3

173 109 47
                                    


Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi, waktu telah menunjukan pukul 8 malam.
Pintu kamar mandi terbuka menampakan sosok gadis berpipi chubby yang sudah lengkap dengan pakaian tidurnya.

"Ah udah lama benget ni baju gak gue pake". Ucap gadis itu.
Ia berjalan keluar kamar dan bergegas menuju ruang makan.
"Assalamualaikum, punten ini Anya boleh duduk?". Mamanya hanya memutar matanya malas.
"Gak usah duduk lo! Pergi aja sono!". Ucap seorang lelaki yang memakai kaos putihnya itu.
"Sumpah ya mah si Buel gitu banget, jadi pengen nangiskan". Papanya hanya diam, ia terlalu malas untuk ikut acara perdebatan anak-anaknya ini. Hanya akan menambah pusing saja.
"Eh lo! Nama gue Elfaro bukan buel apa banget deh lo!". Anya sudah siap melemparkan kata-katanya hanya saja...

"Jadi pada mau makan apa gak?!". Ucapan nyonya ratu.

Semuanya diam, bahkan yang hanya terdengar dentingan sendok dan garpu.

"Ekhhm.. Gimana sekolah kakak?". Tanya sang  papa yang berusaha mencairkan suasana.
"Eumm.. Anya masih peringkat 1, Anya baik, sholehah, rajin menabung dan suka menolong. Gitu aja deh kayanya mah".

"Apa banget lo! Baik, soleh, apalagi tadi? Heleh bacot doang". Timpal El

"Iri lo?!"

"Mana ad-"

"Kenapa jadi pada berantem?!". Ucap mama Anya.

                                   -anya-

"Pah kayanya Anya mau jadi dokter". Celetuk gadis berpipi chubby yang sedang asik mengunyah snaknya.
"Belajar yang bener makanya jangan banyakin ngegombal, Kakak mah tukang ojek aja digombalin gimana nanti kalo ketemu anak presiden diajak kawin kali". Ucap mama Anya.
"Iya tuh si Kakak tukang cilok di perempatan depan aja digombalin". Anya hanya meman dangnya sinis.
"Turunan siapa sih ni anak, papa aja gak gitu dulu apalagi mama kamu". Ah keluarganya sangat menyebalkan.

"Terus aja pojokin". Ucap Anya seraya bangkit dari duduknya.

"Dih ngambek dia".

"Menurut papa gimana? Anya bolehkan jadi dokter?".

"Papa gak bakal larang kamu, mau jadi apa aja terserah. tapi ya, kalo kamu jadi polisi itu lebih bagus". Ucap papa Anya.

Anya menggembungkan pipinya, ia tahu apa maksud papanya. Papanya akan lebih setuju jika ia bisa menjadi polisi sama sepertinya. Menurut ayahnya polisi itu hebat, orang-orang juga akan lebih menghargai mereka kata papanya. Papa Anya memang polisi, tepatnya seorang Jendral Polisi, Papanya juga memakai empat bintang berwarna emas. Papanya memang sangat keren bagi Anya. Tapi bukankah memiliki cita-cita sendiri itu lebih baik? dari pada harus dipaksa orangtua agar memilih sesuai keinginan mereka. Ah Baiklah, Anya akan berusaha untuk bisa mencapai cita-citanya, ia akan membuktikan itu kepada orang tuanya.

Tok.. tok..tok..

"Eh, Ka bukain tamu kayanya". Helaan nafas panjang begitu terdengar dan begitu jelas dari wajah sang pelaku yang sedang tampak kesal.

Anya berjalan menuju pintu depan. Siapa coba yang datang malem-malem gini gak tau tatakrama kali ni orang, batin Anya.
Perlahan Anya membuka pintu dan

"A..anya..hiks..tolong aku..a..ayah nampar aku". Ucap gadis yang kini tengah betada di pelukan Anya.

Anya melebarkan matanya, ngapain ni orang. Anya menghela nafas panjang.
"Yaudah lo mending masuk yo".

"Astagfirullah Anya Luna kenapa? Ayo sini sayang cerita sama tante".
Kadang Anya bingung anaknya tuh disini siapa sih? Ah gini banget hidup gue, udah berasa jadi anak tiri, batinnya.

Luna menceritakan semuanya mulai dari ayah ibunya bertengkar hingga ibunya pergi dan Luna yang ditampar ayahnya. Kasihan memang, tapi kenapa harus ke rumah Anya. Kenapa gak pergi ke rumah neneknya aja sih.
Ngerepotin.

"Yaudah Anya ke kamar ya mau tidur".
"Luna tidur sama Anya ya, gak usah dipikirin terus". Mamanya tuh apaan si belain dia terus. Gak tau apa Anya lagi badmood gara-gara ucapan papanya tadi. Ditambah lagi Anya datang bulan makin berlipat-lipat ini badmoodnya.

"Mama tuh apaan si masih ada kamar tamu ngapain ngikut ke kamar Anya? Udah ah Anya mau kekamar". Ucapnya

El yakin kakaknya masih tidak suka dengan kedatangan Luna, semenjak kejadian dimana Anya yang selalu disalahkan oleh Luna. semenjak itulah omanya sendiri sedikit menjaga jarak dengannya. El mengerti kakaknya itu, meski agak sedikit keras kepala, setidaknya kakaknya bukan orang yang seperti Luna, orang yang selalu menyebar kebohongan tentang Anya, orang yang selalu iri dan egois. Tapi tidak ada yang menyangka hal itu, karna orang lain hanya mampu melihat wajah lugu Luna, yang menurut El sangat menjijikan.

"Ma, Pa, El juga kekamar ya".

                                    -anya-

Anya berjalan menuruni tangga dan ia berhenti saat

"Ayo sayang makan yang banyak? Nambah lagi ya?".
"Enggak usah tante, ini udah kenyang ko".

Di pagi hari ini Anya sudah dibuat mual dengan melihat apa yang di depannya.

"Eh Anya udah bangun, mau sekolah ya?". Tanya Luna.
" Iya".
Luna hanya menunduk, ternyata Anya masih sama, masih bersikap  acuh padanya.

Anya berjalan menuju lemari pendingin, ia membawa beberapa yakult dan meminumnya. Anya memang penyuka yakult, mau habis 10 atau sampai 30 yakult aja Anya masih mau. Memang benar-benar penyuka yakult.

Semenjak datangnya Luna ke rumahnya. Anya agak berubah, Sikapnya yang sdikit acuh dan kata-kata yang terkesan agak tajam yang mendominasi pada dirinya. Anya sangat muak jika mengingat kembali masa-masa saat ia dipojokan dirumah omanya.

"Mau makan apa ka?". Tanya mamanya.
"Hari ini Anya gak makan dirumah deh, gak nafsu. ada piket juga. kayanya Anya makan di kantin aja nanti, Anya buru-buru". Ucap gadis berpipi chubby. Gadis itu segera mencium tangan mamanya, membawa bekalnya dan segera beranjak pergi dari ruang makan. Sedangkan Fiona mama Anya hanya bisa menatap nanar punggung kecil putrinya.

"El berangkat juga ya ma".
"Papa juga ma, jaga diri baik-baik papa berangkat". Ucapnya lalu mencium kening sang istri.

Pagi ini terasa berbeda tidak ada obrolan hangat yang menghiasi meja makan, tidak ada suara Anya yang selalu antusias menyambut matahari pagi, tidak ada Anya yang selalu menceritakan hal-hal konyol, dan tidak ada el yang selalu menimpali ucapan kakaknya dengan memojokannya. Pagi ini sangat berbeda. Setelah hadirnya Luna.

                                   -anya-

Banyak orang yang menatap Anya aneh. Kemana Anya yang selalu menyapa setiap murid, kemana Anya yang selalu memberikan gombalan recehnya. Yang ada hanya tatapan dingin yang sedari tadi mendominasi.

                                   -anya-

Jangan lupa vote guys!

ANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang