon kembarannya. ah kembaran palsu maksudnya. Hanya karna tanggal lahirnya sama dan waktu lahirnya cuma beda 3 jam semua teman sekelasnya memanggil mereka kembar. Padahal dari nama saja tidak mirip apalagi wajah.
"Mau jalan gak nih?". Tanya Leon sambil mengubah posisnya menjadi duduk."Berdua doang kan?". Bukan tanpa alasan Anya bertanya seperti itu, hanya saja dari salahsatu teman Leon ada juga si ketos di SMA nya, Panggil saja ia Gibran. Lelaki berwajah tampan dengan sorot matanya yang tajam dan juga menusuk. Dan jangan lupakan sikapnya yang angkuh dan sok coolnya itu. Membuat Anya semakin muak hanya untuk melihatnya. Apalagi jika Anya mengingat kejadian kemarin saat ia dihikum hormat pada bendera dilapangan yang mungkin menyebabkan 2 jam waktu berharganya tak guna sama sekali. Ah ia tambah muak mengingatnya.
"Cie kembaran gue, Mau berduaan ya". Goda Leon seranya mengedipkan sebelah matanya genit.
"Apaan si, Udah ah hayu". Ucap Anya dan segera melenggang pergi keluar kamarnya.
"Anya woi!! Gak ganti baju lo?!". Teriak Leon yang masih berada di kamar Anya.
"Males, Udah yu".
-anya-
"Akang sate!". Panggil Anya seraya mengedipkan sebelah matanya genit.
"Akang tau gak kenapa aku ngerasa sakit kalo jauh dari akang?"."Kenapa gitu neng?".
"Kan sate-ngah hati aku udah ada di akang". Ucap Anya yang dibalas kekehan ringan dari kang sate.
"Bisa aja si eneng mah".
"Bisa dong mang, apa sih yang Anya gak bisa". Jawab anya seraya mengedipkan sebelah matanya genit.
"Nya, cepet pesen elah".
"Yaudah atuh mang ditunggu satenya, Hayu le". Ajaknya seraya menarik lengan kanan Leon.Leon mendengus kesal. "Gue bukan lele!!".
Sedangkan Anya hanya terkekeh ringan. gemas sendiri melihat tingkah kembarannya."Ini neng satenya".
"Ah, Nuhun mang".
-anya-
Gibran pergi keluar rumah dengan vespa antik kesayangannya. Sebenarnya ia sangat malas tapi mamanya terus saja memaksa, hanya karna kedatangan sahabat wanitanya yang tidak tahu malunya malah memerintah Gibran untuk membeli sate ayam kesukaannya.Dan sekarang ia disini ditempat salah satu penjual sate diBandung. Setelah memesan sate ayam, ia kembali menyibukan diri dengan memainkan handphonenya. Tak lama setelah itu..
"GIB!! WOI SINI GABUNG!!". Teriakan seseorang yang mengundang semua pasang mata menatap kearah orang tersebut. Bahkan gadis yang berada disamping orang itu hanya mampu tersenyum kikuk.
Gibran berjalan menuju orang yang memanggilnya, sesekali ia melihat gadis yang sedari tadi menggerutu tak jelas yang berakibat memunculkan lengkungan tipis dibibirnya. Kenapa sangat menggemaskan, batinnya.
Gibran mendudukkan dirinya dihadapan temannya Leon."Ngapain lo kesini?". Tanya Leon dengan wajah polosnya.
"Ya beli sate lah bego!". Bukan Gibran yang menjawab melainkan gadis yang duduk disamping Leon.
"Wess santai broo". Anya hanya memutar matanya malas.-anya-
"Nya, Anya, Sttt...sstt". Anya menoleh dan menaikan sebelah alisnya.
"No 5 apa jawabannya?".
"Gue bukan brainly". Jawab anya malas.
Harusnya mereka sudah tahu tentang sifat Anya yang satu ini. Ia bukan pelit, hanya saja jika untuk ujian-ujian seperti ini ia akan muak mendengar bisikan-bisikan seperti"Anya no 8 apa?". Apa mereka gak mikirin Anya yang pusing mikirin jawabannya sementara mereka hanya tinggal menyalin saja.enak banget kaya gitu.
Tapi tenang saja jika itu tugas harian maka sudah dipastikan buku Anya berubah menjadi kusut akibat ulah teman sekelasnya yang selalu meng over-overkan bukunya ke setiap penjuru kelas yang membuat Anya harus menebalkan dinding kesabarannya untuk menghadapi mahluk-mahluk kelasnya yang seperti ini.-anya-
"Reno!!"
"Apa?"
"Tau gak?"
"Apaan?"
"Gue cuma mau hidup cukup"
"Hah? Maksudnya?"
"Cukup melihat senyumu setiap hari". Ujar Anya seraya mengedipkan sebelah matanya genit.
Woah woah.. aku padamu nak..
Gaslah Nya!
Lanjutkeun!
Anya sudah siap melemparkan gombalan-gombalan memautkannya. Hanya saja..
Ekhmm.
Suara deheman lelaki jangkung bernama tag Gavin itu. Yang berhasil membuat semua pasang mata melihat kearahnya dengan tatapan memuja. Sedangkan Gavin dari tadi hanya memperhatikan gadis dengan rambut sebahu itu dengan tatapan datar. Gavin kini tahu kenapa gadis itu mendapatkan julukan ratu gombal. Ternyata gadis itu berani menggombali lawan jenisnya didepan umum dan lebih hebatnya tak sedikit lelaki yang sudah ia gombali, bahkan 80% lelaki dari satu sekolahnya sudah pernah merasakan gombalan maut itu.
Anya membalas tatapan datar yang lelaki itu tunjukan padanya dan segera melenggang pergi dari hadapan lelaki bernama tag Gavin itu. Dasar perusak suasana. Batin nya.
Jangan lupa vote guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYA
General FictionFollow yu:) "Makasih ya A udah nemenin dari nol". ucap seorang gadis berpakaian SMA tersebut sambil mengedipkan sebelah matanya genit.