on.

2.2K 305 27
                                    

Jay tersenyum kikuk ketika mendapati anak di depannya itu menatapnya dengan mata besarnya.

Padahal ini adalah awal musim dingin, tetapi entah kenapa Jay merasa panas. Mungkin karena Bibi Kim lupa menyalakan pendingin udara. Bisa jadi juga karena jas yang dia kenakan ini berbahan cukup tebal. Entahlah, Jay punya banyak pikiran mengenai hal itu.

"Apa kau baik-baik saja?"

Suara itu bertanya setelah mereka saling diam selama beberapa menit. Itu membuat Jay menoleh lalu menyeringai kecil. "Aku baik-baik saja," jawab Jay. Dia melangkahkan kakinya menuju ke taman belakang tempat ayunan berada. Cuaca hari ini dingin sekali. "Bisakah kau ke sini?"

Anak itu, Lee Heeseung, berjalan ke arahnya. Saat ia mendekat, Jay memberikan gestur kepadanya untuk duduk di ayunannya. Heeseung dengan menurut langsung duduk di sana.

Saat Heeseung sudah duduk di sana, Jay dengan pelan mendorong ayunannya.

"Selamat karena telah menjadi Alpha," ucap Heeseung lagi. Pemuda itu memegang tali ayunannya dengan kedua tangan lalu mengadah untuk menatap Jay. Di bibirnya sudah terulas senyum lembut. "Bagaimana rasanya saat kau presenting?"

Jay bergumam sambil mengangguk. "Terima kasih ucapannya," kata Jay sambil membalas senyum itu. Dia tetap menjaga agar kecepatan ayunannya pelan. "Rasanya ... tidak menyenangkan. Tidak semudah yang orang-orang katakan."

Heeseung terkekeh. Suara kekehannya merdu sekali. "Benar, kan, ucapanku setahun lalu. Orang-orang tua kita selalu bilang kalau rasanya presenting itu tidak begitu terasa; hanya demam dan nyeri biasa," tutur Heeseung. Dia sudah tidak menatap Jay lagi, sekarang dia menatap langit-langit yang mulai menggelap. "Aku hampir mati saat presenting. Tidak kuat dengan sakitnya."

"Presenting milik Omega memang benar lebih sakit, ya?"

"Tidak tahu. Aku tidak pernah jadi Alpha atau Beta," jawab Heeseung.

Keduanya kemudian diam kembali. Jay menikmati bagaimana angin sore bersemilir lembut dan menggoyangkan rambut Heeseung yang lebih panjang dari terakhir kali mereka bertemu. Pemuda yang telah menjadi Omega selama lebih dari enam bulan itu kelihatan lebih kecil daripada sebelumnya.

"Kau lebih kurus," ujar Jay jujur. Heeseung mendengus.

"Fisiologis. Aku benci sekali jadi Omega karena hormon kami cenderung kurang stabil," ungkap Heeseung dengan setengah mendesis. "Aku sempat tidak makan seminggu karena tidak ada makanan yang tidak kumuntahkan. Semua sari makanan harus dimasukan lewat suntikan atau air minumku."

Mendengarnya membuat Jay bergidik. Akankah ia mengalami hal serupa? "Aku jadi takut mendengarnya," gumam Jay.

"Tidak apa, kok. Itu hanya dialami sekali seumur hidup oleh Omega dan aku sudah melewatinya." Heeseung kembali mengadah dan tersenyum--kali ini lebih lebar. "Terima kasih karena telah memperhatikanku. Aku sedang berusaha mengembalikan berat badanku."

Jay mengangguk. Dia merasakan darahnya sedikit menghangat karena senyum Heeseung.

"Heeseung," panggil Jay.

Heeseung bergumam. "Ya?"

"Feromonmu manis."

Tidak ada yang lucu dari ucapan Jay, tetapi Heeseung malah tertawa. Itu membuat Jay mengerutkan kening karena bingung. "Apa yang lucu?" tanya Jay.

"Tidak ada," jawab Heeseung. Pemuda itu menyandarkan kepalanya di salah satu tali ayunan--menyebabkan rambutnya menggelitiki satu tangan Jay yang memegangi tali ayunan untuk menjaga kecepatan berayun. "Wangi feromonku itu madu. Tidak banyak orang yang mengenali wangi madu."

"Aku mengenalinya," tanggap Jay cepat. Heeseung mengangguk.

"Aku akan marah jika kau tidak mengenalinya." Heeseung terkekeh lagi. "Yah, intinya seperti itu. Aku jarang mendapat pujian seperti itu dan rasanya sekarang aku bahagia sekaligus malu karena mendengarnya langsung darimu."

Jay membungkuk sedikit untuk melihat wajah Heeseung. Omega itu memang sudah memerah wajahnya. Cantik.

"Itu berarti aku harus mengatakannya lebih sering kepadamu," kata Jay. Dia mengulas senyum untuk kedua kalinya.

"Tidak perlu." Heeseung menggeleng. "Pasti akan merepotkan."

Jay tertawa. Dia melepaskan tangannya dari ayunan lalu berpindah ke hadapan Heeseung. Sang lawan bicara mengadahkan wajahnya dengan ekspresi bingung sementara Jay tetap tertawa.

"Kau tidak membuatku repot, tenang saja." Jay kemudian mengelus surai Heeseung. Halus. "Sejak awal kau tiba di sini, kau tidak pernah membuatku repot. Berlainan dari repot; kau adalah anugerah tersendiri yang bisa kudapatkan di dunia ini."

Mata Heeseung membola sempurna ketika Jay meraih wajah kecil itu dengan genggamannya dan membawanya mendekat.

"Kau tahu sesuatu, Heeseung?"

Mata Heeseung indah sekali dengan sedikit warna kecokelatan di dalamnya. Dalam jarak yang sedekat ini jugalah Jay bisa mencium harum madu yang semakin jelas. Manis, tidak berlebihan seperti wangi feromon bunga Omega kebanyakan.

"T-Tahu apa?"

Jay mengusap pipi tersebut dengan lembut.

"Terlepas dari statusmu--tidak peduli mau Alpha, Beta, Omega, sejak awal aku bertemu denganmu di depan rumahmu sepuluh tahun lalu ... aku menyukaimu." Jay bisa lihat bagaimana wangi madu itu semakin tercium bersamaan dengan wajah Heeseung yang memerah. "Sekarang, boleh aku menciummu?"

Heeseung mengangguk tanpa ragu. Jay tidak menyia-nyiakan kesempatan.

"Terima kasih karena tercipta menjadi Omega," gumam Jay di sela-sela pagutan mereka.

Dia bisa merasakan Heeseung tersenyum sebelum pemuda itu mengalungkan kedua tangannya di bahu Jay.

Padahal Jay sempat mengira Heeseung tidak akan menjadi Omega mengingat kedua orang tua pemuda Lee itu adalah Beta.

Setelah mereka melepaskan tautan bibir mereka, Jay bisa lihat Heeseung tersenyum lebar sebelum ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang Alpha.

Pertanyaan si Omega setelahnya membuat Jay ingin sekali tertawa.

"Kau sesuka itu kepadaku, ya, Jay?"

Satu tangan Jay yang bebas menjawil hidung pemuda bermata besar di hadapanku. "Ya, dan kau juga sesuka itu kepadaku sampai langsung menerima courting-ku tanpa berpikir panjang."

Heeseung kelihatan tersipu. Omega itu bangkit berdiri dari ayunannya.

"Berada dibdekatmu untu terlalu lama kurasa bisa memicu heat-ku," ujar Heeseung cepat sambil melangkah kembali masuk ke dalam rumah. "A-Aku tidak mau kita mating sebelum m-menikah."

Polos. Jay tahu Lee yang satu itu masih sangat polos.

Jay mengambil langkah untuk mengejar Heeseung. Saat ia sampai di sisi Heeseung, dia mengacak lembut rambut Heeseung.

"Aku menyayangimu, Park Heeseung."

"Hei, namaku masih Lee Heeseung!"


.

Modern ABOverse! AU : done

.

A/N : aku nggak terlalu pandai buat ABOverse (malahan gak begitu suka trope itu), tapi karena buku ini alternative universe semua jadi gak afdol gak dimasukin aboverse.

Maaf ya jelek :")

Makasih udah mau baca!

Across The Universe • JayseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang