Chapter Five

56 10 1
                                    

Di sekolah.

Minghao tak berhenti menggerutu, sarapan dan makan siang ia lewatkan dan kantung matanya benar-benar hitam sekarang karena dua hari penuh tak tidur, bahkan main game pun ia lewatkan beberapa hari ini.

Sementara Junhui.

"Hai. Beb!" Mengikutinya kemanapun di sekolah, rumor sudah meleber ke penjuru sekolah, Minghao bahkan ragu tukang sapu di sekolahnya tidak  mengetahuinya.

"Kalian. Bapak tahu kalian akan segera menikah, tapi tolong perhatikan materi di kelas saya."

"Ne, saem." Jawab Junhui. Karena  sudah terlalu hafal tabiat pria tinggi dengan gigi besarnya itu di depan para guru. Seorang teladan, tentu saja.

.

Sudah seminggu lebih.

"Hao. Apa kau sudah lupa perjanjiannya?"

"Huh! Bagaimana bisa aku lupa jika setiap hari kau mengingatkanku." Junhui tersenyum.

"Baguslah! Aku hanya penasaran kenapa kau nampak kacau setelah hari itu." Tumben sekali anak ini begitu peka, sebelum-sebelum itu kemana dia saat keadaan Minghao tidak ada bedanya dengan hari ini.

"Kau masih bertanya kenapa? Aku membencimu."

"Kukira kita sudah sepakat tentang ini. Apa mungkin kau punya seseorang yang kau suka jadi kau tidak menyukai perjodohan ini."

"Ya. Aku suka seseorang." Mata Junhui membola otomatis.

"Siapa orangnya?" Minghao mendengus sembari mengeluarkan smirknya.

"Levi Ackerman."

"Hah!" Minghao pergi begitu saja.

.

"Wuuaaahh?" Minghao baru saja sampai di kantin dan di kejutkan dengan kedatangan Mingyu, sahabat kecil alias si setan.

"Aish! Aku pikir siapa." Si taring gila cengengesan, "Kemana saja kau selama ini Kim gosong, sebulan full bolos sekolah, Apa saja yang kau lakukan dalam waktu itu."

Sebenarnya Minghao tahu mingyu mengalami cidera dan di liburkan oleh sekolah selama masa pemulihan. Tapi ia tetap saja ingin memarahinya, itu adalah reaksi alami Minghao jika melihat Mingyu.

"Wow. Wow.. kalau kangen bilang saja, tidak perlu bertanya sedetail itu."

"Stfu!! Kim. Kau tidak tahu apa yang ku alami selama kau pergi, dan tidak, aku lebih bersyukur kau tidak kembali ke sekolah lagi."

Mingyu memutar bola matanya.

"Aish jinjja! Ini membuatku gila. Lama-lama aku butuh psikiater."

"Dude. Apa yang terjadi sehingga kau butuh psikiater?" Tanya Mingyu dengan wajah bingungnya.

.

"Hold on! Aku ingin tertawa dulu." Minghao memasang wajah super jijiknya saat Mingyu mulai menertawakan kisah hidupnya yang piluh. "Jadi kau sudah bertunangan."

"Gosong. Aku bilang 'akan'"

"Whatever. Itu terdengar sama bagiku." Minghao kembali menampilkan wajah ketidaksukaannya.

"Ay yaakkk!"

"Ok. Aku berhenti, jadi kau di jodohkan dengan seseorang yang sebelumnya kau lempari nampan berisi makananmu itu. Apa kalian menjalin hubungan sekarang?"

"Eww.. tidak ada harapan di hubungan ini. Apa kau mengerti poin yang barusan ku ceritakan!"











Poin! Mingyu tersenyum. Tentu saja.


"Butuh bantuan, kawan?"



Hai hai....

Yang penasaran vote or comment ya, dukungan kalian sangat berarti bagi penulis.

See u next chap. Bye.

LUV STRUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang