together.

5.5K 445 39
                                    

Heeseung mengernyitkan keningnya ketika Sunghoon selesai menata rambutnya dengan serapi dan senatural mungkin.

"Apa katamu, Hoon?"

Pemuda yang biasa berekspresi datar itu mendengus. "Apa Tuan tidak mendengar sedikit pun dari apa yang saya ucapkan?" tanyanya.

"Dengar," jawab Heeseung cepat. Dia menatap Sunghoon dari cermin di hadapannya, ekspresinya masih sama. "Aku ingin memastikan lagi. Apakah yang kau bilang itu benar?"

Sunghoon mengangguk--masih tanpa ekspresi. "Benar, Tuan," katanya. Suaranya yang bernada agak rendah itu terdengar tanpa ragu. "Bukankah Tuan sudah mengetahui hal ini sedari lama? Mengapa harus memastikan lagi?"

Jawaban dari Sunghoon membuat Heeseung mengerang keras. "Apakah kau tidak berpikir ini terlalu mendadak?" Heeseung bertanya balik. "Ah, bukan. Bukan mendadak. Terlalu cepat?"

"Saya pikir tidak ada yang terlalu cepat, Tuan. Semuanya berjalan sesuai rencana yang telah disepakati." Sunghoon menyematkan satu jepit rambut sederhana pada rambut Heeseung untuk membuat tatanan rambutnya tidak bergeser. "Untuk rambut Tuan sudah siap. Ada yang kurang?"

Heeseung mengalihkan fokusnya ke surai merah kecokelatan miliknya. Sunghoon memang ahli menata rambutnya dengan sebaik mungkin.

Bibir Heeseung tersenyum puas sebelum ia menatap Sunghoon merengut.

"Kenapa aku harus bersolek?"

Sunghoon tertawa kecil. Tawanya bukan tawa diplomatis yang dipaksakan. Tampaknya ada sesuatu yang lucu dari Heeseung saat ini sehingga membuat pemuda itu tertawa.

"Tuan Heeseung, tolong diingat--"

Sunghoon menyamakan garis matanya dengan garis mata Heeseung yang tengah duduk.

"--hari ini ada acara makan malam dilanjut dengan pertunanganmu dengan Pangeran Jay. Tampil rapi adalah sebuah keharusan dan bersolek adalah caranya. Paham?"

Heeseung mengerang ketika Sunghoon menepuk punggungnya dan kembali tertawa.

Kenapa dia yang diperlakukan seperti anak kecil padahal Sunghoon itu lebih muda?

.

.

"Menurutmu, apakah bulan lima bagus untuk acara pernikahan kita?"

Heeseung, yang tengah menatap sekumpulan bunga di taman, langsung menoleh ke pemuda dengan rambut platina di sisinya. "Bagus-bagus saja," katanya. "Kenapa bulan lima?"

"Tidak ada alasan khusus." Sang lawan bicara--Pangeran Jay dari Kerajaan Utara--menjawab. "Aku pikir semakin cepat dari musim panas maka semakin bagus."

"Haruskah musim panas?" tanya Heeseung lagi.

Jay menatap Heeseung dengan satu alis terangkat. "Apakah kau sanggup menahan dinginnya musim semi, Yang Mulia?"

Ah, benar juga. Heeseung mengangguk paham sebelum satu tangannya mengambil bunga tulip.

"Kau tampak tenang untuk seseorang yang sempat terkejut setengah mati karena akan menikah denganku," ucap Jay. Itu membuat Heeseung yang sedang mengamati kelopak bunga tulip di tangannya tersebut langsung menoleh. "Tidak menghindariku lagi karena malu?"

"Kau meledekku?!" Heeseung melebarkan matanya dengan gestur terkejut. "Kupikir kita sudah berdamai mengenai perihal itu!"

Jay tertawa kecil. Tawanya sangatlah berwibawa dan bahunya yang lebar bergoyang seiring tawanya. Bagian rumbai pada selempangnya khusus milik pangerannya pun ikut berayun-ayun. "Terlalu lucu dan sayang bila tidak diungkit lagi," kata Jay tanpa ekspresi berdosa. "Kita sudah mengetahui bahwa kita akan menikahi satu sama lain dari usia sepuluh tahun dan kau masih sangat terkejut ketika aku dan keluargaku datang untuk bertunangan denganmu."

"Waktu berlalu begitu cepat, tahu?" Heeseung melangkah mendekat ke arah Jay. "Aku tidak mengira kita akan menikah di awal usia dua puluh tahun kita. Ditambah dalam lima tahun usia pernikahan kita, kau akan diangkat menjadi raja."

Pemuda berambut platina itu mengangguk. "Benar sekali, waktu berlalu sangat cepat."

Keduanya saling berhadapan dalam diam. Tangan Heeseung masih memegang tangkai bunga tulipnya selagi Jay membalas tatapan matanya dengan tatapan serius yang lembut.

"Kau manis hari ini." Jay membuka suara lagi. "Aku jarang melihatmu memakai baju berwarna putih."

"Terima kasih, bajuku sekarang berdasarkan saran dari Sunghoon." Heeseung mengulas senyum tipis saat mengingat bagaimana Sunghoon mencoba membereskan pakaiannya. "Kau juga tampan dengan pakaian kerajaanmu."

Jay balas tersenyum.

Begitu Heeseung melihat tangan Jay terangkat untuk mengacak rambutnya, Heeseung dengan secepat kilat menahan pergelangan pangeran muda tersebut.

"Jangan diacak. Sunghoon telah menatapnya dengan sangat rapi."

"Sayang sekali, aku ingin sekali mengacak rambutmu untuk mengetahui bagaimana tekstur rambutmu hari ini."

"Kita sudah berteman sedari kecil, bukankah kau seharusnya tahu bagaimana rasanya menyentuh rambutku?!"

Mungkin bagi sebagian orang di luar sana, menikah dalam usia muda adalah hal yang menakutkan. Terlebih lagi, setelah menikah, banyak sekali rakyat yang akan menanti-nanti pemimpin baru mereka beserta keluarganya.

Kalau boleh jujur, Heeseung pun takut. Ia takut berumah tangga. Ia takut harus mengarungi dunia baru di kerajaan sebelah karena ia dipinang oleh pangeran Kerajaan Utara. Ia takut dengan ekspektasi rakyat--yang dengar-dengar--sangat menanti kehadirannya untuk menemani calon raja mereka di sana.

Akan tetapi, ketika di ujung timur sana mulai terlihat secercah sinar dan membuat mereka tersadar bahwa mereka telah menghabiskan sepanjang malam bersama dengan mengobrol dan bermain tanpa henti, Heeseung kembali menatap Jay dalam-dalam.

"Apakah kita saling mencintai?" tanya Heeseung. Dia bertanya bukan untuk menolak. Dia bertanya bukan karena meragukan.

Jay tersenyum.

"Kita sudah saling mengenal dari kecil dan aku selalu menyukai bagaimana mata besarmu menatapku dengan berbagai ekspresi. Aku menyukai bagaimana kita selalu lupa waktu ketika bersama." Jay mengambil tangan Heeseung. Ini adalah sesuatu yang biasa ia lakukan, tetapi sekarang terasa berbeda karena ada dua cincin yang tersemat di kedua jari manis mereka. "Saling mencintai? Kurasa kita berdua lebih dari itu."

Heeseung tidak merona sekali pun ia merasa tersipu. Ia hanya menggenggam balik tangan Jay dan balas tersenyum.

"Kau akan menjadi pemimpin yang baik, Pangeran Jay."

Jay tergelak.

"Kita akan menjadi pemimpin yang baik, Pangeran Heeseung."

Selama ada di sisi Jay, Heeseung rasa ketakutannya akan teredam seutuhnya.
 
 

.

royalty! AU : done

.
 
 
 
A/N : what should I write for next chap?

Across The Universe • JayseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang