the.

2.2K 282 23
                                    

Content warning :

ada beberapa kata-kata sulit di sini, I encourage you to google it by yourself atau tanya aja di komentar--aku bakal jawab.

  

     

"Pasiennya datang dalam keadaan berdarah-darah. Kondisinya somnolen begitu aku cek kesadarannya."

Heeseung mengaduh kuah sup di atas panci sambil mengangguk-angguk. "Kecelakaan?" tanyanya sambil mengapit telepon di tangan kirinya.

"Iya. Aku belum bisa bertanya kecelakaan apa yang terjadi. Sepertinya orang administrasi sudah menanyakan kepada orang-orang yang membawanya," jawab seseorang dari seberang panggilan. "Vital sign-nya dalam keadaan bahaya, Hee. Aku tidak bisa merasakan denyut arteri karotisnya selama beberapa menit."

"Menakutkan," gumam Heeseung. Dia memartikan kompor lalu menuangkan kuah sup yang sudah ia rasa cukup kental itu ke atas mangkok dengan sendok sup. "Apa tindakan yang kamu lakukan setelah itu?"

"Seperti biasa. Karena jalan napas, pernapasan, dan sirkulasinya sudah dievaluasi lebih dulu, kami hanya melakukan tindakan lanjutan untuk mengembalikan denyutnya ke tingkat semula dan menghentikan perdarahan di kepalanya."

"Trauma kepala?!"

"Iya." Terdengar helaan napas. "Aku harus mengontrol pasien tersebut malam ini. Tidak apa, kan?"

Heeseung membawa mangkuk yang telah penuh dengan sup itu sambil menggeleng--sekali pun lawan bicaranya jelas tidak akan melihat gelengannya. "Tentu saja tidak apa!" serunya. Dia meletakkan mangkok itu di atas meja makan. "Kita bisa merayakan hari jadi kita lain kali!"

"Jangan terdengar ceria seperti itu, Hee. Aku jadi merasa bersalah."

Bibir Heeseung membentuk senyum. Dia menjauhkan ponselnya dari telinga sebelum tangannya terangkat--melayang di atas tombol merah di layar ponselnya.

"Tidak perlu. Aku bisa makan sendiri untuk malam ini," kata Heeseung. "Sampai ketemu besok, ya? Supnya akan kubawa--kalau tidak basi."

Setelah itu, ia memutuskan panggilan.

.

Seharusnya, saat Dokter Park Jongseong menyatakan cinta kepadanya di ruang istirahat dua tahun lalu, Heeseung tidak langsung mengatakan "iya" dengan semangat. Seharusnya ia mempertimbangkan terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan dalam menjalin hubungan asmara dengan rekan sesama dokter.

Orang bilang, Heeseung itu hebat sekali--entah dalam konteks bersungguh-sungguh atau menyindir. Mantannya dulu adalah Perawat Senior Choi Yeonjun dan sekarang dia bersama dokter kegawatdaruratan tertampan di rumah sakit.

(Jangan sampai Dokter Kim Sunoo dengar itu--dia akan mengamuk karena menurutnya dia-lah yang paling tampan serumah sakit.)

Langkah kaki Heeseung membawanya ke Instalasi Gawat Darurat tepat kekasihnya selalu berdiam di rumah sakit. Begitu ia melihat wajah Dokter Huening, salah satu dokter kegawatdaruratan yang cukup dekat dengannya dan Jongseong, pria itu langsung tersenyum cerah.

"Dokter Park! Dokter Lee Heeseung mencarimu!"

"Untuk apa Heeseung mencariku?"

Heeseung hampir tertawa keras saat mendengar respon yang tidak dia duga dari seorang pria lainnya. Dokter Park Sunghoon, spesialis farmakologi klinik, yang menjawab panggilan dari Dokter Huening. Jawaban itu membuat Dokter Huening mengerang.

"Ish, bukan dirimu, Dokter Sunghoon," ucap dokter berdarah blasteran tersebut. "Dokter Jay."

"Kamu gak bilang apa-apa selain 'Dokter Park'. Namaku, kan, juga Park," dengus Dokter Sunghoon sebelum dia bersuara, "Jay! Sini cepat, pacarmu sudah sampai!"

Across The Universe • JayseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang